Mengulik Kelebihan Sumber Mata Air di Desa Arjasa Situbondo

Camat Arjasa, Kabupaten Situbondo Drs Suradi Msi, bersama Kasi Trantib Rocky Syahbana SSos dan Teguh Kasi Ekbang saat menunjukkan sumber mata air yang menjadi langganan konsumsi warga. [sawawi]

Mengalir Sejak Zaman Belanda, Diyakini Warga Bisa Sembuhkan Penyakit Kronis
Kabupaten Situbondo, Bhirawa
Di Desa Arjasa, Kecamatan Arjasa, Kabupaten Situbondo ada sebuah sumber mata air atau artesis yang hingga kini memiliki rasa seperti air kemasan. Air yang persis berada di sebelah barat Kantor Kecamatan Arjasa itu memiliki khasiat yang bagus, dan bahkan diyakini sebagian masyarakat bisa menyembuhkan penyakit kronis, seperti ginjal dan penyakit lain.
Pagi hari, di sebelah Kantor Kecamatan Arjasa yang berdempatan dengan Kantor KUA Arjasa dan masjid jami setempat, tampak sejumlah warga hilir mudik mendatangi sebuah sumber mata air. Disana sudah dibuat pipanisasi dengan disekat beberapa kran air.
Para warga yang datang itu rata-rata membawa jeriken, galon dan botol besar untuk menampung air minum. “Air disini sudah lama menjadi konsumsi sebagian besar masyarakat Desa Arjasa,” tegas Camat Arjasa, Suradi.
Mantan Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Arjasa itu mengatakan, warga yang datang untuk mengambil air tidak hanya berasal dari desa setempat, melainkan juga datang dari luar Kecamatan Arjasa. Seperti Kecamatan Jangkar, Kecamatan Asembagus dan Kecamatan Kapongan, rutin mengambil air untuk dikonsumsi.
Biasanya mereka mengambil dalam jumlah besar, dengan diangkut mobil dan sebagian lagi diangkut dengan motor. “Sumber mata air disini ada sejak jaman Belanda, ratusan tahun silam. Sumber mata air ini mengalir tanpa henti selama 24 jam,” tegas Suradi.
Pria yang juga mantan Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Jangkar itu menambahkan, peminat sumber mata air ini bahkan ada yang datang dari luar Kabupaten Situbondo. Mereka nekat jauh datang ke pusat sumber mata air di Kecamatan Arjasa, karena meyakini air tersebut bisa menyembuhkan sebuah penyakit kronis. “Biasanya kalau datang mengambil air kesini pada malam hari. Sebab, selain sepi, saat malam hari itu rasa airnya lebih nikmat dan segar,” kupas Suradi.
Suradi memastikan berdasarkan cerita pendahulu nenek moyang atau tetua Kecamatan Arjasa, air ada sejak tahun 1800. Saat itu, di sekitar sumber mata air terdapat sebuah lempengan kuningan yang mirip emas. Tanda itu juga sebagai tanda benda benda peninggalan sejarah kuno. “Karena memiliki nilai jual yang tinggi, akhirnya lemepengan kuning itu hilang. Kemungkinan besar dicuri oleh orang yang merasa tertarik dengan benda itu,” jelasnya.
Air ini, terang Suradi, selain dikonsumsi masyarakat luas juga di gunakan oleh masyarakat dari berbagai desa yang ada di Kabupaten Situbondo dan beberapa daerah tetangga. Suradi pun mengaku air bersih tersebut kini juga dialirkan ke masjid-masjid, Kantor KUA, Kantor Kecamatan, Kantor Koramil Arjasa dan juga beberapa kediaman masyarakat sekitar. “Rasanya enak dan tidak membuat perut mual. Yang jelas jadi primadona masyarakat,” ujar Suradi.
Suradi menerangkan, baru baru in ada pengembang yang datang dan berminat untuk mengelola sumber mata air tersebut menjadi air kemasan atau air mineral yang siap dikomersilkan. Namun karena masyarakat kompak menentang, akhirnya sampai saat ini keberadaan sumber mata air tersebut hanya dikonsumsi masyarakat setempat.
“Ya memang ada yang datang dari luar kota. Air ini full mengalir selama 24 jam. Juga tercatat sebagai peninggalan sejarah kuno. Masyarakat menilai sumber mata air ini merupakan satu satunya yang ada di Kecamatan Arjasa,” ungkapnya.
Terlepas ada atau tidak dari sebagian masyarakat yang meyakini sumber mata air tersebut bisa menyembuhkan penyakit, Suradi tetap percaya semua penyait hanya sembuh karena murni pertolongan dari Allah SWT.
“Ya memang ada yang datang dari luar kota Situbondo dan mengaku air tersebut bisa menyembuhkan penyakit ginjal dan berbagai penyakit lain sehingga lokasi sumber mata air selalu menjadi serbuan masyarakat yang ingin mengambil air untuk dikonsumsi,” ungkap mantan Kasi SD di Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Situbondo itu.
Suradi mengakui, lahan yang menjadi tempat sumber mata air tercatat sebagai tanah negara yang terletak di tanah desa dan masuk dalam katagori tanah ganjaran desa. Yang jelas, imbuh dia, masyarakat setempat sampai saat ini keberatan untuk melepas pengelolaan sumber mata air untuk di akuisisi pihak ketiga.
“Ya masyarakat merasa keberatan kalau sudah dimiliki pengembang akan kesulitan untuk mengambil sumber mata air lagi. Sehingga sampai saat ini kami memberikan kesempatan kepada siapapun secara gratis untuk mengambil air ini untuk dikonsumsi,” ujar mantan Kabid Pembinaan Usaha (Binus) pada Dinas Koperasi dan UM Kabupaten Situbondo itu.
Adi salah satu warga Desa Bayeman Kecamatan Arjasa mengaku rutin bersama warga tetangga desa lain mengambil air yang terletak di sebelah barat Kantor Kecamatan Arjasa untuk dikonsumsi bersama anak dan keluarganya. Tak cukup itu, sebut Adi, para kerabat lain terkadang juga menitipkan sebuah jeriken dan galon untuk di isikan air yang berada di sumber mata air Arjasa. “Saya sudah cukup lama mengkonsumsi air disini. Alhamdulillah tetap sehat dan jarang sakit perut,” papar Adi.
Selain dapat mengurangi anggaran untuk membeli kebutuhan air minum, jlentreh Adi, dengan mengambil air di sumber mata air Arjasa, juga dapat menambah kesegaran tubuh karena memiliki rasa yang lain jika dibanding dengan air pada umumnya. Adi juga sependapat dengan Camat Arjasa, Suradi, agar keberadaan sumber mata air di Kecamatan Arjasa tidak dialihken pengelolaannya kepada pihak ketiga. “Kami bersama warga yang lain terus terang menolak jika sumber mata air ini dikomersilkan. Artinya dijadikan sebagai pusat pengelolaan air kemasan,” pungkasnya. [sawawi]

Tags: