Mengembangkan Keaksaraan Berbasis Alam

seng iki bosOleh :
Nur Cholissiyah, SPd
Guru Bahasa Inggris SMP Negeri 3  Kedungadem, Bojonegoro – Jawa Timur

” Tak kenal maka tak sayang”. Kutipan kata bijak itu barangkali bisa mewakili proses pembelajaran yang berlangsung di  sebuah kelompok belajar keaksaraan di Desa Kendung kecamatan Kedungadem kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Yah, proses pembelajaran yang diawali dengan mengenalkan media pembelajaran berupa alam sekitarnya.
Berangkat dari mengenalkan huruf, kata, angka latin dan angka arab yang dikemas dalam media gambar alam dan benda-benda sekitar yang menarik diharapkan mampu menumbuhkan ketertarikan pada pembelajaran Calistung (baca:baca tulis hitung). Model seperti ini juga diharapkan  mampu menghadirkan rasa senang, nyaman, ingin tahu  dihati para warga belajar yang pada umumnya orang dewasa yang putus sekolah. Perasaan nyaman inilah yang nanti mampu menumbuhkan perasaan butuh  berada pada lingkungan belajar. Bahwa pembelajaran Calistung itu sebenarnya tidaklah terlalu rumit seperti yang mereka keluhkan selama ini. Belajar calistung itu menyenangkan,  bahwa belajar itu dekat dengan mereka, bahwa belajar itu kebutuhan mereka hari ini.
Sebagaimana piramida terbalik  Taxonomi Bloom yang digagas oleh Anderson menggambarkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media visual jauh lebih mengena dibanding dengan hanya bahasa verbal. Berkaca dari sini tentu muncul  pertanyaan, Apakah benar pembelajaran Calistung dengan media alam itu efektif? Seberapa efektifkah pembelajaran calistungdengan pemanfaatan media alam?  Bagaimana seharusnya peran tutor dalam meningkatkan efektifitas pembelajaran Calistung di lingkup pendidikan keaksaraaan?
Pembelajaran Calistung yang Efektif
Hasil penelitian menyebutkan bahwa pengalaman belajar 10 % diambil dari apa yang kita dengar, 20% dari yang kita baca, 30 % dari yang kita lihat, 50% dari yang kita lihat dan dengar, 70% dari yang kita katakan, 90% dari yang kita lakukan. Pembelajaran yang efektif banyak bergantung kepada kesiapan dan cara belajar yang dilakukan warga belajar itu sendiri, baik yang dilakukan  secara mandiri maupun kelompok. Jadi yang terpenting adalah upaya pengembangan aktifitas, kreatifitas , dan motivasi  warga belajar didalam proses pembelajaran.
Pembelajaran pendidikan keaksaraan menggunakan pendekatan Keaksaraan Fungsional (KF).Seperti gagasan Sujarwo,M. Pd, dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta mengartikan bahwa “Keaksaraan Fungsional adalah suatu pendekatan atau cara untuk mengembangkan kemampuan belajar dalam menguasai dan ketrampilan menulis, membaca, berhitung, berfikir, mengamati, mendengarkan dan berbicara yang berorientasi pada kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar warga belajar”.Dari prinsip dasar tersebut kiranya para tutor  sedapatnya pahami  dan dengan pemanfaatan media yang tepat mampu membawa proses pembelajaran keaksaraan lebih terarah.
Pembelajaranyang dirancang semenarik mungkin dapat memberi kesan bagi para warga belajar untuk tetap eksis dalam belajar. Sehingga dibutuhkan sebuah  perencanaan yang matang.Pembelajaran  manusia usia produktif yang rentang usia 10-44 tahun memiliki  perbedaan dengan usia anak-anak. Usia ini lebih memiliki banyak cadangan informasi  dibanding dengan anak-anak usia sekolah. Jadi stok informasi yang mereka tangkap selama kehidupan riil sehari- hari,  dapat dijadikan modal awal yang mampu menstimulus  mereka dalam belajar. Tutor tinggal menggali  pada tahap awal pelaksanaan brainstorming dapat dilakukan dengan mengaitkan informasi yang sudah sejak awal warga belajar miliki, kemudian mengaitnya dengan pembelajaran yang akan berlangsung,disertai skenario proses kegiatan belajar yang menarik ,menyenangkan, luwes , dan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada warga belajar. Maka pembelajaran itupada akhirnya berhasil dan mampu dikembangkan ke arah kecakapan hidup lainnya.
Contoh  untuk mengenalkan huruf A kita gunakan  gambar arang dan kata” Arang” dengan huruf kapital A besar dan warna yang menarik, Karena arang sering ditemui dilingkup pedesaan dekat dengan kehidupanya. Huruf B gunakan gambar banyak kata ” Banyak” dengan huruf B besar   serta warna yang menarik,Karena hewan “Banyak”  salah jenis angsa yang mereka ternak.  Huruf C , dengan kata Cicak,  hewan cicak banyak dijumpai dirumah mereka dan seterusnya.
Penggunaan media yang menarik sangat besar sekali pengaruhnya ke otak. Begitu juga untuk angka latin maupun angka arab. Kemudian untuk  penilaian akhir pembelajaran tutor harus mengoptimalkan kreatifitasnya, dengan menciptakan instrumen penilaian yang serupa dengan proses pembelajaran yang disuguhkan pada proses kegiatan pembelajaran. Hal inidapat di jadikan alat untuk mengevaluasi seberapa jauh tingkat keberhasilan dalam proses pembelajaran.
Peran Tutor Keaksaraan
Peran Tutor  dalam menciptakan pembelajaran yang efektif bagiwarga belajarnya, antara lain: Pertama, meningkatkan persepsi warga belajar terhadap kemampuan tutor yang meliputi atensi (baca:perhatian) dan ekspektasi (baca:harapan). Persepsi warga belajar terhadap kemampuan tutor berbeda-beda. Hal ini ditentukan oleh karakteristik pribadi prilaku persepsi yang meliputi sikap, motif, minat dan harapan. Faktor internal yang melekat dalam diri prilaku persepsi warga belajar adalah belajar karena merasa perlu untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya.
Kedua, tutor harus memiliki pengetahuan dasar didaktik metodik, kreatif, inovatif dan , pengalaman yang cukup bagaimana sebuah pembelajaran yang diselenggarakan mampu memenuhi  harapan upaya pembrantasan buta aksara di Indonesia. Dengan mengenal  karakteristik warga binaannya tutor mampu menfasilitasi dan menskenario pembelajaran dengan baik
Ketiga, mencairkan suasana dan kontradiksi karena bervariasinya warga belajar.Warga belajar cenderung kontradiktif karena : (a) disatu sisi, kelompok warga belajar terlalu aktif berbicara, di lain pihak ada kelompok yang selalu diam, (b) terdapat warga belajar yang bergerak secara cepat dan sebaliknya adapula yang justu sangat lamban, (c) warga belajar yang mengalami problema kepribadian.
Keempat, tutor tidak hanya sekedar menjalanan tugas memberi bimbingan belajar tetapi harus memberikan informasi yang jelas sehingga mudah di cerna oleh warga belajar.
Keenam, tutor memberikan demonstrasi dan ujicoba untuk diikuti oleh warga belajar. Demontrasi tidak hanya berupa percontohan teknis, tetapi juga menunjukkan kinerja yang lebih baik.
Disamping paparan di atas  untuk meningkatkan pembelajaran itu efektif dan efesien seorang tutor  tidak hanya bergantung pada rencanapembelajaran dan model pembelajaran, tetapi yang utama adalah kemampuan untuk  memanfaatkan setiap peluang yang saat muncul pada saat-saat pembelajaran sedang berlangsung. Model pembelajaran merupakan suatu yang dirancang untuk memunculkan peluang- peluang tertentu yang diinginkan oleh penyusunnya. Jenis-jenis peluang yang lain yang tidak direncanakan juga akan muncul. Semua peluang tersebut harus dimanfaatkan oleh tutor dengan cara yang tepat, agar hasil belajar warga belajar meningkat dengan baik.
Sehingga pada akhirnya pembelajaran itu mampu memenuhi harapan target pendidikan Keaksaraan dan GNP PBA (Gerakan Nasional Percepatan Pemberantasan Buta Aksara) yang canangkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan anak bangsa.Dan  juga dalam upaya mengurangi angka kematian bayi  akibat buta aksara sesuai tujuan program UNESCO-UNLD. Bukan begitu para pembaca?

——————– *** ———————-

Tags: