
foto ilustrasi
Bukan hanya California, Amerika Serikat (AS) yang memiliki gubernur artis. Indonesia juga memiliki Kepala Daerah, dengan prestasi penghargaan tertinggi nasional, seni musik. Moch. Basofi Sudirman, gubernur Jawa Timur ke-12, pernah memperoleh BASF Awards (sekarang AMI Awards), untuk album lagu “Tidak Semua Laki-laki.” Bahkan Basofi, memiliki karir militer beneran, lebih lengkap dibanding Arnold Schwarzenegger.
Gubernur California (AS), Arnold Schwarzenegger, hanya memerankan tokoh Kolonel John Matrix (fiktif pula), dalam film “Commando” (1985). Tetapi Mayor Jenderal (purnawirawan) Moch. Basofi Sudirman, memiliki karir militer yang nyata dan komplet. Sebelum menjadi gubernur Jawa Timur, pernah memimpin pasukan (sebagai komandan Detasemen Tempur Kopassandha, kini Kopassus).
Juga menjadi komandan Batalyon, serta Komandan Brigade Infanteri Lintas Udara 18/Kostrad (1981-1983). Karir kemiliteran pak Bas (panggilan akrab Basofi Sudirman), berpuncak pada jabatan Kasdam (Kepala Staf Kodam) Bukit Barisan. Namun tetap kukuh menempatkan diri sebagai sosok “komando.” Termasuk bersedia pensiun dini (pada usia 47 tahun) pada awal status sebagai perwira tinggi militer, dengan bintang dua di pundak.
Walau sebenarnya (dalam karir militer), pak Bas, berpeluang besar menjadi panglima, setidaknya Pangdam (Panglima Daerah Militer). Karena pengalaman sebagai komandan tempur, dan teritorial, telah cukup memadai. Termasuk menjadi Asisten Teritorial Kodam, serta Komandan Korem (Komando Resort Militer). Namun toh, pak Bas, menerima “tugas komando” di luar ke-tentara-an. Mulai menggeluti karir sipil.
Karir pak Bas selanjutnya berlabuh pada altar politik. “Ditugaskan” sebagai Wakil Gubernur, sekaligus Ketua DPD Golkar Jakarta. Pada kepemimpinan pak Bas (1986-87), untuk pertama kalinya Golkar menjadi pemenang pemilu di Jakarta. Sukses itu pula yang menggiring pak Bas menjadi Wakil Gubernur (mendampingi Letjen Wiyogo Atmodarminto, sebagai Gubernur DKI). Sejak menjadi Ketua DPD Golkar dan Gubernur Jakarta, pak Bas, sering tampil bernyanyi.
Ternyata, potensi pak Bas dalam hal bernyanyi, mencuri perhatian pencipta lagu Melayu, Leo Waldy. Diberinya lagu berjudul “Tidak Semua Laki-laki,” untuk rekaman. Ternyata memperoleh apresiasi luas pecinta lagu dangdut, sering dinyanyikan di berbagai cafe, sampai di laris kampung-kampung. Saat ini telah dibuat berbagai lagu serupa, dangdut jazz serta dangdut koplo. Niscaya, pak Bas berhak atas royalty.
Lagu “Tidak semua Laki-laki” telah menjadi bagian dari lagu dangdut hit sepanjang masa, setara dengan lagu Rhoma Irama, A Rafiq, dan Hamdan ATT. Meraih BASF Awards (sekarang Anugerah Musik Indonesia, AMI Awards). Itu tergolong fenomenal. Sama fenomenal (cemerlang) dengan karir pak Bas di panggung militer dan politik. Usai menjadi Wagub DKI Jakarta, pak Bas “ditugaskan” menjadi Gubernur Jawa Timur (1993 – 1998).
Ke-cemerlang-an karir politik pak Bas, terasa mustahil diukir oleh politisi lain, maupun militer yang lain. Yakni, menjadi pimpinan pada dua daerah yang berbeda (DKI Jakarta, dan Jawa Timur). Sebagai Gubernur Jawa Timur (yang cemerlang) diukir lagi sukses politik: untuk pertama kalinya Golkar menangi pemilu (1992) di Sampang (Madura).
Tetapi pada kalangan keluarga besarnya, Basofi Sudirman bukan yang paling cemerlang. Bahkan karir (kepangkatan) dalam ke-militer-an, masih di bawah ayahnya (berpangkat Letnan Jenderal). Karir sipil pak Bas, ternyata, cukup cemerlang. Tak terkecuali pada urusan seni dan budaya. Serta menulis buku diantaranya berjudul “Lakum A’malu Bi-umuri Dunyakum.” Ditulis dalam bahasa Arab, tetapi di-labeli makna “Engkau lebih tahu tentang urusan duniamu.”
Terasa tak cukup mengenang pak Bas. Tetapi banyak peninggalan (gagasan) cemerlang kerakyatan tetap digunakan. Termasuk kostum busana daerah Jawa Timur-an, beskap, yang menampakkan kegagahan setiap laki-laki.
——— 000 ———