Mengajar di Sekolah Pelosok, Isi Kekosongan dan Salurkan Bakat Mengajar

Bripka Fandi saat mengajar di SDN Ledokombo 1. Walau medan sekolah sangat terpencil, Bripka Fandi tetap semangat untuk mengajar anak-anak.

Pengabdian Bripka Fandi Mengajar Anak Tengger
Kab Probolinggo, Bhirawa
Menjadi seorang polisi tak harus melulu soal keamanan dan ketertiban, tapi juga bisa melakukan mengabdian lainnya. Seperti yang dilakukan Bripka Fandi Ahmad Habibi, yang datang ke desa-desa pelosok dan terpencil untuk mengajar. Tak salah jika dia mendapat sebutan pejuang pendidikan.
Saat mengabdikan diri sebagai pengajar, medan yang harus dilalui Bripka Fandi tidaklah mudah karena berada di pegunungan. Jalan naik turun, makadam hingga berlumpur menjadi santapannya. Tak heran jika kondisi ini pula menjadi kendala majunya pendidikan di kawasan tersebut.
“Ya gak apa apa saya mengajar demi kemajuan anak-anak di daerah terpencil. Saya ikhlas melakukannya demi masa depan anak-anak. Saya ingin menulaskan virus positif dan semangat belajar kepada anak-anak desa ini,” kata Bripka Fandi.
Ps Kanit Binmas Polsek Sumber ini mengatakan, mulai mengajar sejak 2005 silam atau setahun setelah dirinya lulus pendidikan kepolisian. Di awal karirnya, ia ditempatkan di Samapta Polres Probolinggo. Setelah itu, Brigadir muda ini, digeser ke Polsek Sumber dan menjadi Bhabinkamtibmas Desa Pandan Sari.
Saat di desa inilah, hatinya terketuk untuk membagi ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Yakni dengan mengajar di sekolah dasar setempat. Minimal sekali dalam seminggu. Selama 10 tahun lamanya. Kemudian 4 tahun lalu, dirinya digeser ke Desa Ledokombo. Kebiasannya mengajar itu, tetap dijalani seperti semula, ujarnya.
“Minimal seminggu sekali, namun kadang tak tentu. Sebab, saya juga keliling ke desa lainnya, seperti di Desa Gemito hingga desa lain. Saya termotivasi untuk memajukan pendidikan di kawasan terpencil, di kawasan tersebut masih kekurangan guru. Selain membantu, ini kami lakukan karena ingin menyalurkan bakat saya,” katanya.
Dalam hal mengajar, ia mengaku tak mengalami kesulitan. Sebagai polisi, materi utamanya yang diajarkan adalah terkait hukum. Namun, penyuluhan itu diberikan kepada kelas tinggi (kelas 4,5 dan 6 SD, juga SMP). Sementara bagi kelas rendah, yakni kelas 1-3 SD dan TK, yang diberikan adalah pengenalan pada polisi sahabat anak dan polisi cilik.
“Juga materi pembelajaran di hari itu, yang di kelas tidak ada gurunya. Bisa matematika, ya sejarah dan lain-lain. Namun, yang paling disuka anak-anak adalah permainan. Materi-materi pembelajaran itu, saya pelajari dari buku-buku yang dimiliki istri yang kebetulan juga guru. Selain itu, juga didapat dari Perpustakaan Daerah yang kami ajak kerjasama,” terangnya.
Pria kelahiran Sidoarjo 36 tahun silam ini, menuturkan banyak pengalamannya. Ada beberapa hal yang dialami, seperti bertemu dengan anak yang paling nakal di SDN Ledokombo I. Meski nakal, ternyata siswa ini takut dengan Bripka Fandi.
“Selain nakal, kalau kata temannya juga jarang mandi ketika ke sekolah, mungkin ini pengalaman yang unik selama mengajar. Juga banyak yang ngajakin foto, bahkan ada juga yang meminta untuk gendong,” katanya.
Kepala SDN Ledokombo 1, Suhariyanto, mengaku cukup terbantu dengan keberadaan Bripka Fandi. Sebab banyak anak didiknya yang termotivasi untuk bersekolah berkat bimbingan Fandi. “Dengan kondisi alam yang sulit, anak didik saya sangat rajin untuk masuk sekolah. Apalagi kalau pas jadwal dia mengajar. Bapak Fandi sangat telaten menghadapi siswa-siswa, meski kami sendiri tidak pernah memberinya honor,” paparnya.
Pengalaman ini, tentu tak akan diterima jika Bripka Fandi tak ikut dalam memajukan pendidikan. Bahkan institusinya bekerja, Polres Probolinggo memberikan perhatian. mendapatkan penghargaan sebagai pengajar dan pendidik di daerah terpencil dari Kapolres Probolinggo AKBP. Eddwi Kurnianto. [Wiwit Agus Pribadi]

Tags: