Menguatkan Literasi Anak di Liburan Sekolah

Oleh :
Heny Saadah, S.Pd, M.Pd
Kepala SDN 339 Gresik

Hakikatnya, literasi bukan hanya berarti membaca dan menulis saja, namun bagaimana bisa mengambil manfaat dari kegiatan literasi itu kemudian menjadikannya sebagai sarana untuk menjelajahi dan mencari ilmu pengetahuan. Tentu saja ilmu pengetahuan yang akan mempengaruhi banyak hal dan mengubah hal baru dari setiap individu. Menurut pakar pendidikan Nicholas Kern, literasi memiliki 7 prinsip pendidikan. Di mana ketujuh prinsip tersebut meliputi interpretasi, kolaborasi, konvensi, pengetahuan kultural, pemecahan masalah, refleksi diri dan penggunaan bahasa.

Membaca sebagai bagian krusial dari literasi adalah kegiatan memahami rangkaian makna, bukan sekedar mengeja bahan Pustaka. Artinya pandai membaca adalah proses yang terus dipelajari, jauh sesudah kita menggabungkan suku kata yang berarti. Karenanya untuk menjadi pembaca efektif langkah yang ditempuh pastilah yang terus mengusahakan pengenalan lingkungan, bukan sekedar melafadkan tulisan.

Literasi merupakan salah satu aktifitas penting dalam hidup. Sebagian proses pendidikan bergantung pada kemampuan dan kesadaran literasi. Budaya literasi yang tertanam dalam diri peserta didik mempengaruhi tingkat keberhasilan baik di sekolah maupun dalam kehidupan bermasyarakat.

Dalam konteks Pendidikan Nasional kita, minat baca tulis masyarakat kita sangat mengkhawatirkan. Hal ini disebabkan adanya perbagai persoalan, misalnya anak anak lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menonton TV dan menikmati gadget daripada membaca buku. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, seringkali belum memiliki program pengembangan literasi, atau menumbuhkan budaya baca tulis secara sistemik. Padahal peserta didik menghabiskan sebagian besar waktunya di sekolah.

Ancaman global rendahnya literasi bangsa Indonesia sekarang ini akan semakin melemahkan daya saing bangsa dalam persaingan global yang smakin kompetitif karena kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi ini adalah akibat turunan dari rendahnya kemampuan baca tulis. Setiap orang tua pasti berharap buah hatinya dapat bertumbuh menjadi pribadi yang cerdas, mandiri dan bertanggung jawab. Di tengah perkembangan arus teknologi dan informasi yang semakin pesat, tentu saja kita tidak ingin buah hati terjebak dalam pusaran hedonisme dan gaya hidup yang menyesatkan. Sebagai guru pertama bagi anak-anak, seorang ibu memiliki peran besar untuk menumbuhkan karakter positif yang akan menjadi bekal kehidupan di masa mendatang.

Orang tua dan Guru: Agen Budaya Literasi Anak

Salah satu bentuk penanaman karakter positif bagi buah hati dengan menumbuhkan budaya literasi dalam ranah keluarga. Hal ini senada dengan program literasi yang dicanangkan pemerintah. Membumikan literasi artinya mendekatkan budaya literasi di dalam segala aspek kehidupan. Membumikan literasi penting dilakukan dari tingkatan dasar yakni keluarga sebelum ke ranah yang lebih luas, di tingkat sekolah maupun masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian Indeks Aktivitas Literasi Membaca (Alibaca) yang diterbitkan oleh Balitbang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada Desember tahun 2021, tingkat literasi anak Indonesia masih dalam kategori literasi rendah. Hal ini merupakan “PR” besar bagi kita semua untuk meningkatkan budaya literasi. Oleh karena itu, membumikan literasi dalam ranah keluarga penting dilakukan.

Di dalam lingkungan keluarga, keterampilan baca-tulis merupakan keterampilan pertama yang harus diajarkan.

Adapun salah satu cara meningkatkan kecakapan literasi baca tulis ialah anak dikenalkan dengan bacaan. Sebelum anak mampu membaca atau menulis, orang tua biasanya sudah mengenalkan bacaan pada anak-anaknya. Orang tua biasanya menceritakan dongeng atau cerita sebagai pengantar tidur. Pada kegiatan tersebut, orang tua harus mampu memilih bahan bacaan yang sesuai untuk anak-anak. Misalnya, cerita yang bertema anak-anak, tidak mengandung unsur kekerasan dan cenderung memiliki ilustrasi yang menarik. Oleh karena itu, sastra anak menjadi erat kaitannya dengan dunia literasi, khususnya baca tulis. Sastra anak mampu menjadi pilihan awal untuk meningkatkan budaya literasi sejak dini.

Bagi penulis yang bekerja dalam dunia pendidikan, selain liburan yang sudah ditentukan dalam kalender, ada momen spesial libur yang ditunggu, yaitu libur akhir semester saat kenaikan kelas. Biasanya libur dalam masa pendidikan dapat dilaksanakan saat akhir pembelajaran semester ganjil dan genap. Tenaga pendidik dan peserta didik biasanya antusias dalam menyambut libur semester. Bekerja dan beraktivitas sepanjang hari serta menghabiskan waktu dalam kegiatan merupakan runitas wajib yang dilakukan banyak orang. Fakta yang terjadi ialah sebagian aktivitas yang dilakukan cenderung berjalan tanpa disadari bahwa hari dan waktu dihabiskan dengan melakukan kegiatan yang monoton.

Sampai-sampai hal yang kecil dan menyenangkan terkadang terabaikan sehingga memberikan kesan suasana yang berbeda saat liburan. Liburan tidak harus dengan melakukan perjalanan jauh atau bepergian dengan menghabiskan biaya yang besar. Namun, libur juga bisa difokuskan pada serangkaian rutinitas yang berbeda dari biasanya. Liburan juga membawa fungsi penyegaran secara sosial dengan meninggalkan runitas sehari-hari. Liburan juga seharusnya membawa dampak positif bagi setiap orang. Berhenti sejenak dari aktivitas biasanya dapat memberikan efek kesegaran jiwa saat nantinya akan kembali beraktivitas.

Kegiatan liburan literasi sebenarnya merupakan kesempatan yang sangat tepat bagi orang tua untuk mengajak putra-putrinya berliterasi. Saat libur, anak berada di rumah selama 24 jam. Ini merupakan waktu yang tepat bagi orang tua untuk memantau, mengarahkan, hingga mengembangkan bakat dan minatnya dalam berliterasi. Berliterasi sebenarnya ialah olah rasa (dirasa), olah cipta (dilihat dan didengar), dan olahraga (dilakukan). Realitas yang ada, anak gen Z-sebutan anak kekinian, terkenal memiliki kecepatan yang luar biasa dalam berselancar di dunia maya, tetapi tidak banyak dari mereka yang mampu membaca dan menulis secara cepat.

Padahal, dengan menulis ada manfaat yang kita dapatkan, di antaranya melatih menyampaikan pesan, melatih konsentrasi, melatih kemampuan membaca, membuat anak kreatif, dan melatih kesabaran serta ketelatenan. Banyak hal yang dapat dilakukan saat mengisi liburan khususnya dalam dunia pendidikan seperti mengunjungi perpustakaan umum. Otonomi daerah tentunya berpengaruh positif bagi warga negara terutama keikutsertaannya dalam meningkatkan kecerdasan bangsa. Berbagai taman baca pun mulai bermunculan. Dengan mengunjungi perpustakaan kita dapat merasakan atmosfer baru dalam pengetahuan. Bukan berarti libur sekolah atau libur aktivitas, berhenti pula proses isi otak. Di sinilah kesempatan yang baik bagi siswa, guru, maupun sivitas akademik mengisi liburan dengan tetap pergi ke perpustakaan dengan waktu yang panjang.

Bagi orang tua yang mampu membelikan buku, tetapi tidak sempat mendampingi anaknya membaca atau membacakan isi buku tersebut, masa liburan ialah kesempatan untuk mengajak anaknya membaca buku. Dengan begitu, akan muncul rasa kebersamaan dalam berliterasi yang dapat mendukung hubungan kasih sayang antara orang tua dan anak.

Esensi literasi di masa liburan juga bisa diprakarsai guru. Mencatat kegiatan saat libur sekolah. Mencatat apa yang dirasa, dilihat, didengar, hingga yang dilakukan ialah hal positif untuk mencegah kelupaan. Bahkan, dengan tercatatnya sebuah kegiatan membuat seseorang akan memperoleh pengalaman baik apa yang harus dilakukan maupun apa yang harus ditinggalkan. Mencatat kegiatan ini tidak perlu panjang karena tujuan catatan ini ialah agar tumbuh senang di hati anak untuk berliterasi. Semuanya harus disesuaikan dengan usia dan tumbuh kembang jiwa anak. Namun demikian, jangan bebani anak dengan mencatat kegiatan hariannya secara panjang karena hal ini dapat membuat anak semakin merasa tertekan yang pada akhirnya dia enggan untuk melaksanakannya.

Pendeknya, liburan bukan berarti kita berhenti untuk belajar dan mengisi diri dengan pengetahuan, melakukan hal-hal di luar kebiasaan dan aktivitas saat liburan seperti piknik, naik gunung, wisata air, dan lain sebagainya itu sudah dilakukan kebanyakan orang. Namun, mengisi liburan dengan hal-hal yang berhubungan dengan literasi dapat memberikan nuansa dan manfaat yang berbeda. Liburan tidak harus identik menghabiskan uang banyak, tetapi dengan uang yang kecil pun kita bisa menikmati liburan dengan dengan mengasah daya literasi anak-anak kita.

——— *** ———-

Tags: