Mengembalikan Semangat Siswa melalui PTM Terbatas

Oleh :
I Gede Alfian Septamiarsa
Pranata Humas Ahli Pertama Biro Administrasi Pimpinan Setda Provinsi Jatim

MASA bahagia adalah masa SMA. Itu dulu, tidak sekarang. Situasi dan kondisi dulu berbeda dengan sekarang. Alhasil, slogan itu pun sirna.

Masa SMA adalah pencarian jati diri. Hampir setiap orang memiliki pengalaman ketika duduk di bangku SMA. Pengalaman romantis, anarkis, pesimistis, atau pengalaman lainnya. Yang jelas, pengalaman itu terjadi karena ada interaksi antar siswa dan guru. Ada pertemuan antar siswa dan guru.

Itu yang membuat berbeda. Interaksi yang terjadi pada masa kini ta seheboh dulu. Wajar, karena interaksi dibalut dengan teknologi internet. Dan wajar pula jika banyak orang rindu kembali belajar tatap muka. Sebab, disitulah interaksi nyata terwujud. Kenangan dan pengalaman bakal terbangun.

Nah, saat ini pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas bertahap baru saja dimulai. Hal ini mampu memberikan secercah harapan bagi para guru, siswa, dan wali murid.

Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) Nomor 35 Tahun 2021, kabupaten/kota yang berada dalam level I, II dan III diperbolehkan melakukan PTM terbatas bertahap.

Proses PTM terbatas bertahap masih dilakukan secara hybrid learning. Artinya para siswa yang mengikut proses belajar mengajar tidak hanya ditujukan bagi yang hadir secara tatap muka, tetapi juga bisa diikuti secara daring dari rumah.

Sebagai informasi, salah satu syarat yang tercantum dalam Inmendagri tersebut yaitu kapasitas maksimal 50% dari normal, dengan menjaga jarak minimal 1,5 meter.

Kemudian setiap siswa mengikuti pembelajaran tatap muka terbatas paling banyak 2 kali dalam 1 minggu, paling lama 4 jam pelajaran per hari dengan 30 menit setiap jam pelajaran. Artinya dalam sehari PTM dilakukan selama 2 jam. Selain itu juga wajib disertai surat izin dari orang tua.

Di Jawa Timur sendiri, sebanyak 20 kabupaten/kota dengan level II dan III yang diperbolehkan untuk PTM terbatas bertahap bagi SMA, SMK, dan SLB.

Sebagai informasi, dari 20 kabupaten/kota tersebut, untuk Kab. Sampang, Kab. Pasuruan, Kab. Sumenep, Kab. Tuban, Kab. Situbondo, Kab. Bondowoso, Kab. Nganjuk, Kota Mojokerto dan Kab. Mojokerto, Kab. Bangkalan, serta Kab. Lamongan telah menyiapkan sekolahnya dari jenjang SD hingga menengah ke atas untuk bertatap muka.

Sedangkan Kab. Pacitan, Kab. Jember, Kab. Bojonegoro, Kab. Sidoarjo, Kab. Gresik dan Kota Surabaya baru menyiapkan SMA dan SMK sementara sisanya baru akan dirapatkan. Selain itu, Kab. Probolinggo dan Kab. Pasuruan baru menyanggupi PTM untuk SMA dan SMK, dan akan menerapkan sistem yang sama di jenjang lainnya per tanggal 1 September 2021.

Unit sekolah yang paling bersyukur adalah SMK. Karena pada dasarnya proses pembelajaran di tingkat SMK tidak hanya teori saja, tetapi membutuhkan praktik mengasah keterampilan sesuai jurusannya masing-masing.

Ketika pembelajaran secara daring, para siswa SMK akan sangat kesulitan untuk memahami bagaimana membuat, menyusun atau apapun yang kaitannya dengan jurusan mereka. Misalkan saja Broadcasting, para siswa perlu mempelajari bagaimana bagaimana melakukan produksi penyiaran yang baik, meliput sebuah kegiatan di lapangan.

Kalau saja penyusunan draft naskah penyiaran atau editing bisa saja dibuat secara daring, sementara untuk liputan kegiatan atau wawancara narasumber akan lebih dapat esensinya jika dilakukan secara offline.

Begitu juga dengan jurusan teknik, para siswa akan lebih mendalami keterampilan teknis dengan disertai praktik yang rutin. Istilahnya, bisa karena terbiasa. Bisa karena terbiasa adalah sebuah rangkaian kata Pepatah yang dihadirkan kepada mereka Sang Pejuang masa depan, agar setiap insan yang bermimpi, dan merasa mimpi itu sulit didapatkan untuk mau terus berlatih melakukan hal yang tidak bisa ia lakukan. Dengan begitu akan menambah pengalaman dan pengetahuan mereka.

Beberapa perusahaan ketika magang, mengeluhkan kemampuan para siswa SMK yang kurang menguasai keterampilan sesuai jurusannya. Selama pandemi berlangsung, mereka yang terpaksa belajar secara daring tanpa praktek langsung telah tertinggal dari demand dunia industri, dunia usaha dan dunia kerja yang standartnya makin tinggi.

Hal tersebut perlu disadari bahwa pembelajaran yang dilakukan melalui daring ini dirasakan cukup untuk memperkuat praktik-praktiknya. Secara teori bisa kuat dengan daring, tetapi untuk praktik tanpa bimbingan para guru dan profesional yang diundang pada SMK akan sulit diperkuat.

Karenanya, PTM terbatas bertahap ini memberikan harapan bagi para siswa SMK. Apalagi pada dasarnya PTM ini mampu membawa efek positif pada motorik bagi siswa. Ketika praktik pun, saraf-saraf motorik bergerak aktif sembari semakin mengasah keterampilan sesuai jurusannya. Tak hanya itu, PTM terbatas bertahap diharapkan bisa mengembalikan semangat siswa untuk meraih ilmu.

Dengan demikian nantinya lulusan SMK ini diharapkan dapat langsung terserap dunia usaha dan dunia industri (DUDI).

Agar proses PTM terbatas bertahap ini terus dapat berlangsung, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan selain SOP yang tertera dalam Inmendagri No. 35 Tahun 2021.

SMA/SMK perlu memiliki Tim Satgas COVID-19 pada sekolah masing-masing. Dimana, Tim Satgas COVID-19 itu sendiri terdiri dari guru-guru, civitas akademik dan OSIS yang bekerjasama dengan Satgas di tingkat RT/RW. Tugas utama mereka nantinya adalah memastikan prokes dan ketertiban peraturan PTM dilakukan dengan disiplin ketat.

Selain itu berkaitan vaksinasi, Salah satu kendala yang masih dihadapi oleh masing-masing kabupaten/kota adalah vaksinasi guru yang belum 100% terlaksana. Di Jawa Timur misalnya, saat ini tercatat 88,48% guru yang menerima vaksin dosis pertama dan 77% yang menerima vaksin dosis kedua. Padahal, guru yang telah divaksin menjadi syarat pelaksanaan PTM.

Untuk itu, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan serta Bupati/Walikota untuk memprioritaskan vaksinasi bagi pelajar dan guru.

Ada sebuah harapan bersama agar PTM ini bisa terlaksana dengan baik tanpa adanya kenaikan kasus positif COVID-19 yang baru. Agar PTM bisa dilaksanakan 100% untuk semua jenjang pendidikan di seluruh daerah.

Pada akhirnya, proses belajar-mengajar kembali berjalan normal dan kita bisa menyiapkan anak-anak kita untuk masa depan yang lebih berkualitas. Akankah semangat para siswa kembali menggeliat saat PTM terbatas bertahap berlangsung?

——— *** ———–

Tags: