Mengendalikan Supporter

Duka mendalam meliputi kawasan Malang Raya, setelah insiden kerusuhan di lapangan Kanjuruhan, Malang. Sebanyak 138 jiwa Aremania (supporter Arema FC), melayang, setelah pertandingan “el-clasico” antara Arema FC vs Persebaya, Sabtu (2/10) malam. Ratusan lainnya terluka. Tidak penting benar hasil (skor) petandingan. Tetapi per-sebakbola-an nasional perlu meng-evaluasi pengendalian (dan manajemen) supporter. Sebagai pendukung geliat kehidupan klub, supporter patut memperoleh pengamanan dan ke-nyaman-an.

Kebahagiaan, seharusnya menjadi suasana sejak rombongan supporter berangkat dari rumah menuju stadion lapangan pertandingan. Bahagia pula di dalam stadio dengan yel-yel, dan nyanyian mendukung klub. Serta Bahagia dalam perjalan pulang sampai tiba di rumah. Tetapi pertandingan BRI Liga 1, menyisakan trauma kepedihan mendalam. Kerusuhan terjadi setelah wasit meniup peluit panjang, tanda pertandingan selesai (skor 2 – 3). Banyak supporter terinjak-injak teman sesama Aremania.

Ironis, karena Aremania, sudah pernah memperoleh penghargaan sebagai supporter terbaik tahun 2015 (pada ajang Jenderal Sudirman Cup). Sebelumnya, pada tahun 2000, memperoleh gelar (penghargaan) sebagai The Best Suporter. Penghargaan diserahkan oleh Ketua Umum PSSI, Agum Gumelar. Penghargaan serupa diraih lagi pada ajang Copa Indonesia II, tahun 2006. Yel-yel, nyanyian, dan kegiatan Aremania di lapangan, sangat gerpuji.

Dukungan supporter Aremania, sering dilakukan secara spektakuler, dengan pembiayaan ditanggung bersama sukarela. Misalnya, pada ajang Indonesian Super League 2010, Aremania menjadi supporter yang melakukan tur tandang paling besar. Sekitar 50 ribu Aremania yang datang ke Jakarta. Ini masih ditambah sekitar 7 ribu hingga 10 ribu Aremania yang tinggal di wilayah Jabodetabek. Sebanyak 40 ribu Aremania berhasil memasuki stadion dengan memegang tiket.

Dukungan Aremania, selalu totalitas. Terutama pada pertandingan “el-clasico.” Misalnya, antara Arema vs Persib. Juga “el-clasico” sekaligus derby Jawa Timur, Arema vs Persebaya. Sebenarnya potensi pertandingan “panas” telah diantisipasi pantia. Yakni, kesepakatan tidak dihadiri Bonek (supporter Persebaya). Sekaligus dilarang membawa atribut Bonek, dan Persebaya pada tribun penonton. Stadion Kanjuruhan, Malang, hanya disesaki Aremania.

Tiada yang menduga, Persebaya bakal memenangkan pertandingan. Selama 23 tahun pertandingan di kandang, Arema FC tidak pernah kalah dari Persebaya. Realitanya, sejak awal pertandingan Arema FC selalu aktif menekan. Tetapi Persebaya malah unggul dua gol (menit ke-8, dan menit ke-32) lebih dulu. Suasana mulai memanas. suasana kembali tenang setelah Arema FC berhasil menyamakan kedudukan pada menit-menit terakhir babak pertama.

Aremania kembali terbungkam (menit ke-51) oleh gol Sho Yamamoto. Aremania coba memberi semangat dengan yel-yel, dan gemuruh nyanyian. Namun sampai wasit meniup peluit panjang, skor tetap 2 – 3 untuk kemenangan Persebaya. Meng-antisipasi kerusuhan, seluruh tim Persebaya bergegas ke kamar ganti. Segera diangkut dengan kendaraan taktis militer Baraccuda keluar stadion. Tak lama, kerusuhan di dalam stadion terjadi. Ada pengrusakan fasilitas properti. Juga bakar sampah.

Suasana makin mencekam setelah Polisi menembakkan gas air mata. Kerusuhan (dan dampak fatal) pertandingan sepakbola wajib dicegah. UU Nomor 11 Tahun 2022 Tentang Keolahragaan, telah mengatur hak dan kewajiban penyelenggara, dan suporter. Pada pasal 52, dinyatakan, “Penyelenggara kejuaraan Olahraga wajib memenuhi persyaratan teknis kecabangan, kesehatan, keselamatan, ketentuan daerah setempat, keamanan, ketertiban umum, dan kepentingan publik.”

PSSI bersama klub seyogianya meng-gagas “pemuliaan” suporter, dengan pola sistemik, dan menarik. Terutama meng-organisir sampai tingkat kecamatan. Serta penjualan tiket hanya melalui kelompok suporter yang terorganisir. Juga perlu memulai pertandingan dengan ikrar damai kelompok suporter, janji fair play pemain, serta sumpah keadilan wasit.

——— 000 ———

Rate this article!
Mengendalikan Supporter,5 / 5 ( 1votes )
Tags: