Mengentas Kebodohan dan Keterbelakangan

(Memaknai Perjuangan Raden Ajeng Kartini)

Oleh :
Dr Sukesi
Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur

“Perempuan adalah Pendidik Pertama Manusia
Perempuan menjadi Sumber Peradaban Dunia”
Raden Ajeng Kartini
Untaian kata yang dituliskan Raden Ajeng Kartini tersebut mengisyaratkan ada harapan dan peran besar yang bisa dilakukan oleh seorang perempuan. Harapan besar nan mulia tersebut kalau kemudian dikontekskan dengan wajah dan kondisi perempuan hari ini sungguh sangat memilukan. Alih-alih bisa menjadi sumber pembangunan peradaban dunia, perempuan hari ini justru masih banyak yang berkutat pada kebodohan dan keterbelakangan atau dengan kata lain perempuan masih menjadi beban peradaban dengan kungkungan kebodohan dan keterbelakangan yang menjebaknya. Dengan bahasa lain masih banyak perempuan yang hari ini masih menyandang masalah kesejahteraan sosial.
Berpijak pada kondisi semacam itu yakni masih adanya sebagian perempuan di Provinsi Jawa Timur yang masih menjadi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial, maka sungguh tepat kiranya apabila Pemerintah Provinsi Jawa Timur giat menangani masalah ini, dengan tujuan memperkecil sekecil-kecilnya jumlah Penyangdang Masalah Kesejahteraan Sosial, baik di kalangan laki-laki, dan lebih-lebih di kalangan perempuan. Singkatnya, sepanjang seorang perempuan masih menjadi penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial, mustahil baginya untuk bisa terpenuhi hak-haknya lebih lebih menjadikan perempuan sebagai sumber peradaban. Dalam konteks inilah maka emansipasi wanita yang didambakan Raden Ajeng Kartini ibaratnya masih jauh panggang dari api.
Memperjuangkan Emansipasi
Raden Ajeng Kartini adalah salah satu dari sekian banyak pejuang gerakan emansipasi sekaligus pelopor kebangkitan kaum perempuan yang hadir  disaat mindset di masyarakat bahwa perempuan hanya sebagai kaum terbelakang yang tidak punya kekuatan untuk maju. Dengan demikian, Kartini adalah lambang perjuangan kaum perempuan Indonesia untuk memajukan diri. Di luar RA Kartini, bangsa ini memiliki banyak tokoh pejuang perempuan yang juga harus dikenang peran dan perjuangannya seperti Cut Nyak Dhien, Cut Meutia, Martha Christina Tiahahu, Maria Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyi Ageng Serang, Nyi Ahmad Dahlan, dan pejuang perempuan lainnya.
Menempatkan sosok Raden Ajeng Kartini sebagai pejuang emansipasi tentu tidak salah karena  memang demikianlah adanya.  Namun yang harus ditegaskan adalah bahwa memperjuangkan emansipasi bagi Kartini sejatinya bukanlah tujuan akhir, namun emansipiasi adalah alat, yakni alat untuk mencapai kemajuan bangsa yang ber-ujung pada emansipasi bangsa.
Bahwa yang perlu dikedepankan ketika kita memahami ketokohan Raden Ajeng Kartini, adalah cita-citanya tentang ’emansipasi bangsa’, yakni….. persamaan hak antara bangsa yang satu dengan bangsa yang lain,…. tanpa ada yang menindas dan ditindas;….. tidak ada bangsa yang membodohi dan dibodohi ;….. jangan ada bangsa yang menjajah dan dijajah.
Lantaran itu, untuk mewujudkan cita-citanya tentang persamaan hak antar bangsa  tersebut, setidaknya ada tiga hal penting yang menurut Raden Ajeng Kartini perlu dilakukan, yaitu:
Pertama, Pendidikan bagi bangsa. Pendidikan merupakan pelita penerang dalam meniti jalan menuju masa depan. Bangsa yang  terbelakang pendidikannya akan menjadi bangsa yang selalu ketinggalan dan tidak tahu harus melangkah kemana. Imbasnya hanya akan jadi bulan-bulanan bangsa lain. Sehingga tepat kalau dalam memperjuangkan harkat dan martabat perempuan dan bangsa, kuncinya adalah membuka akses seluas-luasnya bagi perempuan khususnya dan bagi bangsa pada umumnya.
Kedua, Memperjuangkan persamaan hak bagi semua orang termasuk didalamnya persamaan hak antara perempuan dan laki-laki yang kemudian terkenal dengan emansipasi wanita. Inilah salah satu arus utama perjuangan RA Kartini yang sampai sekarang dilekatkan sebagai pejuang emansipasi. Terjadinya ketimpangan peran perempuan di masanya telah menginspirasi Kartini untuk mengentaskan perempuan dari kungkungan laki-laki. Meskipun belum sepenuhnya kesetarajaan itu teraih, namun apa yang dilakukan Kartini hari ini mulai terlihat hasilnya.
Ketiga, Perlu membangun bangsa (nation building), menuju bangsa yang bermartabat. Bahwa perjuangan berikutnya yang harus dilakukan adalah meraih membawa bangsa menjadi bangsa yang merdeka. Hanya dengan kemerdekaanlah bangsa akan menjadi bermartabat dan dihargai bangsa lain.
Kesadaran Makna Penting Pendidikan
Berdasarkan dokumen yang berupa ‘surat-surat’ untuk para sahabatnya yang jumlahnya tidak kurang dari 114 buah surat, serta “nota” untuk Pemerintah Hindia Belandadapat diketahui bahwa Raden Ajeng Kartini memiliki kesadaran tinggi akan pentingnya pendidikan dan pentingnya keberdayaan perempuan. Kesadaran ini dalam bahasa yang berbeda adalah sebuah kesadaran untuk membebaskan kaum perempuan dari masalah kesejahteraan sosial.
Kartini ingin membongkar kondisi ketertindasan, kebodohan, dan ketidakberdayaan masyarakat yang berada di sekitar kehidupannya saat itu. Keinginan yang dituang melalui surat-surat untuk sahabatnya dan nota untuk Pemerintah Hindia Belanda bertujuan menghimbau rakyat untuk bangkit dari ‘amnesia’ sosial; dan keluar dari belenggu masalah kesejahteraan sosial yang melandanya.
Semangat menimba ilmu dan memperjuangkan hak masyarakat yang Kartini miliki seharusnya menjadi teladan. Hari ini kita sering melihat foto RA Kartini di dinding sekolah, namun hanya sedikit yang paham perjuangan yang ia lakukan. Kartini bisa dijadikan teladan dalam hal apa pun: semangatnya menimba ilmu di tengah ketidakmungkinan, mengajar dan menjadi teladan bagi anak-anak perempuan, dan menggerakkan ekonomi masyarakat. Ingat, Kartini tercatat juga memiliki peran besar dalam menghidupkan seni pahat Jepara hingga bernilai jual tinggi.
Peringatan Hari Kartini bukan hanya sekadar mengadakan lomba berbusana tradisional, kebaya, kain, bersanggul, berselendang batik. Namun sejatinya, perlu ada perubahan mindset tentang peringatan Hari Kartini. Hal yang lebih substantif yang perlu dilakukan adalah mengaktualisasikan jiwa perjuangan Kartini untuk menghadapi era globalisasi agar kemajuan, kemakmuran, dan kecerdasan bangsa tercipta. Tentu saja, perubahan positif tersebut harus berlandaskan jiwa dan pemikiran penuh semangat perjuangan yang tidak terkontaminasi dengan budaya-budaya asing. Bahkan yang tak kalah mengerikannya adalah ancaman bahaya narkoba. Di sinilah dibutuhkan kehadiran “Kartini” masa kini dalam menentang peredaran narkoba. Kaum Kartini adalah peran kunci untuk membentengi anak-anak di rumah dari bahaya narkoba. Pendidikan di rumah akan lebih ampuh dalam memerangi   melawan bandar narkoba. Peran keluarga  diperlukan  dalam mendidik generasi yang beriman,berakhlak mulia, cerdas dan berintelektual tinggi.
Jeritan Kartini di zamannya, semoga kini memberi energi positif bagi kita semua, agar makin gigih berjuang membantu para saudara-saudara kita yang masih menjadiPenyandang Masalah Kesejahteraan Sosial, agar dapat keluar dari lingkaran permasalahan yang dideritanya. Dengan demikian semoga ini menjadi daya ungkit bagi upaya membangun bangsa, dalam rangka mencapai cita-cita luhurnya.
Selamat Hari Kartini….
Mari teguh berjuang dan menanam bhakti…
Membantu Para Perempuan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial,
di negeri ini….
DemiKesejahteraan rakyat dan kejayaan Ibu Petiwi.
————– *** —————-

Tags: