Mengkritisi Wacana Impor Guru

Oleh :
Titik Kusminarwati, SPd
Guru IPA SMPN 6 Kota Mojokerto

Pernyataan mengejutkan di sampaikan oleh menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) RI, Puan Maharani. Dalam sebuah kesempatan, Puan mengungkapkan gagasan untuk mengundang guru dari luar negeri untuk mengajar di Indonesia. Tentu saja pernyataan tersebut meski singkat menuai penolakan dan kritikan yang luar biasa.
Di tengah-tengah problem banyaknya tenaga guru honorer yang masih menyisakan sejumlah masalah, tidak mengherankan jika pernyataan Ibu Menteri ini sangat mengusik siapapun yang mendengarnya, termasuk penulis. Sebelumnya sudah ada peolakan dari Ketua umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI), Unifah Rasidi, mengatakan tegas menolak impor guru. Menurut Unifah Rasidi, impor guru ini bisa mengancam nasionalisme dan mengganggu rasa keadilan guru honorer.
Pendidikan merupakan sebuah proses yang panjang dan melibatkan banyak unsur di mana untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas tidak semudah membalikkan telapak tangan, diperlukan sejumlah prasyarat tertentu demi kelancaran proses penciptaan mutu pendidikan. Dari mulai tersedianya tenaga pengajar professional, terlengkapinya fasilitas serta sarana dan prasarana penunjang dalam proses belajar mengajar yang memadai, serta efektif dan efisiensinya kurikulum serta sejumlah prasyarat lainnya. Sehingga kalau rendahnya mutu pendidikan hanya di lihat dari kualitas guru itu merupakan pandangan yang terlalu sempit.
Dalam pandangan penulis bukan keberadaan guru-guru asing yang diperlukan oleh pemerintah, saat ini tapi memperbaiki hal-hal yang menjadi prasarat tersebut. Selain itu, mengingat bahwa pendidikan bermutu merupakan pilar penentu keberadaan negara dan peradaban. Karenanya upaya maksimal bagi terwujudnya pendidikan berkualitas, mutlak dilakukan, terutama oleh pemerintah sebagai pihak yang paling bertanggung jawab dalam urusan ini. Sungguh, apa jadinya bila upaya dilakukan di atas landasan dan tujuan yang menyalahi karakter Ilmu dan peran pemerintah yang semestinya? Bumerang yang sangat berbahaya, tentunya. Pada tataran inilah pembahasan aspek ideologis paradigmatik menjadi penting dan krusial agar pendidikan bermutu bagi semua menjadi kenyataan.
Aktor Penting Dalam Pendidikan
Tidak dapat dipungkiri gurulah yang menjadi aktor utama dalam dunia pendidikan yang akan menghadapi tantangan yang semakin besar dalam menjalankan profesi mulianya. Peran guru diharapkan tidak hanya sebagai tenaga pengajar tetapi juga sebagai tenaga pendidik. Oleh karena itu, seorang guru tidak hanya orang yang pintar secara akademis (menguasai bidang studi yang akan diajarkannya) tetapi juga pintar secara emosional dan spiritual.
Guru harus memiliki kemampuan menyesuaikan pengajaran dengan kebutuhan individu siswa, Filosofi ini yang harus di miliki oleh semua guru, baik yang sudah berstatus guru profesional maupun yang belum. Harus menjadi pemahaman bahwa gurulah pelaku utama dan langsung dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, meninggikan martabat dan kualitas pendidikan.
Kualitas pendidikan setidaknya di tentukan oleh tiga komponen. Yang pertama adalah keluarga. Peran keluarga sangat penting dalam menyiapkan kondisi siswa dalam proses belajar di sekolah. Memberikan dukungan, motivasi dan pengawasan yang optimal. Jadi keluarga tidak menyerahkan pendidikan anak kepihak guru di sekolah. Yang kedua adalah lembaga sekolah dengan actor utamanya adalah guru.
Menurut penulis, perekutan guru saat ini sudah sangat ketat. Melalui program PPG calon guru di bekali dengan seperangkat kemampuan yang bisa menjadi bekal untuk mengajar. Tapi kembali lagi pada individu calon guru tadi.Filosofi sebagai guru seperti di awal tulisan ini harus di miliki dulu oleh guru. Karena sebaik apapun proses pengangkatan guru, jika guru tidak amanah terhadap tanggungjawabnya maka kualitas pendidikan tidak akan berubah.
Guru yang bertaqwa, yang ikhlas, yang amanah dengan tugas dan tanggungjawabnya sehingga tidak akan ada guru yang berprinsip”sing penting aku mulang”. Karena amanah sebagai guru nanti akan di mintai pertanggungjawaban di akhirat. Yang ketiga adalah pemerintah. Pemerintah memiliki tanggung jawab besar dalam memajukan kualitas pendidikan. Pemerintahlah yang harus senantiasa meningkatkan kualitas guru,menyediakan layanan pendidikan dengan ketersediaan sarana dan prasarana yang baik,berkualitas dan merata di seluruh tanah air.
Pendidikan Merupakan sebuah Sistem
Selain itu persoalan kualitas pendidikan bukan hanya terletak pada manusia-manusianya tetapi lebih mendasar pada sistem yang menjadi pijakan lahirnya kurikulum pendidikan. Sudah menjadi rahasia umum jika pendidikan di Indonesia cenderung diprivatisasi, dikapitalisasi dan diswastanisasi. Karena memang saat ini system pendidikan yang diberlakukan adalah system pendidikan sekuler, peran agama dalam kurikulum nyaris tidak ada.
Kalau kita mau mencoba menengok system pendidkan Islam , Negara sebagai pelaksana pendidikan akan menyusun kurikulum untuk di laksanakan, sekolah, Negara akan melaksanakan kebijakan yang digariskan dalam kurikulum, keluarga dan masyarakatmengawal jalanya proses pendidikan.
Dari sisi azas pendidikan adalah aqidah Islam yang bertujuan mewujudkan peserta didik berkepribadian Islam, berpola pikir dan berpola sikap sesuai syariat Islam. Materi dan metode pendidikan didesain sedemikian rupa sehingga peserta didik memahami dan meyakini bahwa eksistensi Allah swt dengan segala sifat-sifat uluhiyahnya.Dengan azas ini setiap pelajar akan memiliki dorongan bahwa belajar adalah ibadah yang berefek para pelajar sungguh-sungguh dalam memahami ilmu, tidak sekedar mencari nilai.
Batasi Medsos
Medsos memang berwajah ganda. Selain berimplikasi positif, medsos juga berdampak buruk. Terhadap segudang dampak negatif yang dibawa oleh medsos harus dilawan. Untuk itu pada bulan puasa ini semua pengguna perlu berpuasa medsos dengan membatasi penggunaannya. Para konsumen medsos harus mampu mengontrol diri dalam penggunaan medsos.
Angka pengguna medsos di Indonesia saat ini tergolong sangat tinggi. Menurut penelitian yang dilakukan We Are Social “Digital Around The World 2019” bekerja sama dengan Hootsuite, terdapat 130 juta jiwa orang Indonesia yang aktif di medsos. Dalam laporan tersebut terungkap bahwa total populasi Indonesia yang kini mencapai 265,4 juta jiwa, setengah di antaranya telah menggunakan internet, yaitu sebanyak 132,7 juta.
Jika dilihat dari angka tersebut maka dapat dikatakan bahwa seluruh pengguna internet di Indonesia adalah pengguna medsos. Hasil penelitian We Are Social menyebutkan dari 132,7 juta pengguna internet di Indonesia, 130 juta di antaranya adalah pengguna aktif di medsos dengan penetrasi mencapai 49%. Angka itu juga mengindikasikan bahwa lebih dari separuh populasi di Indonesia telah melek medsos.
Begitu banyaknya pengguna medsos di Indonesia juga telah menciptakan ketergantungan pada media ini. Tak mudah orang bisa mengalihkan kegiatan mereka dari bermedsos ria. Lihat saja di tempat-tempat umum, di café, di restoran, dan di banyak tempat orang tak bisa lepas dengan gadgetnya untuk bermain medsos. Tak jarang orang menggunakan medsos hanya untuk keperluan yang tak produktif.
Di bulan Ramadan ini kiranya bisa menjadi momentum yang tepat untuk membatasi diri menggunakan medsos. Mengonsumsi medsos kalau justru dapat mengurangi pahala puasa tentu akan merugi. Namun kalau mengakses medsos untuk menambah ilmu agama tentu masih bisa ditoleransi. Karena di medsos memang tak sedikit materi yang bermuatan keislaman. Beragam materi dakwah dari sejumlah ustad juga ada di medsos.
Medsos dan puasa Ramadan bisa bersinergi. Perlu sikap bijak dalam memadukan keduanya. Bagi yang tak punya cukup kemampuan dalam memilih dan memilah konten medsos yang sejalan dengan spirit Ramadan maka puasa medsos bisa jadi pilihan bijak. Medsos sejatinya cuma alat yang kita bisa kendalikan, bukan malah kita yang dikendalikan medsos. Selamat lanjut berpuasa.

———– *** ————

Rate this article!
Tags: