Mengembangkan Potensi Pariwisata Jawa Timur

Oleh :
Umar Sholahudin
Dosen Sosiologi Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Kondisi ekonomi global dan nasional, saat ni sedang mengalami Kondisi ekonomi global yang sudah berjalan dalam kurun waktu lima tahun terakhir, telah mempengaruhi kondisi ekonomi nasional, pun demikian dengan kondisi perekonomian daerah. Hal ini setidaknya ditunjukkan dengan kondisi sosial-ekonomi makro nasional yang terus tidak stabil, bahkan mengalami penurunan. Akibat dari kondisi ekonomi global yang tak bersahabat tersebut, memaksa pemerintah pusat beberapa kali melakukan koreksi terhadap asumsi-asumsi makro sosial-ekonomi, khususnya APBN 2017.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur mengikuti pola pertumbuhan ekonomi nasional. Jika pertumbuhan ekonomi nasional membaik, ekonomi Jatim juga membaik, pun sebaliknya, jika mengalami pelambatan, pertumbuhan ekonomi Jatim juga mengalami pelambatan. Dalam tiga tahun terakhir ini, pertumbuhan ekonomi Jatim pelambatan seiring dengan pelambatan ekonomi nasional. Tahun 2014 ekonomi Jatim tumbuh 5,86%, tahun 2015 sebesar 5,44 dan tahun 2016 sebesar 5,55. Sementara pertumbuhan nasional 5,02 persen (2014); 4,79 persen (2015); lalu 5,02 persen (2016). Pada tahun 2017 triwulan I ini pertumbuhan ekonomi Jatim relatif statbil, yakni pada angka 5,37%. Angka-angka ini jauh lebih rendah dibanding dengan awal-awal pemerntagan Pakde Karwo pada tahun-tahun 2008-2013 yang mencapai di angka 6-7%. Pelambatan pertumbuhan ekonomi ini berdampak pada targat pendapatan daerah yang juga mengalami penurunan.
Namun demikian, kondisi perekonomian global dan nasional tersebut, dapat dijadikan peluang dan sekaligus tantangan bagi pemerintah proponsi,, dan lebih khusus lagi bagaimana agar penerimaan daerah dapat bisa ditingkatkan meskipun cuara pertumbuhan ekonomi nasional sedang lesu. Salah satu sektor pembangunan daerah yang memiliki potensi ekonomi sangat besar bagi pembangunan daerah, khususunya lagi peningkatan penerimaan daerah adalah pembangunan sektor pariwisata. Selama ini, Propinsi Jatim memiliki pusat-pusat destinasi pariwisata di berbagai daerah di kabupaten/kota yang sangat menjanjikan secara ekonomik. Namun sangat disayangkan, potensi besar sektor pariwisata yang dimiliki Jatim, baru sebagian yang dikembangan menjadi industri dan cukup membantu penerimaan darah. Akan tetapi, masih banyak yang belum tersentuh. Dengan kata lain, masih dikelola secara konvensional dan bahkan tradisional.
Pengembangan Sektor Pariwisata
Pembangunan sektor pariwisata sudah menjadi trend global dan nasional, mengingat pembangunan industri pariwisata selain dapat menopang perekonomian nasional dan daerah, pembangunan industri pariwisata juga dapat meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat.
Penting dan strategisnya pembangunan industri pariwista bagi perekonomian suatu negara, dinyatakan oleh Organisasi Pariwisata Dunia PBB atau United Nation World Tourism Organizations (UNWTO) , yang mengakui bahwa sektor pariwisata adalah sektor unggulan (tourism is a leading sector) dan merupakan salah satu kunci penting untuk pembangunan wilayah di suatu negara dan peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat. Meningkatnya destinasi dan investasi pariwisata, menjadikan sektor pariwisata sebagai faktor kunci dalam pendapatan ekspor, penciptaan lapangan kerja, pengembangan usaha dan infrastruktur.
Sektor Pariwisata telah mengalami ekspansi dan diversifikasi berkelanjutan, dan menjadi salah satu sektor ekonomi yang terbesar dan tercepat pertumbuhannya di dunia. Data Organisasi PBB untuk Pariwisata/United Nation World Tourism Organization/UNWTO (UNWTO Tourism Highlight, 2014), menunjukkan bahwa kontribusi sektor pariwisata terhadap GDP dunia sebesar 9%, 1 dari 11 pekerjaan diciptakan oleh sektor pariwisata, kontribusi terhadap nilai ekspor dunia sebesar USD 1.4 trilliun atau setara dengan 5% ekspor yang terjadi di dunia.
Kawasan Pariwisata Jawa Timur
Saat ini pemerintah propinsi Jawa Timur sudah memiliki Peraturan Daerah No. 16 Tahun 2017 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Propinsi (Riparprop). Secara nasional peran strategis yang diemban Provinsi Jawa Timur adalah mendukung target pembangunan nasional untuk pembangunan 4 (empat) Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) yaitu: KSPN Bromo Tengger Semeru; KSPN Trowulan; KSPN Ijen Baluran dan KSPN Pacitan. Sedangkan secara global Pariwisata Jawa Timur banyak diantaranya yang juga sudah banyak dikenal baik dikalangan wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Citra daya tarik wisata berdasarkan Review Lonely Planet &Trip Advisor sebagai media komunikasi di tingkat internasional, beberapa daya tarik yang sudah populer antara lain Kawah Ijen, House of Sampoerna, Museum Angkut, Gunung Bromo, Batu Secret Zoo, tetapi masih perlu meningkatkan citra daya tarik wisata lain di tataran internasional agar berdampak terhadap tingkat kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara.
Fakta geografis, demografis, dan sosiologis juga menunjukkan bahwa Propinsi Jawa Timur memiliki wilayah-wilayah dan potensi destinatif yang tersebar di berbagai kabupaten/kota yang sangat potensial untuk dikembangkan secara optimal, dan dapat menjadi potensi sumber penerimaan daerah yang sangat menjanjikan. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 – 2025, disebutkan bahwa terdapat empat hal pokok yang menjadi perhatian dalam pembangunan kepariwisataan di Indonesia, yakni aspek : masalah destinasi pariwisata; industri pariwisata; pemasaran pariwisata; serta kelembagaan maupun sumber daya manusia bidang pariwisata.
Kesejahteraan Masyarakat
Payung regulasi daerah dalam bentuk Perda tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi Jatim Tahun 2017-2032 ini diharapkan menjadi pedoman (guiden) yang bersifat integralistik-komprehensif bagi pemerintah propinsi dan kabupaten/kota dalam proyek pembangunan dan pengembangan industri pariwisata yang lebih ramah terhadap lingkungan dan ramah terhadap kehidupan sosio-kultural masyarakat lokal. Sehingga tujuan pembangunan dan pengembangan industri pariwisata tidak hanya sekedar untuk meningkatkan devisa daerah, tapi juga kualitas kehidupan masyarakat lokal dan sustainability dapat diwujudkan.
Karana itu, secara prinsipil ada dua sasaran yang dibebankan dan harus dijaga pada pembangunan kepariwisataan Jatim, yakni sasaran dalam sosio-ekonomi dan sosio-budaya. Sebagai sasaran sosio-ekonomi, pariwisata berfungsi sebagai penerimaan devisa, pemerataan pendapatan masyarakat, dan pemerataan lapangan kerja, sedangkan sasaran sosio-budaya mendorong terpeliharanya kebudayaan nasional di daerah tujuan wisata baik yang bersifat material maupun immaterial, dengan demikian usaha pembangunan kepariwisataan dan kebudayaan terdapat kaitan yang kuat satu sama lain. Tujuan akhir dari pembangunan industri pariwisata adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal.

———- *** ————

Tags: