Mengawali Sukses dari Masjid

Dr dr Sukadiono MM

Dr dr Sukadiono MM

Dr dr Sukadiono MM
Orang sukses itu bukan dilahirkan, melainkan dibentuk dengan belajar dan pengalaman. Begitu juga dengan Dr dr Sukadiono MM. Pria yang kini duduk di kursi Rektor Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya itu tidak tiba-tiba sukses setelah dilahirkan. Namun semua diraih dengan perjuangan, kesederhanaan atau lebih tepatnya keprihatinan.
Selepas lulus SMAN 2 Jombang pada 1987, dia meneruskan pendidikannya di S-1 Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Kehidupannya di kota dimulai dari kamar kos sederhana di belakang Masjid Panglima Sudirman, dekat kampus A Unair. “Tapi sehari-hari saya banyak di masjid itu, termasuk tidur. Sampai-sampai banyak teman mengira saya tinggal di masjid,” kata dia kemarin.
Meski kuliah kedokteran, Suko lebih banyak bergaul dengan takmir dan jamaah masjid. Masjid menjadi tempat meneruskan organisasi. Saking aktifnya, hingga akhirnya sejak 1996 sampai sekarang dia menjadi Ketua Takmir Masjid Jendral Sudirman Jalan Darmawangsa. Berkhidmat, berbuat dan memberi manfaat menjadi prinsipnya. Berangkat dari sini, karir suami dari Hindayati ini terus melejit setapak demi setapak. Menjadi Direktur RS Muhammadiyah Surabaya, menjadi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim, hingga akhirnya duduk di kursi rektor. “Berubah di posisi manapun, yang belum pernah berubah adalah menjadi takmir masjid itu. Dan ini akan terus menjadi amanah,” tutur dia.
Mengupas perjalanan karirnya menjadi rektor ini sebenarnya by accident, kecelakaan akademis. Karena dulu cita-cita sebenarnya ingin menjadi dokter murni. Melayani pasien di rumah sakit, kemudian pulang.  Karena itu, selepas kuliah Sukadiono menjadi dokter di Poliklinik Universitas Putra Bangsa (UPB) Surabaya dan beberapa klinik kesehatan di Surabaya-Sidoarjo.
Di Klinik UPB, Sukadiono mengenal dunia pendidikan. Terlebih dia juga menjadi dosen luar biasa di kampus itu, mengajar psikologi.  Sukadiono kemudian resmi masuk dunia pendidikan. Sejak 2001 hingga 2005 dia menjadi Direktur Akademi Keperawatan UM Surabaya, disusul menjabat Direktur Fakultas Ilmu Kesehatan UM Surabaya. “Saya sebenarnya paling tidak bisa berhadapan dengan pasien, bukan tidak bisa menangani. Tapi gak mentoloan (tidak tega) kalau disuruh memungut duit pasien,” pungkas dia. [tam]

Rate this article!
Tags: