Mengembalikan Marwah Muncar

Oleh :
Oki Lukito
Ketua Forum Masyarakat Kelautan, Maritim dan Perikanan. Pengurus DPD.HNSI Jawa Timur.

Pelabuhan Perikanan Muncar, Banyuwangi yang menempati kawasan seluas 17,7 Ha pasca menghilangnya ikan lemuru (sardinella lemuru) sepuluh tahun lalu kondisinya semakin memprihatinkan. Jika dibiarkan nasibnya akan menyerupai Pelabuhan Perikanan Bagan Siapi-api, Sumatera Utara, hidup enggan mati tak mau. Megahnya pelabuhan akan menjadi monumen perikanan nasional dan akan tinggal cerita untuk anak cucu.
Investasi yang telah ditanamkan untuk membangun Pelabuhan Perikanan Muncar tidaklah sedikit, setidaknya telah menghabiskan Rp 1 triliun antara lain untuk membangun sejumlah sarana seperti break water penahan gelombang, dua dermaga, dua buah kolam labuh, dua Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan fasilitas lainnya seperti rumah singgah nelayan, kantor Syahbandar dan Polair, stasiun pompa bensin khusus nelayan (SPDN), fasilitas docking dan pergudangan.
Muncar salah satu dari 9 pelabuhan nasional yang menjadi kawasan Minapolitan pada tahun 2009 dan merupakan penghasil ikan terbesar di Jawa Timur bahkan nasional. Uang yang beredar saat Muncar berlimpah ikan tidak kurang dari 10 miliar per hari. Ikan lemuru sebagai bahan baku ikan kalengan seperti sarden, merupakan komoditas utama yang menjadi unggulan Muncar. Namun, saat ini produksi ikan lemuru hasil tangkapan nelayan menurun drastis, berdampak pula pada ratusan industri perikanan rumahan (home industry) yang memproduksi minyak ikan dan tepung ikan.
Pada tahun 2007 produksi lemuru bahkan mencapai 65.000 ton, dua tahun berikutnya menurun menjadi rata-rata 27.833 ton. Angka itu turun drastis menjadi 1.651 ton pada tahun 2011. Meski sempat kembali meningkat sebanyak 10.267 ton pada tahun 2015, jumlah tangkapan ikan lemuru terus menurun hanya 54 ton pada tahun 2017. Dengan kondisi seperti itu 13 ribu nelayan yang mengawaki 1.865 unit kapal/perahu 5-30 GT kehilangan sebagian besar pendapatannya. Penumpukan kapal di kolam labuh tidak bisa dihindari karena hanya sebagian kecil saja kapal ikan yang beroperasi.
Berbeda dengan usaha rumahan pengolahan ikan yang umumnya gulung tikar, sebaliknya industri pengolahan ikan di luar kawasan pelabuhan Muncar semakin berkembang. Ratusan pabrik canning, surimi yang lama maupun baru memasok kebutuhan bahan bakunya dari impor maupun mendatangkan dari perairan Indonesia Timur. Ratusan kapal ikan dari Pekalongan, Juwana, Jakarta, Makassar setiap hari membongkar ikan di Pelabuhan Meneng, Banyuwangi berjarak 40 km dari Muncar. Pelabuhan Muncar dengan kedalaman 2-4 meter dan fasilitas dermaganya tidak memenuhi syarat, tidak bisa digunakan sandar kapal kayu berbobot 30 -300 GT.
Sampai saat ini belum ada upaya kongkrit dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk menyelamatkan asset investasianya serta memfungsikan maksimal Pelabuhan Muncar. Untuk memenuhi fasilitas bongkar muat kapal seperti di Pelabuhan Umum Meneng, Muncar membutuhkan dermaga dengan kedalaman 7-9 meter. Seabrek peneliti dan pakar perikanan hendaknya dilibatkan aktif, tidak sekedar memburu gelar doktor lemuru.
Jetty menjadi salah satu alternatip sebab tidak membutuhkan perawatan untuk pengerukan sedimentasi seperti di dua kolam labuh yang ada, biaya perawatannya tinggi. Selain itu Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi diminta aktif melakukan underwater restocking untuk melestarikan sumberdaya ikan, pemulihan ekosistem terumbu karang di selat Bali juga harus digalakkan.
Termasuk diantaranya memulihkan ekosistem mangrove di Teluk Pangpang serta meningkatkan SDM nelayan Muncar agar mampu menangkap ikan di laut dalam. Sebagai contoh nelayan di Pancer, Banyuwangi yang awalnya nelayan oneday fishing banyak yang beralih ke penagkapan ikan laut dalam hingga 7 hari melaut di Samudra Indonesia dengan hasil tangkapan, tuna, cakalang, tongkol yang mempunyai harga jual tinggi. Lahan di kawasan Pelabuhan Muncar yang idle juga memungkinkan untuk disewa industri pengolahan ikan, cold storage, pergudangan dan memaksimalkan fasiltas docking kapal.

———- *** ———–

Rate this article!
Tags: