Mengintegrasikan Pelabuhan, Kawasan Industri dan Perumahan

Terminal Teluk Lamong merupakan multipurpose terminal di Pelabuhan Tanjung Perak yang diperuntukkan untuk bongkar muat peti kemas domestik dan internasional, serta curah bahan makanan dan pakan ternak (food and feed grain).

Terminal Teluk Lamong merupakan multipurpose terminal di Pelabuhan Tanjung Perak yang diperuntukkan untuk bongkar muat peti kemas domestik dan internasional, serta curah bahan makanan dan pakan ternak (food and feed grain).

Upaya Pelindo III Menggerakkan Pembangunan Kawasan Indonesia Timur (2 – bersambung)

Oleh :
M. Ali
Wartawan Bhirawa, Surabaya

Surabaya sebagai hinter land dari Pelabuhan Tanjung Perak, memiliki potensi dengan pemanfaatan lahan serta pengelolaan kawasan industri yakni pusat pergudangan Margomulyo-Osowilangon.  Kemudian penyiapan berbagai infrastruktur yang ada di pelabuhan dan kawasan daratan merupakan bagian dari rencana yang disebut sebagai Surabaya City Logistic System. Selain itu Surabaya juga memiliki potensi pengembangan Water Front City dengan fungsi mix use antara kegiatan perdagangan jasa dan pemukiman tepi pantai modern. Nuansa sinergi terasa karena kerja bersama antara Pemerintah Kota Surabaya dan Pelindo III tersebut sejalan dengan Nawacita ke-7, yakni mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor strategis ekonomi domestik.
Terminal Teluk Lamong merupakan multipurpose terminal di Pelabuhan Tanjung Perak yang diperuntukkan untuk bongkar muat peti kemas domestik dan internasional, serta curah bahan makanan dan pakan ternak (food and feed grain). Tidak hanya mengusung konsep ramah lingkungan dengan peralatan yang bersumber tenaga listrik, berbagai fasilitas bongkar muat modern di terminal tersebut juga beroperasi secara semi-otomatis. Terminal Teluk Lamong pada tahap pertama pembangunan ini memiliki kapasitas 500 ribu TEUs peti kemas domestik dan 1 juta TEUs peti kemas internasional. Untuk curah kering berkapasitas hingga 5 juta ton. Besarnya arus logistik terminal tersebut menjadi dasar kebutuhan akan aksesibilitas dan konektivitas yang mengakomodir efisiensi biaya logistik.
Pelindo lll juga mengembangkan kawasan industri  yang luas terintegrasi dengan pelabuhan dan kompleks perumahan. Kawasan tersebut adalah Java  Integrated Industrial Port and Estate (JIPE), saat ini  sedang dibangun dan dikembangkan sebagai pusat pengembangan industri baru di sisi utara Gresik untuk mendukung kegiatan ekonomi di Provinsi Jawa Timur dan Indonesia pada umumnya. Pengembangan industri ini juga akan didukung oleh pengembangan perumahan dan pelabuhan estate.
Pengembangan JIIPE di kawasan Manyar Gresik tersebut merupakan solusi terhadap tingginya tingkat arus bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Perak,  Surabaya. Konsep bisnis Pelindo III dapat menekan biaya logistik dari hulu hingga ke hilir yang saat ini cukup tinggi dan sering dikeluhkan oleh para pengusaha.
JIIPE bertujuan untuk menyediakan layanan pelabuhan laut langsung ke kawasan industri untuk meminimalkan biaya logistik yang biasanya terjadi ketika pelabuhan laut terletak jauh dari kawasan industri. JIIPE juga bertindak sebagai pelabuhan multi layanan laut untuk melayani pengiriman, kontainer, general cargo, mobil / kendaraan, curah kering dan cair.
Pengembangan kawasan JIIPE di lokasi tersebut telah mematuhi peraturan daerah (Perda) Nomor 8 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gresik dari 2010-2030.]
PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) menggandeng PT AKR guna mengembangkan proyek “Java Integrated Industrial Port” (JIIPE) seluas sekitar 2.000 hektare di kawasan Manyar, Gresik, Jawa Timur. Luas areal itu rencananya dibagi dalam tiga kawasan, yakni untuk pelabuhan, industri, dan perumahan.
Pada tahun 2014 ini perwujudan proyek “JIIPE” baru memasuki tahap pembangunan dan penyediaan infrastruktur dasar, seperti akses jalan, dermaga, dan kebutuhan energi yang meliputi listrik dan air.
Rencana pemerintah untuk membangun transportasi laut daerah Indonesia Timur ini mendapat sambutan baik berbagai pihak, di antaranya dari bea dan cukai dengan cara memperketat wilayah laut dari para pelaku penyelundupan dan kejahatan air lainnya. Jika para penyelundup laut, para pencuri ikan di laut masih marak dan tidak bisa ditanggulangi maka negara akan tetap dirugikan, untuk kepentingan inilah pihak bea san cukai lewat PT Dumas Shippiyard telah membuat kapal raksasa yang cepat.
Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) berupaya menekan penyelundupan di laut lepas dengan jumlah kapal patroli. Dua unit Kapal FPB (Fast Patrol Boat) 60 Meter yang dipesan di perusahaan galangan kapal di Tanjung Perak Surabaya telah diserahterimakan, Jumat (23/10/2015). Kapal tersebut adalah kapal terbesar pertama yang akan dioperasionalkan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.? Kapal buatan PT Dumas Shippyard ini memiliki panjang 60 meter, lebar 8.50 meter, tinggi geladak utama 4.80 meter, patrol speed 12-16 knot, dan mampu melaju dengan kecepatan maksimal 25 knot.
Dirjen Bea dan Cukai, Heru Pambudi, saat menerima kapal tersebut mengatakan, kapal ini sebagai salah satu fungsi pengamanan yang diamanatkan pemerintah.
“Ke depan kami semakin yakin dalam mengemban tugas yang dibebankan kepada kami,” kata Heru di Dermaga Navigasi Tanjung Perak, Surabaya.  Dijelaskan, pemerintah membangun 2 unit kapal FPB (BC 60001 dan BC 60002) ini secara bersamaan. Keduanya akan dioperasikan di dua tempat berbeda, yakni di Pelabuhan Donggala, Pantoloan, dan Pelabuhan Tanjung Balai Karimun.
“Sektor Tanjung Balai Karimun merupakan titik rawan penyelundupan di kawasan Selat Malaka. Kerawanan kedua, Selat Karimata, Bitung hingga Papua,” tandas dia sembari menyebut bea pembuatan kedua kapal tersebut sebesar Rp280 miliar, dana dari APBN Tahun Anggaran 2014/2015. Namun, meski telah menambah dua kapal, Heru mengaku masih butuh beberapa kapal lagi untuk menghubungkan sejumlah titik yang belum terjangkau. “Hingga akhir tahun ini total seluruh kapal mencapai 189 unit,” tambahnya.
Ditegaskan, semangat dibangunnya kapal ini diantaranya menekan angka penyelundupan di jalur-jalur rawan. Karena itu, kedua kapal tersebut dilengkapi water canon dan heli pad. Pasalnya, petugas patroli kerap mendapat ancaman dari pelaku penyelundupan dengan melempar bom molotov.
“Jadi kita membangun kapal dalam kapasitas besar,” tandas dianya.
Sementara itu, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro yang akhirnya datang setelah ditunggu lama mengatakan, dengan penambahan kedua kapal ini tanggung jawab dan harapan semakin besar.
“Operasi ke depan tangkapan harus lebih besar dibanding sebelumnya. Kalau Pak Dirjen mengeluhkan selama ini banyak perlawanan, dengan tambahan kapal ini kita harapkan Bea Cukai mampu menjaga potensi dalam negeri,” tandasnya.
Dukungan berikutnya dari pihak pengusaha kapal yang juga menyatakan kebahagiannya, penguaaha yang abung dalam INSA malah mem proyeksikan Tanjung Perak Bakal Jadi Hub Port Arus Logistik Nasional Indonesian National Shipowners’ Association (INSA) atau Persatuan Pengusaha Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional Indonesia Surabaya mengadakan acara silaturahmi santai untuk para anggotanya di Terminal Penumpang Kapal Laut “Gapura Surya Nusantara”, Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jumat (23/10) malam.
Acara bertempat di balkon lantai 3 yang berhiaskan pemandangan kesibukan pelayaran Selat Madura di malam hari.
“Kesempatan ini menjadi momen bertemu para anggota Kontainer MLO (Main Line Operator) untuk kontainerisasi yang internasional”, kata Ketua DPC INSA Surabaya Stenven Lesawengen di sela acara.
Stenvens mengungkapkan bahwa ia ingin turut memperlihatkan bahwa Pelindo III sudah semakin maju, tidak hanya membangun infrastruktur logistik seperti Terminal Teluk Lamong dan JIIPE (Java Integrated Industrial & Ports Estate), tetapi juga bangunan terminal penumpang kapal laut modern yang senyaman airport. “Lihat fasilitas ini, sudah sangat mendukung kegiatan leisure. Apalagi di Surabaya belum banyak tempat santai yang didukung suasana laut”, ujarnya. Kemudian saat disinggung bahwa acara tersebut tentunya juga jadi kesempatan konsolidasi bisnis, Stenvens mengiyakan.
“Sekaligus mendekatkan Pelindo III sebagai wakil Pemerintah yang mengelola pelabuhan dengan para pengusaha yang berkontribusi besar bagi Pelindo III,” katanya.
“Kami dari pelayaran mengharapkan Pelindo III dapat lebih mengoptimalkan lagi Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS) yang sudah selesai direvitalisasi. Alur pelayaran yang kini selebar 150 meter dengan kedalaman -13 meter LWS tersebut akan mengakomodir kapal-kapal besar berukuran 5.000 TEUs dapat bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Perak. Ini akan meningkatkan efisiensi biaya logistik”, jelasnya.
Lebih lanjut Stenven memproyeksikan bahwa Terminal Teluk Lamong dan JIIPE nantinya dapat menjadi hub-port arus logistik nasional. Keunggulan kedalaman (draft) dan kecanggihan alat bobgkar muat, serta secara geografis berlokasi “di tengah-tengah” Nusantara, semakin menguatkan infrastruktur pelabuhan yang dikelola Pelindo III tersebut untuk menjadi hub-port.
“Semoga bisa mendukung peningkatan produktivitas pengusaha dan tentunya menekan logistic cost nasional”, katanya.

                                                                                                              ————- *** —————

Tags: