Mengubah Lumpur Sidoarjo Jadi Produk Bermanfaat

PPLS dan Ikatan Geologi Jatim, belum lama ini menggelar workshop menjadikan lumpur Sidoarjo agar bisa diubah jadi bata berkualitas bagus. [ali kusyanto]

Dicampur dengan Bahan Kertas Bekas, Hasilkan Batu Bata Berkualitas
Kab Sidoarjo, Bhirawa
Awal munculnya lumpur dari perut bumi di wilayah Porong, Kabupaten Sidoarjo pada 12 tahun silam bisa jadi mala petaka. Ribuan warga dipaksa pindah dari tanah kelahirannya, meninggalkan semua yang dimiliki karena telah terendam lumpur. Namun itu dulu, kini pelan namun pasti semua kondisi sudah beransur mulai membaik. Termasuk mengubah lumpur yang mulanya bencana, menjadi produk yang bermanfaat dan berkualitas tinggi.
Setelah sejak 2006 lumpur terus menyembur, kini berbagai pihak memutar otak agar lumpur yang menjadi pemantik bencana bisa bermanfaat. Salah satunya seperti yang dilakukan Pusat Pengendalian Lumpur Sidoarjo (PPLS), yang melakukan riset mengubah lumpur menjadi batu bata berkualitas tinggi. Uji kualitas pun sudah dilakukan oleh Ikatan Ahli Geologi Jatim.
Inovasi yang dilakukan oleh Ikatan Ahli Geologi Jatim dengan PPLS ini, dinilai berhasil setelah beberapa kali melakukan ujicoba. Saat Workshop ini digelar oleh PPLS dengan Ikatan Ahli Geologi Jatim, masyarakat di sekitar semburan lumpur Sidoarjo mengikutinya.
Tujuannya untuk pemberdayaan korban lumpur agar selanjutnya dapat berwirausaha mandiri dengan membuat batu bata dari Lumpur Sidoarjo. “Dulu pernah dibuat, namun gagal,” ucap Handoko Teguh Widodo, Ketua Ikatan Ahli Geologi Jatim di Bengkel Kerja PPLS Desa Mindi, Kecamatan Porong.
Ia menjelaskan, kegagalan saat itu dikarenakan saat pembuatan batu bata dengan media Lumpur Sidoarjo, karena dicampur dengan abu sekam padi. Sehingga hasilnya kurang bagus dan saat dibakar, batu bata tersebut mudah pecah. “Kali ini kami campur dengan kertas bekas dan hasilnya kuat dibanding yang dulu pernah kami lakukan,” terangnya.
Secara tidak langsung, proses pembuatan batu bata dari media lumpur Sidoarjo dan dicampur dengan kertas bekas dengan perpaduan antara 50-50, otomatis dapat mengurangi limbah. “Jadi bahan kertas bekas yang biasanya tidak dipakai, akan bisa jadi barang yang bermanfaat,” terangnya.
Keunggulan batu bata dengan bahan baku Lusi ini, menurut Handoko, tidak memerlukan proses yang begitu lama. Usai dicetak dan dipanaskan beberapa jam, batu bata tersebut sudah bisa dilakukan pembakaran yang hanya memerlukan waktu kurang lebih 3 jam. Hasilnya juga ringan dan kuat. “Tidak perlu dijemur lagi,” lanjutnya.
Untuk menguji kekuatan batu bata tersebut, pihaknya memanggil pembuat batu bata dari kawasan Mojosari yang terkenal bagus dan kuat. Pembuat batu bata dari Mojosari mengakui bahwa hasil batu bata dari bahan Lumpur Sidoarjo bagus.
Tidak hanya batu bata, pihaknya juga akan berinovasi membuat barang-barang seperti tembikar, keramik, paving blok dan ornamen-ornamen yang bahan dasarnya dari lumpur Sidoarjo. “Rencananya kami akan membuat selain batu bata dan dengan bahan alternatif lain, agar lumpur yang selama ini dianggap bencana, akan bisa menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat,” katanya.
Sementara itu menurut staf humas PPLS, Hengky Listria Adi, program kerjasama ini diharapkan akan dioptimalkan sehingga bisa membentuk suatu koperasi untuk pemberdayaan masyarakat korban lumpur Sidoarjo. “Kita berharap program ini bisa berkelanjutan sehingga bisa membentuk usaha koperasi untuk pemberdayaan masyarakat yang di wilayah Porong dan sekitarnya,” ujarnya. [ali kusyanto]

Tags: