Mengedukasi Urgensi Parenting Skill

Oleh :
Wahyu Kuncoro SN
Dosen Universitas Sunan Giri (Unsuri), Surabaya

Berbagai penelitian dengan sangat jelas dan tegas mengungkapkan betapa pentingnya peran orangtua dalam proses pendidikan anak. Sayangnya, pelibatan orangtua hanya terlihat gagah dilembar-lembar penelitian atau di forum-forum seminar. Namun ketika sampai pada level siapa yang bertanggungjawab atas pelibatan keluarga dalam pendidikan keluaraga ini nyaris semua pihak angkat tangan.
Kalangan pendidik di Tanah Air sering luput memberikan perhatian kepada orang tua siswa, padahal mereka memiliki peran strategis menyukseskan pendidikan. Sebelum anak masuk ke dalam sistem pendidikan, yang mendidik mereka adalah para orang tua. Bukan itu saja, bahwa  ketika anak-anak selesai sekolah, merekapun kembali ke rumah maka yang akan mengembangkan dan membinanya adalah para orang tua. Lantaran itu, marilah para orang tua untuk mengambil peran,
Orang tua adalah pendidik paling penting yang selama ini tidak tersiapkan dengan baik. Karena itu yang menjadi pertanyaan saat ini sudah sejauh manakah kalangan pendidik memperhatikan orang tua demi melahirkan sinergi dan langkah yang terpadu untuk anak-anak di sekolah dan rumah?
Anak merupakan tumpuan masa depan, dan juga sebagai generasi penerus bangsa. Setiap anak memiliki hak untuk kelangsungan hidup; hak perlindungan dari pengabaian, penelantaran, perlakuan salah, penganiayaan, eksploitasi; hak mendapatkan kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang optimal jasmani, rohani dan sosial; hak untuk berpartisipasi dan berkembang demi mencapai masa depan yang lebih baik. Karena sejak lahir lingkungan terdekat anak adalah lingkungan keluarga. Apabila orang tua terbiasa mengasuh anak dengan penuh kasih sayang, dan kelembutan maka akan terbentuk karakter anak yang penuh kasih terhadap sesama. Namun sebaliknya, jika anak terbiasa diasuh dalam kekerasan, maka anak akan tumbuh menjadi seorang yang temperamental, dan cenderung akan memiliki kesempatan untuk tumbuh menjadi anak yang keras pula.
Urgensi Parenting Skill
Stephen R. Covey  dalam The Seven Habits of Highly Effective People  (1989) memberikan sebuah pemikiran “Taburlah gagasan petiklah perbuatan, taburlah perbuatan petiklah kebiasaan, taburlah kebiasaan petiklah karakter, taburlah karakter petiklah nasib”. Dari gagasan di atas sangat jelas menunjukkan, bahwa pendidikan yang pertama kali dilihat, dirasakan, direkam oleh anak adalah pendidikan dalam keluarga. Sehingga, pembentukan karakter pada anak yang utama sangat dipengaruhi oleh ketrampilan pola asuh orangtua (parenting skill).
Parenting adalah upaya pendidikan yang dilaksanakan oleh keluarga dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia dalam keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Parenting sebagai proses interaksi berkelanjutan antara orang tua dan anak-anak mereka yang meliputi aktivitas-aktivitas sebagai berikut: memberi makan (nourishing), memberi petunjuk (guiding), dan melindungi (protecting) anak-anak ketika mereka tumbuh berkembang. Karakter tidak bisa dibentuk dalam perilaku instan. Pendidikan karakter memerlukan keteladanan dan sentuhan mulai sejak dini sampai dengan dewasa.  Singkatnya, parenting adalah bagaimana cara mendidik orang tua terhadap anak baik secara langsung maupun tidak langsung. Parenting menyangkut semua perilaku orang tua sehari-hari baik yang berhubungan langsung dengan anak maupun tidak, yang dapat ditangkap maupun dilihat oleh anak-anaknya, dengan harapan apa yang diberikan kepada anak (pengasuhan) akan berdampak positif bagi kehidupannya.
Sementara menurut Hurlock (1981) dalam Child Development menjelaskan bahwa masa usia sekolah dasar atau masa akhir anak-anak (6-13 tahun) merupakan masa yang menyulitkan. Yaitu, suatu masa dimana anak-anak tidak mau lagi menuruti perintah dan anak lebih banyak dipengaruhi oleh teman sebayanya dari pada orang tua atau keluarganya. Sedangkan saat di sekolah, mereka termasuk dalam periode krisis, dimana mereka harus diberikan dorongan untuk berprestasi sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki.
Dalam hal ini, peran orang tua sangat penting dalam pemenuhan hak sekaligus penanaman karakter pada anak selain pendidikan yang didapatkan dari sekolah. Apabila peran orang tua dalam mengasuh anak kurang maksimal. Maka yang terjadi, pembentukan karakter anak tidak akan dapat berjalan dengan baik. Singkatnya, bahwa selain pendidikan yang didapat dari sekolah, optimalisasi peran orang tua sangat berkontribusi besar pada pembentukan karakter anak.
Memang, tidak terbantahkan bahwa ada sebagian orang tua sekarang yang semakin menyadari pentingnya perannya dalam pendidikan anak. Sejumlah upaya dilakukan orang tua untuk mendukung pendidikan anak-anaknya. Misalnya, dengan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif di rumah, penerapan waktu khusus belajar bagi anak dan melakukan pendampingan saat anak belajar, bahkan tak sedikit pula orang tua yang mengalokasikan anggaran khusus untuk les tambahan yang diharapkan bisa meningkatkan prestasi anak di sekolah. Apapun upaya yang dilakukan, itikadnya satu, yaitu peduli pada pendidikan anak. Namun di wilayah yang lain juga masih banyak orangtua yang tidak menyadari perannya bagi pendidikan anaknya. Bukan saja karena tidak mau untuk melakukannya tetapi juga karena tidak mampu untuk melakukannya.
Misalnya para orangtua yang secara sosial dan ekonomi belum mapan, sehingga alih-alih untuk ikut memikirkan bagaimana pendidian anaknya, untuk sekedar memperjuangan agar bisa hidup layak saja mereka kesulitan. Dengan demikian, agar sebuah keluarga dapat berperan dalam pendidikan anak-anaknya, maka dengan sendirinya keluarga harus terlebih dahulu merupakan keluarga yang berkualitas. Untuk membentuk karakter orang tua uggulan maka harus ada faktor-faktor yang mendukung keberhasilan menjadi orang tua diantaranya banyak membaca buku mengenai masalah pendidikan anak, perkaya informasi parenting melalui browsing di internet, dan melalui diskusi-diskusi seminar dengan tema keluarga.
Butuh Proses
Memperbaiki kualitas dan mutu pendidikan di Tanah Air tidak dapat dilakukan secara instan. Semua pihak harus bersabar karena butuh waktu panjang untuk memperbaiki mutu dan kualitas pendidikan. Kita sering menyebut sistem pendidikan di Finlandia mempesona dan hebat, namun luput memperhatikan bagaimana mereka menyiapkan semua itu sejak 1980-2000 atau 30 tahun yang lalu. Sementara kita cenderung melihat hasil akhir saja dan tidak mempelajari seperti apa proses panjang yang dilewati.
Bahwa mengubah pendidikan seperti menukar arah sebuah kapal tanker dengan panjang satu kilometer yang membutuhkan ratusan kali memutar kemudi agar arahnya bisa berubah. Apa yang ada hari ini merupakan produk pendidikan di masa lalu dan apa yang dilakukan pada bidang pendidikan hari ini menentukan masa depan Indonesia mendatang. Artinya, semua pihak harus selalu memperhatikan proses yang berjalan dan tidak terburu-buru untuk menjustifikasi sebuah kebijakan hanya karena belum menunjukkan hasil yang jelas. Bisa jadi, pendidikan di tanah air yang kini terlihat gagap merespon dinamika perkembangan jaman disebabkan karena masyarakatnya yang lebih senang melihat hasil akhir dibanding proses yang dilalui.

                                                                                                               ———- *** ————

Rate this article!
Tags: