Menggantungkan Asa Suksesnya Pembelajaran Berdiferensiasi

Oleh :
Dra Saniyah
Guru SMAN 1 Sangkapura

Dalam konsep Kurikulum Merdeka yang akan diterapkan secara holistik di tahun 2024 mendatang, konsep layanan pembelajaran berdiferensiasi kembali digaungkan. Di kalangan pendidik, asa akan keberhasilannya membumbung tinggi. Konsep pembelajaran berdiferensiasi adalah memanusiakan pembelajar secara hakiki, yang lengkap dengan segala potensi dan kekurangannya.

Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Namun demikian, pembelajaran berdiferensiasi bukanlah berarti bahwa guru harus mengajar dengan 32 cara yang berbeda untuk mengajar 32 orang murid. Bukan pula berarti bahwa guru harus memperbanyak jumlah soal untuk murid yang lebih cepat bekerja dibandingkan yang lain.

Pembelajaran berdiferensiasi juga bukan berarti guru harus mengelompokkan yang pintar dengan yang pintar dan yang kurang dengan yang kurang. Bukan pula memberikan tugas yang berbeda untuk setiap anak.

Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah sebuah proses pembelajaran yang semrawut (chaotic), yang gurunya kemudian harus membuat beberapa perencanaan pembelajaran sekaligus, di mana guru harus berlari ke sana kemari untuk membantu si A, si B atau si C dalam waktu yang bersamaan. Guru tentunya bukanlah malaikat bersayap atau Superman yang bisa ke sana-kemari untuk berada di tempat yang berbeda-beda dalam satu waktu dan memecahkan semua permasalahan.

Keberadaan Pembelajaran Berdiferensiasi adalah salah satu ujung tombak dari kosep Kebijakan Merdeka belajar yang menjadi marwah dari Kurikulum Merdeka. Kebijakan Merdeka belajar adalah kebijakan terobosan yang diluncurkan Menteri Pendidikan, Nadiem Makarim, yang bertujuan untuk mengembalikan otoritas pengelolaan pendidikan kepada sekolah dan pemerintah daerah.

Kebijakan Penerapan konsep Merdeka Belajar adalah kebijakan terobosan yang diluncurkan Menteri Pendidikan, Nadiem Makarim, yang bertujuan untuk mengembalikan otoritas pengelolaan pendidikan kepada sekolah dan pemerintah daerah. Merdeka Belajar merupakan program yang mengupayakan proses belajar siswa secara merdeka atau bebas sesuai dengan minat dan karakter merdeka dalam belajar.

Merunut ke belakang, sebenarnya konsep merdeka sesuai dengan konsep pemikiran Ki Hadjar Dewantara yaitu “Maksud pendidikan itu adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagian yang setingginya sebagai manusia, maupun anggota masyarakat”.

Merdeka belajar atau juga kurikulum diversifikasi dapat dianalogikan sebagai dua sisi mata uamng yang tak terpisahkanJamaknya, sistem layanan pendidikan yang ada dalam kurikulum bagi semua anak didik mengacu pada sistem pendidikan anak normal, yang artinya semua anak mendapat perlakuan yang sama sehingga tujuan pembelajaran seringkali tidak tercapai karena tidak memperhatikan heterogenitas potensi anak didik. Anak- anak yang memiliki tingkat kecerdasan di bawah normal apalagi yang memiliki keterbatasan fisik sering kali tertinggal mengikuti pelajaran.

Berbeda dengan kurikulum umum yang bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak pada umumnya, maka kurikulum berdiferensiasi merupakan jawaban terhadap perbedaan-perbedan dalam minat dan kemampuan anak didik. Sehingga, dengan kurikulum berdiferensiasi setiap anak memiliki peluang besar untuk terus meningkatkan kemampuannya tanpa harus terikat oleh satu kurikulum umum yang menyamaratakan kemampuan seluruh anak.

Kendati demikian, pada dasarnya kurikulum berdiferensiasi tetap bertitik tolak pada kurikulum umum yang menjadi dasar bagi semua anak didik. Kurikulum berdiferensiasi juga memberikan pengalaman belajar berupa dasar-dasar keterampilan, pengetahuan, pemahaman, serta pembentukan sikap dan nilai yang memungkinkan anak didik berfungsi sesuai dengan tuntutan masyarakat atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi

Dalam kurikulum berdiferensiasi ini, guru menggunakan beberapa kegiatan, agar siswa dapat mengksplorasi kurikulum, melakukan berbagai kegiatan atau proses belajar. Dengan demikian, siswa dapat lebih mudah menyerap informasi dan menuangkan ide atau gagasan serta dapat mendemonstrasikan apa yang mereka pelajari.

Strategi ini memungkinkan siswa untuk belajar lebih cepat bagi mereka yang mampu,

Jika kita mengibaratkan kelas di sekolah kita adalah ruang kosong, maka ruang kosong itu kini dihuni oleh makhluk dari berbagai bentuk, tipe dan karakter yang berbeda lalu dipertemukan dengan ketidaksengajaan, diminta berkumpul menjadi satu dan saling berinteraksi satu dengan yang lain. Mereka adalah murid-murid kita.

Pmbelajaran Berdiferensiasi dalam Kerangka Pikir Sederhana

Di dalam kelas terdapat 30-36 murid dengan niat dan tujuan yang berbeda hadir di ruang kelas itu, setiap hari. Masing-masing murid mempunyai latar belakang keluarga yang berbeda, tujuan berbeda memilih jurusan mereka sekolah, mereka juga punya cita-cita, hobi dan kenyamanan belajar yang berbeda, pun mereka memiliki kesiapan yang tidak sama antara satu dengan lainnya.

Istilah diferensiasi dalam pengertian kurikulum menunjuk pada kurikulum yang tidak berlaku umum, melainkan dirancang khusus untuk kebutuhan tumbuh kembang bakat tertentu. Kurikulum berdiferensiasi (differrentiation instruction) adalah kurikulum pembelajaran yang memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak.

Walaupun model pengajaran ini memperhatikan atau berorientasi pada perbedaan-perbedaan individual anak, namun tidak berarti pengajaran harus berdasarkan prinsip satu orang guru dengan satu orang murid. Berbeda dengan kurikulum reguler yang berlaku bagi semua siswa, kurikulum berdiferensiasi bertujuan untuk menampung pendidikan berbagai kelompok belajar, termasuk kelompok siswa berbakat. Melalui program khusus, siswa berbakat akan memperoleh pengayaan dari materi pelajaran, proses belajar dan produk belajar.

Hakekat pembelajaran berdiferensiasi yaitu penanganan anak-anak berbakat atau cerdas dengan program pengayaan dan percepatan penuh banyak memiliki kelemahan-kelemahan yang merugikan anak itu sendiri, maka telah dikembangkan kurikulum alternatif yaitu berdiferensiasi (differentiated instruction ). Pendekatan ini menghendaki agar kebutuhan siswa berbakat dilayani di dalam kelas regular. Program ini menawarkan serangkaian pilihan belajar pada siswa berbakat dengan tujuan menggali dan mengarahkan pengajaran pada tingkat kesiapan, minat, dan profil belajar yang berbeda-beda.

Bila diibaratkan dengan kelas hewan, masing-masing murid kita mempunyai potensi yang begitu beragam. Seperti halnya seekor burung yang lihai dalam keterampilan terbang, sedangkan ikan mampu berenang dengan sangat baik. Demikian pula tupai yang sangat pandai memanjat dan kancil yang begitu cepat berlari dan terkenal dengan kelicikannya. Seorang guru tentu tidak bijak ketika menuntut seorang murid yang pandai berenang untuk terbang, murid yang pandai memanjat untuk bisa berenang.

Seorang guru harus obyektif dalam melihat, menganalisis dan mencermati setiap potensi dan profil murid-muridnya, lalu memberikan menu pembelajaran sesuai dengan apa yang mereka butuhkan, memfasilitasi murid dalam menuntaskan tujuan belajar sesuai dengan kesiapan, minat dan profil belajar mereka. Inilah yang disebut dengan Pembelajaran Berdiferensiasi.

Maka, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Dengan kata lain seorang guru wajib melakukan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang memfasilitasi kebutuhan masing-masing murid sesuai dengan katakter dan potensinya masing-masing. Sebuuah tantangan yang terdengar baru namun gaung pemikirannya telah kemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara.

——— *** ————

Tags: