Mengintip Kesibukan Siswa SMK Dr Soetomo Syuting Perdana Film Kartolo

Syuting perdana Film Kartolo Numpak Terang Bulan dibintangi Kartolo dan beberapa seniman senior di Jatim mulai dilakukan dengan kru produksi film adalah siswa SMK Dr Soetomo.

(Usung Toleransi Keberagaman Berbalut Lawak Jawa Timuran)
Kartolo, tokoh paling legend dalam dunia seni ludruk Jawa Timur itu akan kembali menunjukkan aksinya. Lewat film baru Kartolo Numpak Terang Bulan, seniman era 60-an itu akan tampil sebagai pemeran utama. Uniknya, film tersebut digarap oleh produser dengan melibatkan kru dari pelajar SMK.
Adit Hananta Utama, Kota Surabaya
Bangunan rumah tua di Kelurahan Jagir Nomor 12, Surabaya, tampak sibuk sejak pagi. Puluhan siswa SMK Dr Soetomo berseragam praktikum terlihat di lokasi itu dengan berbagai peralatan syuting. Sebagian menata peralatan, sebagian membawa catatan, sebagian lagi tampak sedang mengikuti breafing dari produser. Sementara di pekarangan samping rumah, beberapa seniman populer Jatim terlibat perbincangan santai yang banyak lucunya. Selain Kartolo, ada Neng Tini dan Eko Londho yang dulu tenar dengan grup Srimulat. Selai itu, ada juga Cak Sapari yang tak lain adalah rekan melawak Kartolo.
“Kita akan mulai ambil gambar (Syuting). Dan saya senang bisa bekerjasama dengan anak-anak siswa SMK,” tutur Kartolo saat ditemui di lokasi syuting, Kamis (6/2). Kartolo mengakui, semangat para siswa untuk menyukseskan produksi film ini cukup kuat. Apalagi ini merupakan film layar lebar yang akan bersaing ketat dengan film-film lain untuk dapat masuk ke bioskop. Mereka adalah siswa dari jurusan produksi film SMK Dr Soetomo, Surabaya.
Sebagai pemeran utama, Kartolo mengaku film ini cukup menantang baginya. Sebab, sepanjang karirnya di dunia hiburan tak sekalipun pernah didapuk sebagai pemeran utama film. Adapun beberapa film yang pernah dibintanginya seperti Yo Wes Ben 1 dan 2, Terbang serta Cokro Aminoto, Kartolo hanya menjadi pemeran pendukung. “Diusia saya yang sudah tua ini kan sulit untuk menghafalkan skenario panjang. Makanya saya minta ke produser agar scene yang diambil pendek-pendek. Saya juga akan lebih banyak berimprovisasi,” tutur pendiri grup lawak Kartolo CS tersebut.
Mendapat kepercayaan sebagai pemeran utama, Kartolo merasa istimewa. Karena itu, berbekal pengalaman yang dimiliki, Kartolo akan mengoptimalkan kemampuannya. Baik pengalaman bermain ludruk maupun di panggung lawak. “Saya tahun 80 itu sudah berhenti main ludruk. Pada saat berhenti itu saya sudah keliling Jatim dengan 130 gedongan. Satu gedongan, kira-kira kita tinggal selama 15 hari,” ungkap Kartolo.
Sementara itu, para siswa SMK yang menjadi bagian dari produksi film tersebut mengaku cukup senang. Sebab, kesempatan terlibat langsung dalam produksi film tidak bisa didapatkan dengan mudah. Apalagi para siswa juga dipercaya untuk mendapatkan job masing-masing oleh produser. “Saya dapat job di departemen kamera, yang tugasnya membuat kamera report. Masing-masing dari siswa punya tugas. Misalnya untuk job artistik,” tutur Zevana Raesita, siswa kelas XI SMK Dr Soetomo.
Zevana mengaku, produksi film kenyataannya tidak sama persis dengan materi yang ada di sekolah. Tingkat kerumitannya jauh lebih tinggi, dan banyak hal belum didapatkan dari bangku sekolah. “Makanya di sini kami banyak sekali balajar. Mulai dari penata artistik, pengarah akting dan berbagai divisi yang ada dalam produksi film,” tutur Zevana.
Kepala SMK Dr Soetomo Juliantono Hadi menambahkan, produksi film ini merupakan bagian dari kurikulum jurusan produksi film. Mereka yang terlibat akan dicatat langsung sebagai peserta magang yang merupakan kewajiban bagi siswa. Kebetulan, sekolah memiliki project sendiri bekerja sama dengan salah satu production house untuk membuat film layar lebar.
“Mereka terlibat dalam kompetensi level tiga. Ada 40 siswa yang terlibat dan akan dinilai sejauh mana kemampuan mereka selama mengikuti proses produksi film,” ungkap pria yang akrab disapa Anton ini.
Anton mengaku, tahu lalu sekolahnya juga telah menggarap project film layar lebar bersama production house yang sama. Beruntung, film tersebut dapat diterima industri bioskop di Indonesia. “Kita belajar dari pengalaman sebelumnya. Meskipun tidak sepopuler film-film Jakarta, film pertama itu sudah cukup baik dengan penjualan tiket cukup banyak,” ungkap Anton.
Film berjudul Jack yang sukses diproduksi itu juga melibatkan siswa SMK dalam proses pembuatannya. Namun, kali ini film Kartolo melibatkan lebih banyak siswa dari sekolahnya. “Tidak hanya siswa, peralatan produksi film milik sekolah juga kita fungsikan untuk mendukung film ini,” tutur Anton.
Sementara itu, Produser Film Kartolo Numpak Terang Bulan M Ainun Ridho menuturkan, pihaknya sengaja dan penuh kesadaran memilih seniman Jawatimuran. Di sisi lain, selama ini belum ada film maupun produser yang mau mengajak Cak Kartolo menjadi pemeran utama. “Kalau dikatakan sok idealis, ya ini boleh dikatakan wujud trimakasih saya kepada Cak Kartolo atas sumbangsihnya terhadap dunia seni di Jatim,” tutur Ridho.
Ridho menjelaskan, film ini akan memiliki latar budaya cukup kuat sebagai semangat inti dari film. Pihaknya ingin membangun toleransi yang kuat dari perbedaan suku dan budaya melalui unsur cerita dalam film tersebut. Hal ini diakuinya terinspirasi salah satunya dari peristiwa di Asrama Papua yang sempat memanas.
“Kita ingin menunjukkan, bahwa di Surabaya ini dan Jawa Timur terbuka untuk siapa saja. Apapun sukunya bisa kita terima,” ungkap Ridho.
Kendati materi film cukup idealis, Ridho mengaku tetap akan menonjolkan sisi komedi sesuai karakter para pemainnya. Cerita tentang perbedaan suku akan diusung dalam kehidupan sehari-hari anak kos yang tinggal bersama Kartolo. “Kita akan tetap menonjolkan lawakan khas Jawa Timur denagn membawa pesan-pesan positif tentang toleransi perbedaan suku,” pungkas Ridho. [tam]

Tags: