Mengokohkan Karakter Disiplin

Judul Buku : Pendidikan Karakter Ibnu Miskawaih
Penulis : M. Furqon Hidayatullah
Penerbit : Dio Media
Tahun Terbit : Januari, 2018
Tebal : 82 Halaman
ISBN : 978-602-6645-64-7
Peresensi : Ahmad Tadi N
Mahasiswa Institut Ilmu Keislaman Annuqayah, Guluk-Guluk, Sumenep, Madura

Mendidika karakter sejak dini merupakan laku kehidupan yang sangat urgen. Mengingat karakter memiliki peran yang sangat signifikan dalam membentuk manusia yang baik agar disiplin segala aspek. Atau bisa juga, karakter diartikan sebagai fondasi awal dalam membangun sumber daya manusia yang sangat kuat, karena setelah ditelisik lebih jauh. Bangsa yang kuat terletak pada karakter yang disiplin, disiplin belajar, disiplin ibadah dan disiplin berusaha.

Hal semacam ini sebenarnya sudah mendapat perhatian serius sejak dulu sampai sekarang. Dan terbukti, negara-negara yang maju mayoritas memperhatikan perkembangan karakter rakyatnya. Seperti negara Jepang, yang telah kita ketahui, menerapkan disiplin belajar sehingga tidak heran bila Jepang mampu bersaing dengan negara eropa. Ada juga Singapura yang disiplin dalam segi ekonominya yang tertata rapi. Sehingga, negara tersebut berkembang pesat, karena sudah menemukan ciri khas yang sepatutnya dijaga dan dilestarikan sebagai upaya untuk menciptakan sumber daya manusia yang cerdas dalam mengatur beberapa aspek kehidupan.

Untuk membentuk karekter disiplin, sebenarnya mudah. Seperti yang dikemukakan ulama filsafat etika-Ibnu Miskawaih-dalam kitabnya, “Tahzib al-Aklak.” Kitab tersebut diterjemahkan dan disederhanakan ke dalam bentuk buku dengan judul “Pendidikan Karakter Ibnu Miskawaih.” Dalam buku ini. Penulis mencoba memaparkan beberapa tahap untuk membentuk karakter yang independen, seperti halnya Pengulangan (Repetition), adanya Proses (Proces), dan penyesuain (Adabtation).(Hal.37) jika poin-poin ini berjalan linear, maka Indonesia akan mampu bersaing dengan negara eropa pula.

Kehadiran buku ini seolah menjadi pedoman awal untuk menyelami karakter lebih dalam lagi. Khususnya dalam membangun fondasi, tentu hal-hal besar yang ingin diraih akan mudah didapat, dan hal ini membuat seseorang memiliki pemikiran yang leluasa dalam menyelami karakternya sendiri ataupun memberikan penafsiran terhadap karakter orang lain.

Dengan kerakter yang sudah mendarah danging, seseorang tidak akan gegabah dalam memutuskan sesuatu. Karena untuk melakukannya membutuhkan pemikiran yang jernih atau pertimbangan matang terlebih dahulu. Sebab disadari atau tidak, seseorang merasa dikendalikan oleh sesuatu yang mereka sendiri tidak tahu itu apa. Oleh karenanya seseorang yang sudah memiliki karakter, bisa dikata paham dalam memilah dan memilih yang baik dan tidak baik. Sehingga , jika hal seperti itu dikendalikan dengan baik, maka jangan heran jika seseorang akan mendapat pengakuan dari orang disekitarnya.

Namun, seperti yang dikemukakan di atas, untuk membentuk karakter ada pembiasaan. Pembiasaan ini menjadi pintu utama untuk memasuki tahapan selanjutnya. Karena karakter sebanarnya sudah ada dalam diri kita sedari dulu. Hanya saja, kita tidak terbiasa atau enggan untuk mengenal dan menyelaminya. Bahkan-dalam buku ini mengatakan-keberadaan karakter atau pembiasaan itu sendiri, berada di organ yang vital. Kebiasaan muncul karena otak terus-menerus mencari cara untuk menghemat upaya dan usaha (Hal.23)

Dengan keadaan Indonesia saat ini yang sedang mengalami berbagai macam problem, seperti politik, kriminal dan pendidikan. Masalah seperti ini timbul dari karakter yang tidak independen atau tempramental dari orang itu sediri. Sehingga problem ini muncul dan harus segera dicarikan solusi oleh internal negara. Sebab jika tidak, problem ini (meskipun sepele) akan mengakar, lalu mejalar ke berbagai akar. Di saat seperti inilah, kehadiran buku ini seolah memiliki peran penting dalam memperbaiki masalah tersebut atau menjadi jalan utama untuk menguragi problem tersebut.

Jika dicarikan benang merahnya terkait permasalahan di atas, pandangan awal pasti tertuju pada karakter atau watak, sebab orang Indonesia-kebanyakan-lahir dari keluarga yang kurang memperhatikan kedisiplinan. Oleh karena itu, pemahaman tentang karakter harus segera diluruskan apapun kondisinya. (Hal.65) sebagai bentuk untuk melindungi karakter itu sendiri dan bangsa ini.

Pelurusan karakter sangat diperlukan, sebab pembinaan seperti ini memiliki tujuan jangka panjang dan hasil yang akan diperoleh pasti sesuai dengan ekspektasi awal. Hal ini senada dengan yang dikatakan Imam Ghazali, yaitu orang yang beriman harus mempunya tujuan jangka panjang. Seperti tujuan karakter itu sendiri, akan memliki dampak baik bagi yang melakukan. Sebab pembinaan karakter bertujuan untuk mencetak tingkah laku manusia yang baik. (Hal.45)

Dengan kehadiran buku bisa menjadi langkah awal untuk memperbaiki karakter yang sudah sepatutnya mendapat arahan. Sebab jika tidak demikian akan sangat fatal jika kita mempertahankan sesuatu yang tidak relevan dengan laku kehidupan. Sehingga buku ini sangat layak untuk dijadikan bahan bagi pendidik agar tidak mudah tempramental ketika memahami karakter peserta didiknya.

———- *** ———

Rate this article!
Tags: