Mengungkap Misteri Alam Kubur

Mengungkap Misteri Alam Kubur

Mengungkap Misteri Alam Kubur

Resensi buku :
Judul Buku      : Setelah 7 Malam Di Alam Kubur
Penulis               : Syarif Hidayatullah
Penerbit             : Safirah, Yogyakarta
Cetakan             : I, Maret 2014
Tebal                   : 180 halaman
ISBN                   : 978-602-255-483-7
Peresensi        : Hendra Sugiantoro
Pegiat Pena Profetik Yogyakarta
Hampir setiap hari kita mendengar berita meninggalnya seseorang. Berita itu semestinya menyadarkan kita bahwa hidup di dunia ini sejatinya hanyalah sementara. Siapa pun kita, entah kapan, menunggu giliran untuk meninggalkan dunia ini. Mati adalah kepastian. Buku ini mengungkap rahasia alam setelah alam dunia ini, yakni alam kubur.
Alam kubur (barzakh), secara etimologi, adalah alam yang membatasi antara dunia dan akhirat, tempat persinggahan sementara sampai manusia dibangkitkan pada hari kiamat. Ketika seseorang dikubur di dalam tanah, urusan belumlah usai. Di alam kubur, manusia mulai memasuki kehidupan babak baru. Mulailah ditunjukkan amalan dan segala perbuatan manusia di dunia. Beruntunglah manusia yang selama hidupnya selalu melakukan amalan-amalan kebaikan, sehingga di alam kubur benar-benar mendapatkan kenikmatan. Sementara, rugilah manusia yang mendapatkan siksaan yang bermacam-macam karena amalan-amalan buruk ketika di dunia (hlm. 5-6).
Buku ini akan membawa kita pada dimensi perenungan yang bermakna. Lakukanlah kebaikan mulai saat ini, selama masih berada di dunia ini. Nabi Muhammad Saw bersabda, “Suatu yang mengikuti mayat ada tiga, kembali pulang dua dan satu ikut bersamanya; diantarkan keluarganya, hartanya, dan amalnya, maka kembali pulang keluarganya dan hartanya, serta yang tersisa (bersamanya) amalnya.”(HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan Nasa’i) (hlm. 20).
Manusia berada di alam kubur sampai datangnya hari kiamat. Menurut Al-Ghazali, selain azab kubur dan nikmat kubur, hal  lain yang perlu manusia percayai berkaitan dengan alam kubur ini adalah pertanyaan yang diajukan oleh malaikat Munkar dan Nakir terhadap orang-orang yang dimasukkan ke liang lahat atau liang kubur. Isi pertanyaan menyangkut masalah keimanan kepada Tuhan dan Rasul-Nya, serta hal lain yang berhubungan dengan akidah (hlm. 28-29).
Agar tidak mengalami siksa kubur, manusia tentu saja harus berhati-hati menjaga sikap dan perbuatannya di dunia. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra., Rasulullah Saw melewati dua kuburan, lalu bersabda, “Sungguh, kedua penghuni kubur itu sedang disiksa. Mereka disiksa bukan karena perkara besar (dalam pandangan keduanya). Salah satu dari dua orang ini (semasa hidupnya) tidak menjaga diri dari kencing. Sedangkan yang satunya lagi, ia keliling menebar namimah (mengadu domba).”(HR. Muttafaqun ‘alaih). Menurut hadits tersebut, siksa kubur tidak hanya terkait dosa besar yang dilakukan, tetapi juga dosa kecil, seperti tidak menjaga dari najis air kencing (hlm. 53).
Bentuk siksaan di alam kubur bermacam-macam. Rasulullah Saw. bersabda, “Dan, demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, sesungguhnya sehelai kain kecil dari harta ghanimah yang ia curi pada Perang Khaibar yang di luar pembagian ghanimah akan menjadi bara api (di alam kuburnya).”(HR. Bukhari dan Muslim). Hadits tersebut secara implisit juga bisa dikaitkan dengan perbuatan korupsi dengan memakan uang rakyat atau menggunakan harta bukan haknya.
Bagi para pelaku ghibah atau menggunjingkan kejelekan orang lain selayaknya introspeksi. Ghibah diibaratkan memakan bangkai saudaranya sendiri dan dapat mendatangkan siksa kubur. Dalam hadits riwayat Ahmad diterangkan bahwa Nabi Muhammad Saw menyaksikan keadaan para pelaku ghibah, yakni kukunya dari tembaga digunakan untuk mencabik-cabik wajah dan dada mereka sendiri (HR. Ahmad). Untuk menghindari siksa kubur seperti itu, maka hindarilah berghibah (hlm. 108).
Bentuk siksaan di alam kubur lainnya sebagaimana diterangkan dalam berbagai hadits adalah dipukul dengan palu godam besar, ditenggelamkan ke bumi, dibelit ular berbisa, mulut ditusuk dengan tombak, disempitkan kuburnya, dan siksaan lainnya. Selama masih di dunia, manusia mungkin abai terhadap kondisinya kelak di alam kubur. Di dunia melakukan kejahatan, kemaksiatan, dan lemah iman. Maka, hindarilah perbuatan hina. Bentuk nikmat kubur hendaknya diusahakan selagi masih di dunia, seperti diluaskan kuburnya, ruhnya dikumpulkan bersama orang-orang beriman, diberi rezeki oleh Allah Swt, dan sebagainya.
Selain mendorong pembaca menguatkan keimanan dan melakukan kebaikan di dunia agar mendapatkan nikmat kubur, buku ini juga menerangkan amalan ahli waris untuk orang yang telah meninggal. Maksudnya, orang yang hidup bisa membantu si mayit dalam menghadap fitnah kubur, seperti memohonkan ampunan, menunaikan utang dan nadzar yang belum lunas dilakukan si mayit, sedekah untuk mayit, menjadi anak berbakti, mengamalkan nasihat dan ilmu orang yang telah meninggal, menggunakan warisannya untuk kebaikan umat, dan masih banyak lainnya.
Dengan mengetahui rahasia alam kubur, buku ini membingkai hidup kita agar selalu dalam kebaikan. Hindarilah siksa kubur. Selama hidup di dunia, marilah berlomba mendapatkan nikmat kubur dengan menguatkan keimanan dan melakukan amalan kebaikan.

Rate this article!
Tags: