Mengawal Masa Depan Generasi Bangsa

hasanOleh:
Moh. Mahrus Hasan
Guru MAN Bondowoso dan Pengurus PP. Nurul Ma’rifah Poncogati Bondowoso

Senin, 3 Oktober 2016, MAN Bondowoso kedatangan tamu istimewa, yakni Kasatlantas Polres Bondowoso, AKP Hadi Siswoyo. Beliau menjadi pembina upacara sekaligus membacakan amanat Kapolres Bondowoso, AKBP Afrisal, dalam rangka mengantisipasi dan mencegah kasus kenakalan remaja dan radikalisme.
Kenakalan remaja dan radikalisme diduga kuat menjadi senjata ampuh dalam proxy war-yaitu perang yang tidak konfrontasi langsung (kekuatan militer), tetapi melalui berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara-untuk menggempur Indonesia. Pastinya, kita tidak boleh hand up (angkat tangan) menghadapi serangan itu.
Pemuda adalah Tanggungjawab Bersama
Sinergi pemerintah dan penggiat pendidikan untuk mengantisipasi dekadensi moral remaja-pemuda serta radikalisme agama dan kebangsaan selayaknya diacungi jempol. Kita tahu bahwa remaja (pemuda) yang akan menjadi penerus perjuangan agama, bangsa, dan negara, “Syubbaanul yaum, rijaalul ghad. Pemuda saat ini adalah pemimpin di masa mendatang.”
Mengawal masa depan para pemuda adalah kewajiban kita bersama, bukan tanggungjawab lembaga pendidikan semata. Maka, peningkatan kualitas pendidikan berbasis keluarga dan masyarakat harus terus digelorakan. Bukankah di Bondowoso sudah dicanangkan Gerakan Kembali ke Musholla dan Gerakan Kembali ke Sekolah yang pasti melibatkan unsur keluarga dan masyarakat?
Poin penting amanat Kapolres itu adalah perihal perilaku dan pergaulan remaja kita yang cenderung mengarah kepada hal-hal yang negatif, bahkan menjurus kepada perbuatan melanggar hukum. Sebut saja misalnya, mengonsumsi narkoba dan miras, pergaulan bebas,geng motor, dan perbuatan melanggar hukum lainnya.
Selama ini, Program Gerakan Terpadu Memberantas Kemaksiatan dan Narkoba (Gerdu Bersinar) di Bondowoso berhasil mengamankan 1 orang remaja pelaku penusukan dengan korban meninggal dunia, 127 pemuda (SMA sederajat dan Perguruan Tinggi) peminum miras oplosan, 8 orang pengedar narkotika serta penyalahgunaan peredaran obat farmasi.
Lebih miris lagi bahwa narkoba mulai dikenal anak-anak. Lebih dari 30 persen kasus narkoba masuk dalam ruang persidangan. (JPRadar Jember, 26-9-2016). Ini yang teridentifikasi. Bagaimana dengan yang belum terungkap?
Tidak ada tempat yang steril dari penyusupan narkoba, bahkan di pesantren sekalipun. Maka, pesantren selain melakukan antisipasi dan mengawasi santri dalam hal narkoba, juga harus menjadi benteng pertahanan. KH. Salwa Arifin, Wabup Bondowoso yang juga pengasuh Pesantren Manbaul Ulum Tangsil Wetan Bondowoso, menilai bahwa pemberantasan narkoba sangat tepat jika dimulai di pesantren. (JPRadar Ijen, 29-8-2016).
Oleh karenanya, amanat Kapolres itu sangat menghimbau lembaga pendidikan agar melaksanakan : Sosialisasi bahaya narkoba secara rutin; merazia miras, obat-obatan terlarang, sajam, gambar atau film porno di HP dan sebagainya secara berkala; pembinaan mental-rohani para murid; pembinaan agar peserta didik menjadi pelopor keselamatan berkendara; dan menggiatkan ekstra kurikuler atau kegiatan positif lainnya.
Deradikalisasi Paham Keagamaan
Merebaknya radikalisme agama serta anti Pancasila dan NKRI mengindikasikan bahwa pemahaman keagamaan dan kebangsaan mereka yang tidak holistik, komprehensif, dan integratif. Hal ini disinyalir karena pengetahuan agama mereka tidak didapat dari lembaga-lembaga Islam konvensional (masjid, pesantren, dan madrasah), atau dari perorangan (kiai, ustadz, ulama, dan dai).
Mereka mendapatkannya dari sumber-sumber yang anonim, seperti internet, radio dan televisi. Guru agama di sekolah lebih merupakan fungsi yang anonim tanpa ikatan kongkret, sama seperti seorang bayi mendapat susu dari botol dan tidak dari ASI. Mereka digambarkan oleh Kuntowijoyo sebagai generasi “Muslim Tanpa Masjid”. (Kuntowijoyo: 2001).
Paham anti Pancasila itu muncul mungkin saja karena dihembuskan keragu-raguan dan stigma negatif terhadapnya. Padahal, seperti dawuhnya seorang alim dan pahlawan nasional dari Jember, KH. Achmad Shiddiq, “Aneh, Pancasila ibarat makanan, sudah dikunyah dan dimakan selama bertahun-tahun, kok baru sekarang dipertanyakan halal atau haramnya?”
Bisa jadi gerakan separatis dananti NKRI itu berani show of force karena pudarnya spirit Sumpah Pemuda yang mendeklarasikan satu bangsa, satu tanah air, dan satu bahasa: Indonesia.
Maka, upaya “Indonesia Mengingat” dan “Melawan Lupa” melalui reorientasi paham keagamaan dan kebangsaan yang dilakukan pemerintah bersama masyarakat perlu direspon positif. Misalnya, kegiatan Ngaji Pancasila yang digagas para pemuda di komunitas Rumah Pancasila di Bondowoso, diskusi kebangsaan di PP. Shofa Marwa Jember dan sosialisasi wawasan kebangsaan dan bela negara oleh Bakesbangpol atau pihak terkait di beberapa pesantren dan sekolah di daerah tapal kuda.
Di Ngaji Pancasila, misalnya, dijelaskan bahwa Pancasila sangat tidak bertentangan dengan Islam. Hal itu sudah dibuktikan dengan membuminya Islam berpuluh-puluh tahun di Indonesia. Para pemuda diajaknya untuk melakukan penguatan terhadap Pancasila serta menjadi pelopor Pancasila. Kegiatan semacam ini bisa menghidupkan kembali nasionalisme dan nilai-nilai Pancasila dalam masyarakat.
Di diskusi kebangsaan, ditekankan bahwa wawasan kebangsaan dan keislaman yang integratif menjadi hal penting untuk ditanamkan kepada para pelajar. Seperti wawasan dan pemikiran KH. Achmad Shiddiq yang akhirnya memutuskan,”Saya terima asas Pancasila karena terpengaruh oleh Piagam Madinah.” (Syamsun Ni’am: 2008). Sebab, penanaman nilai-nilai tersebut sudah semakin luntur. Terlebih adanya gerakan kiri membuat pengembangan wawasan kebangsaan kurang diapresiasi. Padahal, itu menjadi pondasi utama dalam memajukan bangsa Indonesia.
Demikianlah, sinergi mengawal masa depan generasi bangsa sudah diikhtiarkan. Doa danharapan, semoga generasi kita menjadi “Fityatun aamanuu birobbihim wazidnnaahum hudan, para pemuda yang beriman serta mendapatkan tambahan petunjuk dari-Nya.” Akhirnya, “Mabruk!” Selamat atas prestasi pemuda dan atlet taekwondo Bondowoso peraih emas PON XIX Jawa Barat baru-baru ini, Ahmad Saleh Mauladdawilah. Semogaberkah!

                                                                                                                 ————- *** —————

Rate this article!
Tags: