Mengenal Lebih Dekat Rudi Kristiawan, Kepala Rutan Kelas II-B Situbondo

Kepala Rutan Kelas II-B Situbondo, Rudi Kristiawan bersama istri saat mengikuti prosesi sertijab dengan pejabat lama Tomi Elyus belum lama ini. [sawawi]

Beri Pelayanan Prima, Ajak WBP Menjaga Kebersihan dan Keindahan Rutan

Kabupaten Situbondo, Bhirawa
Kini, masyarakat Kota Santri Pancasila yang ingin berkunjung ke Rutan Kelas II-B Situbondo tidak ribet dan tidak sulit lagi. Keluarga Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang hendak menjenguk pun diberi pelayanan cepat, mudah dan prima. Bahkan masyarakat diberi pelayanan berkunjung hampir tiap hari, minus hari Minggu dan hari besar nasionl. Ini semua berkat tangan dingin Kepala Rutan yang baru, Rudi Kristiawan.
Pagi Selasa kemarin (31/1), seperti biasa semua tamu harus melapor kepada petugas penjaga piket di pos depan Rutan Kelas II-B Situbondo. Di pos paling depan itu di jaga dua personil Rutan dengan berpakaian resmi, baju abu-abu dan celana berwarna biru gelap. Saat Bhirawa mendaftar, sambutan senyuman tampak keluar dari dua petugas Rutan Situbondo. “Mau kemana Pak ?. Kami siap mengantar,” tegas personil tersebut seraya mengantar ke pintu kedua gedung rutan.
Sesampainya di pintu kedua, langsung disambut petugas rutan dan langsung diantar ke ruang Kepala Rutan, Rudi Kristiawan, yang terletak di lantai II. Ternyata, Rudi Kristiawan yang asli kelahiran Blora Jawa Tengah itu, sudah menunggu. Sambutan mantan Kepala Rutan Padang Panjang itu penuh dengan senyuman. “Monggo mas duduk disini saja. Sebab ruangan saya masih di perbaiki interiornya. Ini agar suasananya enak dihuni,” ujar Rudi yang mengajak melihat rehab ruangannya kemarin.
Usai sebentar ditemui, salah satu staf rutan membuat segelas teh. Selanjutnya, alumni D-III Ilmu Pemasyarakatan atau Akademi Ilmu Kemasyarakatan itu mengupas satu persatu program unggulan yang sudah di realisasikan. Satu diantaranya mengajak semua penghuni untuk menjaga kebersihan dan keindahan dii lingkungan Rutan.
“Kami juga mberikan pelayanan pengobatan dengan jemput bola ke kamar WBP di Rutan Situbondo. Kalau sebelumnya pengobatan atau pemeriksaan WBP diantar ke luar (Puskesmas atau RSU),” aku mantan Kasi Kegiatan Kerja Lapas Kelas II-A Kediri itu.
Rudi menambahkan, program lain yang sudah terealisasi yakni melatih keterampilan memasak bagi WBP perempuan bekerjasama dengan Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) Kabupaten Situbondo. Sebelumnya, aku Rudi, WBP perempuan di Rutan Kelas II-B belum pernah tersentuh pelatihan keterampilan memasak. “Kini hasil pelatihan berupa produk makanan sudah laku saat dipajang dalam stand kegiatan Car Free Day, pada Minggu pagi di alun alun Kota Situbondo. Rasanya juga enak di lidah,” ujar Rudi.
Mantan Kasi Bimbingan Napi Kelas II-A Lapas Pamekasan itu menambahkan, hasil karya WBP yang berupa kue yang dijual dan dipajang oleh 4 WBP sudah memenuhi syarat untuk keluar dari Rutan Situbondo. Kedepan, aku Rudi, diharapkan kegiatan tersebut bisa memotivasi WBP untuk kembali membuat hasil karya setelah keluar atau bebas dari masa hukuman di Rutan Situbondo.
“Hasil karya yang di pajang 4 orang WBP Rutan Situbondo antara lain jenis bronies alpukat, Pie Bronies, Rainbow Cake Gulung, Bronies Bento dan Korean bread atau Roti Boy,” beber Rudi.
Rudi memastikan dari hasil penjualan aneka produk kue tersebut, selanjutnya akan dijadikan modal pihak Rutan dalam melaksanakan produksi dan penjualan. Nantinya, aku Rudi, secara berkelanjutan dipajang setiap acara Car Free Day hari Minggu. “Ya dalam kegiatan penjualan aneka kue yang melibatkan 4 WBP mendapat pengawalan ketat dari seluruh pegawai Rutan Situbondo. Mereka juga dibantu dengan pegawai Dinas Ketenagakerjaan Situbondo,” urai Rudi.
Mantan Kasi Pengamanan Lapas Kelas II-A Sidoarjo itu mengakui, kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan potensi yang dimiliki Warga Binaan Pemasyarakatan Rutan Situbondo. Tak cukup itu, imbuh dia, setelah mereka bebas tidak akan sulit lagi mencari penghidupan yang halal.
“Selain WBP belajar memproduksi kue, WBP juga belajar tentang tata cara menjual hasil karya produknya kepada masyarakat. Termasuk juga di pusat CFD Situbondo,” tandas mantan Kasi Kasubsi Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan Kelas II-A Sodoarjo itu.
Pria yang pernah bertugas sebagai pembimbing kemasyarakatan itu menambahkan, setiap hari semua penghuni Rutan Situbondo diberi seragam yang berbeda. Ini dilakukan, urai mantan Kasubsi Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan Kanwil Kepuluan Riau itu, agar ada keseragaman diantara semua WBP.
“Kami juga menyediakan jemuran baju WBP. Karena sebelumnya jemuran baju di pajang diatas lantai. Ini sebagai upaya menghargai WBP,” tandas mantan Kasubsi Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan Lapas Kelas II-A Tanjung Pinang itu.
Kedepan, imbuh dia, Rutan akan menjalin kerjasama dengan salah satu ponpes untuk pelaksanaan kegiatan keagamaan serta kegiatan ibadah lain. Artinya, imbuh alumnis S-2 Magister Manajemen STIE Mahardika tahun 2017 itu, ada kegiatan ponpes di dalam Rutan Situbondo.
“Nantinya kegiatan itu sama dengan kegiatan yang dilaksanakan oleh ponpes dimaksud. Kami saat ini tinggal menunggu keluarnya rekomendasi dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten Situbondo, ponpes mana yang disetujui untuk menjalin kerjsama dengan Rutan Situbondo,” pungkas alumni S-1 Ilmu Hukum Universitas Islam Azzahra tahun 2012 silam itu. [sawawi]

Tags: