Menghemat Stok Beras

Karikatur Ilustrasi

Lewat pertengahan bulan November, hujan makin kerap membasahi sawah, dan ladang. Ini pertanda musim tanam padi, segera dimulai. Ladang yang telah terendam air hujan akan diolah. Bagian permukaan tanah (yang telah bertabur pupuk kompos), dibalik ke bawah, menjadi “restoran” calon akar bakal tanaman padi. Pada periode ini petani sangat membutuhkan alat pertanian (hand-tracktor). Serta benih (padi) yang harus tersedia tepat waktu.
Musim tanam padi bagai berpacu dengan waktu (musim). Maka pemerintah (terutama Pemerintah Kabupaten dan Kota), patut menjamin ketersediaan benih. Jika terlambat, benih hanya akan menjadi pakan ternak bebek. Begitu pula fasilitasi penyediaan hand-tracktor, diperlukan sebagai pengganti sapi dan kerbau. Hampir seluruh daerah di Indonesia tidak lagi menggunakan sapi dan kerbau untuk mengolah sawah.
Hewan ternak utama itu kini lebih “di-mulia-kan” sebagai penyangga perekonomian keluarga petani. Hewan ternak raja-kaya (sebutan keluarga Jawa untuk sapi dan kerbau), bagai tabungan yang menjamin kesejahteraan. Bahkan tingkat kekayaan keluarga petani, bukan dihitung banyaknya hasil panen. Melainkan jumlah kepemilikan raja-kaya. Semakin banyak dimiliki raja-kaya, berarti setara dengan jutawan di perkotaan.
Kekayaan berupa kepemilikan raja-kaya, tergolong aset paling liquid, sangat mudah di-uang-kan. Berbeda dengan penjualan aset berupa tanah sawah yang sulit dijual. Saat ini, harga sepetak sawah (ukuran 5000 meter persegi), setara dengan sepuluh ekor sapi. Sehingga penggunaan hand-tracktorsemakin tren menjadi simbol modernisasi (dan kecerdasan). Selain lebih effisien waktu, hand-tracktor lebih murah dibanding tenaga buruh cangkul sawah yang makin langka.
Seiring anggaran (wajib) program Dana Desa (berdasar Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa), seluruh Pemerintahan Desa akan menerima dana segar. Bersumber dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara), setiap tahun, dengan nominal sangat memadai. Beberapa desa telah membentuk BUM-Des (Badan Usaha Milik Desa). Diantaranya berupa persewaan hand-trcktor, serta persewaan mesin tanam padi, dan usaha selip padi (menjadi beras).
Total hasil panen 2017, diperkirakan menghasilkan sebanyak 68 juta ton gabah kering giling. Akan menjadi beras sebanyak 39 juta ton. Selalu menurun dibanding tahun sebelumnya. Sedangkan konsumsi beras sekitar 35,584 juta ton beras. Dus, masih surplus beras sebanyak 3,5 juta ton. Lazimnya bisa di-ekspor, atau dihemat sebagai cadangan manakala terjadi paceklik.
Cadangan beras sangat penting, karena biasanya akan mengalami kenaikan harga pada musim tanam. Juga disebabkan distribusi yang terkendala hujan (dan banjir). Harga-harga juga tertekan oleh faktor distribusi (transportasi), karenabanjir.Banyakangkutanterjebakbanjir, harusmengantrepanjang. Banyak pula sopirmemilihberistirahat, karenakhawatirterjadikecelakaan.
Problem yang sama juga dialami perdagangan interinsuler (antar-pulau) terkendala cuaca berupa badai dan ombak besar. Di berbagaipelabuhan, puluhan kapal memilih tidakberlayar. Harga-harga bahan pangan lain juga tertekan oleh faktor distribusi (transportasi), karenabanjir.Banyakangkutanterjebakbanjir, harusmengantrepanjang. Banyak pula sopirmemilihberistirahat, karenakhawatirterjadikecelakaan.
Manakala persediaan beras cukup, maka kenaikan harga hanya disebabkan faktor transportasi. Kenaikan tarif transportasi sulitdicegah karena cuaca.Namunsatu-satunyasolusi, taklain, adalahcampurtanganpemerintahuntukmemotongjalurdistribusi.Misalnya, mengerahkan armada (darat) yang dibiayaipemerintah, serta operasipasar, menjamin pemerataan stok beras di daerah.
Pemerintah kesulitan menindak padagang beras yang tidak bermaksud menimbun. Pedagangkelasmenengah, biasa menahan diri tidakmengeluarkanberasuntukluarkota.Curahhujan yang tinggi, jikamenimpaberasakanmengubahmutu. berbauapek, bahkansampaimembusuk. Harga jeblok.

——— 000 ———

Rate this article!
Menghemat Stok Beras,5 / 5 ( 1votes )
Tags: