Mengenal Dua Mahasiswi Perintis Usaha Mandiri di Situbondo

Heni Indah Yestika dan Siti Yusfida, dua mahasiswi FE Unars Situbondo tercatat memiliki usaha mandiri sejak muda. [sawawi]

Heni Piawai Membuat Hiasan Dinding dari Benang, Yusfida Merangkai Lupepi
Kabupaten Situbondo, Bhirawa
Meski hanya kuliah di perguruan tinggi swasta lokal, tidak membuat dua mahasiswi asal Situbondo ini minder di depan teman seangkatannya di Fakultas Ekonomi (FE) kampus Universitas Abdurahman Saleh (Unars) Situbondo. Bahkan, dua wanita berhijab itu mampu menunjukkan kelebihannya memiliki usaha secara mandiri di lingkungannya menimba ilmu di kampus tertua di Situbondo. Apa saja kelebihan kedua wanita muda ini ?.
Dia adalah Heni Indah Yestika dan Siti Yusfida. Sebelum berstatus sebagai mahasiswi sudah dikenal dekat dengan dunia usaha. Maklum ibu Heni lama sebagai seorang penjahit handal di rumahnya. Berbekal modal itulah, Heni terbentuk menjadi wanita muda yang piawai berwirausaha. Dengan modal kecil, Heni mulai merintis usaha membuat hiasan dinding dari bahan benang. Rupanya usaha Heni ini perlahan diketahui teman barunya saat baru masuk di FE Unars Situbondo. “Dari sana saya mulai ada yang order lumayan banyak,” ujarnya.
Lambat laun, usaha Heni terus berkembang pesat hingga saat ini mampu mempekerjakan sejumlah wanita paro baya yang tinggal didekat rumahnya. Heni yakin dari berbisnis kecil kecilan akan berkembang menjadi besar. Jiwa bisnis yang melekat kuat pada Heni ini terus tumbuh hingga menjadi mahasiswi di Fakultas Ekonomi (FE) Unars Situbondo. “Saya kalau ingat awal dahulu sangat bersyukur karena sejak muda sudah bisa membuka usaha sendiri,” ungkapnya.
Kata Heni, keinginan dirinya untuk tidak terlalu bergantung kepada orang tuanya untuk urusan biaya kuliah bisa menjadi kenyataan. Sebab, kini Heni sudah punya usaha sendiri dan bisa membayar biaya kuliah. Masih kata Heni, dari usaha hiasan dinding berbahan benang rajut yang ia buka, kini sudah mampu mempekerjakan ibu-ibu rumah tangga. “Alhamdulillah usaha ini dapat menciptakan lapangan kerja untuk ibu-ibu rumah tangga yang tinggal di sekitar rumah di Situbondo,” katanya.
Heni menjelaskan, usaha tersebut berawal dari hobi yang dimiliknya yang muncul sejak remaja. Kata Heni, ibunya sering mengajari merajut benang. Dari sanalah hobi Heni terus terasah dan belakangan orderannya meningkat dengan menggembiraan. Dari hobi itu, Heni kini mampu berani mendirikan usaha sendiri meski belum begitu besar.
Heni mengaku, ibunya sering mendorongnya untuk mampu hidup secara mandiri. “Saya selalu berharap dan sering berdoa, agar selalu diberi jalan bagi mereka yang sering berusaha. Dari sanalah, saya termotivasi seperti dipesankan ibu sejak remaja,” ungkapnya.
Heni pun mengaku, pada awal membuka usaha, memang ada rasa takut rugi atau bangkrut. Akan tetapi dia terus yakin dan berusaha membuang jauh jauh rasa takut gagal dalam berbisnis. Malah sebaliknya Heni terus menikmati bisnis tersebut dan intens menghadapi tantangan. “Meski ada dalam situasi apapun, saya tetap optimis untuk menjalani bisnis ini. Bahkan saya berusaha membuang emosi itu agar dapat mewujudkan impian saya,” papar Heni.
Dengan memegang prinsip tersebut, Heni bersyukur kini sudah bisa eksis dan mandiri dalam usaha yang ia rintis sejak usia muda. Dengan strategi yang Heni pegang teguh, akhirnya kini bisa melawan perasaan takut gagal. Sebab, untuk menjadi wanita yang sukses, akunya, selain membutuhkan ketekunan juga harus dibarengi dengan proses yang panjang. “Biasanya seseorang itu gagal karena pesimis,” pungkas Heni.
Sementara itu, Siti Yusfida, lebih memilih membuka usaha mandiri dibidang lupepi atau lukisan dari pelepah pisang. Wanita berparas manis ini mengaku memilih usaha tersebut karena alasan lingkungan rumahnya. Dengan usahanya itu, papar Yusfida, banyak menggunakan barang bekas yang tidak bernilai harganya menjadi bernilai ekonomis setelah dipoles tangan dingin Yusfida. “Harus terus menerus di latih, kalau ingin sukses menjadi enterpreneurship sejati,” terangnya.
Siti Yusfida mengatakan, dirinya memilih buka usaha sendiri karena sejak kecil sudah berkeinginan menjadi seorang pengusaha besar. Menurut Yusfida, sepandai-pandai seseorang menjadi karyawan, tetap akan menjadi seorang bawahan. Sebaliknya, urai Yusfida, sekecil apapun usaha yang dipunya seseorang usahawati, tentu akan selalu menjadi pemilik atau bos. “Jelas beda menjadis seorang karyawan dengan kita menjadi usaha sendiri,” ujar Yusfida.
Siti Yusifida juga mengaku sama dengan Heni dalam hal motivasi memiliki usaha mandiri. Selain karena termotivasi oleh orang tanya, Yusfida juga mengaku seringkali ibunya mendorong untuk terus belajar dan berusaha untuk meraih kesuksesan. Dimata Yusfida, orang tuanya merupakan suatu sinergi tersendiri dalam menggapai kesuksesan berusaha secara mandiri. “Saya sangat percaya setiap kesuksesan itu akan dicapai jika ada ikhtiar, doa dan rajin menjalaninya,” terangnya.
Siti Yusfida pun berpesan kepada kolega atau wanita muda di Situbondo, sebagi manusia agar tidak mudah takut dan minder dalam setiap mencoba membuka usaha. Selain itu, ungkap Yusfida, wanita muda juga jangan mudah tunduk pada keadaan dijaman modern ini. “Sebab, hal itu bisa menjadi penghalang untuk meraih kesuksesan. Jalani apa yang kita rasa benar akan maju, maka akan berjalan dengan sukses,” tandasnya.  [sawawi]

Tags: