“Menghargai” Prestasi Olahraga

cook“Berjaya di tanah legenda,” jargon tuan rumah Jawa Barat, nampaknya akan terwujud. Tuan rumah dipastikan berjaya pada PON (Pekan Olahraga Nasional) ke-19. Sampai H-1 penutupan besok, Jawa Barat sudah memperoleh lebih dari 20% medali emas (totalnya 754 keping). Tidak mungkin terkejar oleh Jawa Timur maupun DKI Jakarta. Sedangkan bakal tuan rumah PON ke-20 (Papua) meraih beberapa medali emas dari atletik dan nomor Equestrian (Berkuda).
Selain tuan rumah, banyak pula daerah lain yang berjaya di “tanah legenda.” Beberapa rekor PON dan rekor nasional diperbaiki. Misalnya, di venue renang di kampus UPI (Universitas Pendidikan Indonesia, dulu IKIP Bandung). Rekor PON yang telah bertahan selama 12 tahun (sejak PON XVI, Sumsel 2004) diperbaiki oleh Triadi Fauzi (perenang Jabar). Tetapi Triadi, yang sekaligus memegang rekor nasional, tidak mampu mempertahankan rekor terbaiknya ketika di Singapura. Yakni selama 2 menit 21 detik untuk jarak 200 meter.
Rekor baru (PON dan nasional)dicetak oleh perenang putri Jawa Timur, Ressa Kania Dewi. Ressa memecahkan rekor nasional (rekor lama atasnamanya sendiri) nomor 200 meter gaya ganti putri. Dia mencatatkan waktu terbaik 2 menit 19,12 detik untuk merebut medali emas di nomor itu.Pemecahan rekor nasional di kolam renang, juga dicatatkan oleh perenangasal Riau, AnandiaTrecielVannesae. Rekor nomor gaya dada putri, sebelumnya telah bertahan sejak 21 tahun lalu, atasnama Rita Mariani.
Selain kolam renang, kolam selam juga memperbaiki empat catatan rekor PON. Tiga penyelam Jawa Timur berhasil memperbaiki rekor lama dan meraih emas. Serta satu penyelam Papua (Magaretha Herawati), memperbaiki rekor nomor 100 meter bifinsatasnamanya sendiri. Pada PON XVIII (2012) di Riau, Margarethamencatatkan waktu 00:51.41. Saat PON XVIII, Margarethaberlaga memperkuatkontingen Riau. Pada kolam selam, Jawa Timur menjadi “raja” dengan meraih 4 emas (dari 6 medali emas).
PON XIX di Jabar, telah mencatatkan prestasi, walau belum banyak “menyentuh” rekor SEA-Games (lebih lagi Asian Games). Tetapi penyelenggaran (Pengurus Besar, PB-PON) mesti ekstra waspada terhadap realisasi penggunaan anggaran. Sebab konon, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) aktif “mengendus” potensi penyimpangan anggaran PON.Selain dari dana APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara), PON XIX niscaya, juga menyedot APBD Jawa Barat.
Belum terdapat perhitungan pasti tentang jumlah anggaran untuk PON XIX. Namun beberapa proyek (antaralain jalan jalur puncak dua) tahun 2016, ditunda untuk memprioritaskan PON. Tetapi berdasar penyelenggaraan PON lalu (tahun 2012 di Riau), pembangunaninfrastruktur PON senilaiRp 2,61 trilyun.Banyak pejabat daerah terjebak, menjadi terdakwa dalam sidang di Pengadilan Tipikor. Sebagian, sudah menerima vonisinkracht, masuk penjara.
Tetapi bukan hanya tuan rumah yang menguras dana APBD. Seluruh daerah (34) propinsi wajibmenyediakan anggaran untuk atlet-nya. Bahkan banyak pula kabupaten dan kota, juga memberi pesangon kepada atlet daerahnya. Terutama yang berpotensi meraih medali emas. Misalnya kota Bandung, dan kota Surabaya, dua kota yang mengeluarkan anggaran PON cukup besar untuk pembinaan atletnya. Sedangkan daerah propinsi yang paling besar mengeluarkan anggaran untuk PON XIX, adalah Jabar, Jatim, dan DKI Jakarta.
Anggaran daerah untuk PON, merupakan mandatory. Diatur dalam UU Nomor 3 tahun 2005 tentangSistemKeolahragaanNasionalpasal 69 ayat (2).Masih terdapat PeraturanPemerintahNomor 18 tahun 2007tentangPendanaanPenyelenggaraanKeolahragaan. Itulah yang akan diselidiki oleh KPK. Boleh jadi, perpindahan daerah atlet akan menjadi problem paling miris. Selain pertanggungjawaban tuan rumah.

                                                                                                                 ———   000   ———

Rate this article!
Tags: