Mengenal Operasi Katarak Teknik Phaco Emulsifikasi

Direktur Klinik Mata Utama dr Uyik Unari SpM saat mencoba mikroskop yang menjadi salah satu alat untuk operasi katarak teknik phaco emulsifikasi.

Tanpa Jahitan dan Operasi Hanya 10 Menit, Sayang Dokter Masih Terbatas
Pemprov Jatim, Bhirawa
Setiap orang yang sudah menginjakkan usia kepala lima, mata rawan terkena penyakit katarak. Salah satu penyebab utamanya adalah paparan sinar matahari. Jika sudah terjangkit penyakit ini, operasi menjadi jalan satu-satunya untuk menyembutkannya. Namun jangan khawatir, kemajuan teknologi sudah menjadikan operasi ini tak lagi menjadi momok menakutkan, sebab operasi sekarang lebih mudah, cepat dan tentunya tidak sakit.
Katarak adalah bagian keruh pada lensa mata yang biasanya bening dan akan mengaburkan penglihatan. Katarak tidak menyebabkan rasa sakit dan termasuk penyakit yang sangat umum terjadi. Jika sudah terkena katarak, operasi menggunakan teknik phaco emulsifikasi mungkin bisa jadi pilihan. Jika operasi katarak menggunakan metode yang biasanya lebih lama sembuhnya, dengan teknik phaco ini lebih cepat.
Teknik phaco emulsifikasi adalah operasi pengangkatan katarak modern dengan menggunakan alat phaco emulsifikasi, untuk melunakkan dan mengeluarkan lensa katarak pada saat yang bersamaan. Setelah itu, lensa intra-okuler yang dapat dilipat dimasukkan ke dalam mata. Setelah operasi, pasien dapat beraktifitas kembali tanpa penutup mata.
Menurut Direktur Klinik Mata Utama (KMU) dr Uyik Unari SpM, operasi mata menggunakan teknik phaco ini memiliki banyak kelebihan. Diantaranya, sayatan sangat kecil, proses cepat hanya sekitar 10 menit, tanpa jahitan, pasien bisa langsung pulang setelah operasi, perawatan dan pemulihan lebih cepat dan dapat dilakukan pada semua tingkatan katarak.
“Operasi teknik phaco ini tak butuh waktu lama, karena menggunakan mesin. Cuma tingkat kesulitannya lebih tinggi, karena butuh koordinasi antara dokternya dengan mesin. Kita mengistilahkan dengan 5TL, yaitu tanpa jahit, tanpa sakit, tanpa antri, tanpa duit (untuk BPJS) dan langsung pamit,” ungkap uyik, disela pelaksanaan Workshop Phaco Emulsifikasi di Hotel Shangrila, Surabaya, Minggu (1/7).
Meski teknik operasi katarak ini memudahkan pasien, tapi hingga kini masih terbatas dokter yang mampu menguasai teknik ini. Untuk itu, kata Uyik, pihaknya terus melakukan workshop agar banyak dokter yang mampu menguasai teknik ini.
“Sekarang ada sekitar 77 dokter mata dari berbagai daerah di Indonesia yang mengikuti workshop. Harapan kita dengan sering menggelar workshop bisa melahirkan dokter spesialis operasi katarak dengan teknik ini,” kata Uyik.
Peserta workshop kali ini dibagi dalam dua level, kelas basic dan kelas intermediate. Para peserta lebih banyak belajar praktik langsung menggunakan peralatan baru dan canggih. Media belajarnya menggunakan Kitaro, semacam mata palsu. “Kegiatan ini merupakan kerja sama Klinik Mata Utama, Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Persatuan Dokter Mata Indonesia (Perdami) Jatim, dan Indonesian Society of Cataract and Refractive Surgery (INASCRS),” ujarnya.
Menurut Uyik, latar belakang pelaksanaan workshop ini adalah karena masih banyaknya kasus katarak di Indonesia. Di sisi lain, masih banyak dokter mata yang melakukan operasi dengan teknik lama yang juga butuh waktu lebih lama. Mereka belum menguasai teknik phaco emulsifikasi. Sehingga tak sebanding antara kebutuhan operasi dengan kecepatan layanan dan keahlian. Resikonya banyak kasus katarak yang terlambat ditangani. Padahal bisa beresiko pada kebutaan.
“Jumlah dokter pastinya di Jatim, saya belum tahu ya. Perkiraan kami baru 1/4 dari jumlah dokter mata yang ada. Jadi, misalnya 400 dokter, yang bisa baru 100 dokter. Dari 100 dokter inipun macam-macam tingkat keahliannya,” ungkapnya.
Padahal, lanjutnya, jumlah mesin di beberapa rumah sakit sudah banyak. Namun, masalahnya dokter yang dapat mengerjakan mesinnya tidak banyak. “Ada senjata, tapi yang menggunakan senjata itu tidak bisa,” tuturnya.
Selama ini, diakuinya, tak sedikit dokter yang harus belajar menggunakan alat ini ke luar negeri. Karenanya dengan menggelar di sini, makin banyak dokter mata yang bisa belajar. “Lima belas tahun lalu yang baru bisa menjalankan teknik phaco emulsifikasi baru 10 dokter,” cetusnya.
Teknik phaco emulsifikasi sendiri sampai sekarang belum diajarkan di kampus-kampus kedokteran di Indonesia. Sehingga workshop ini merupakan terobosan peningkatan kualifikasi dokter mata yang sangat diminati.
“Bagi KMU, ini merupakan pelaksanaan dari visi edukasi. Bahwa KMU terus turut mendorong para dokter mata tak henti belajar dan siap pula mengajari kolega lainnya. Ilmunya harus dibagi. Sehingga makin banyak dokter yang lebih ahli. Makin banyak juga masyarakat yang bisa dilayani,” tandasnya. [Zainal Ibad]

Tags: