Mengungkap Rahasia Tragedi Westerling

wm.phpJudul    : Tragedi Westerling
Penulis    : Agus N. Cahyo
Penerbit  : Palapa, Yogyakarta
Cetakan  : Pertama, April 2014
Tebal    : 140 Halaman
ISBN    : 978-602-279-127-0
Peresensi  : Untung Wahyudi. Alumnus UIN Sunan Ampel, Surabaya
Indonesia merupakan pulau dengan kekayaan alamnya yang melimpah ruah. Melimpahnya kekayaan tanah air membuat orang-orang Eropa tertarik untuk menjajah dan menguasai negeri yang gemah ripah loh jinawi ini. Bahkan, Negara ini sempat menjadi rebutan beberapa negara Eropa dan Asia seperti Portugis, Belanda dan Jepang.
Namun, berkat perjuangan yang gigih serta keyakinan, bangsa Indonesia berhasil memproklamirkan kemerdekaan setelah Hiroshima dan Nagasaki dibom oleh sekutu. Tetapi, bukan berarti bangsa Indonesia bisa hidup tenang pasca kemerdekaan. Berbagai masalah dan konflik tetap bermunculan, terutama oleh rongrongan Belanda yang masih ingin menjajah negeri ini.
Konflik Indonesia-Belanda sebenarnya terjadi sejak Indonesia belum lahir. Artinya, sejak Belanda menjajah Nusantara selama ratusan tahun, konflik ini telah muncul meskipun nama negara Indonesia belum lahir. Selama Perang Dunia berlangsung, Indonesia merupakan wilayah jajahan Belanda. Baru menjelang berakhirnya Perang Dunia II, Indonesia lepas dari penjajahan Belanda dan beralih dijajah oleh Jepang. Walaupun pada akhirnya Jepang menyerah kepada Sekutu karena Kota Nagasaki dan Hiroshima dibom atom oleh sekutu, Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya.
Sebelum terjadinya peristiwa Westerling di Makassar, di beberapa wilayah di Indonesia juga terjadi pertempuran melawan Belanda. Itu terjadi pasca kemerdekaan. Di antaranya Pertempuran Surabaya, Pertempuran Ambarawa, Pertempuran Medan Area, hingga peristiwa Bandung Lautan Api.
Maka, pasca kemerdekaan ada beberapa tragedi yang menewaskan banyak orang. Salah satunya tragedi Wasterling, seorang pembantai dari Belanda. Buku ini mengupas seluk beluk dan latar belakang Westerling yang dikenal dengan pembantai rakyat Indonesia.
Laki-laki bernama lengkap Reymon Westerling itu adalah seorang tentara bayaran yang sangat kejam. Meskipun ia lahir di Turki, namun darahnya dari Belanda, sehingga ia merupakan salah satu keturunan penjajah Belanda yang menjadi penjajah Asia, terutama Indonesia selama berabad-abad. Westerling ingin membantu negaranya tersebut memperkuat kekuasaanya di daerah jajahan (halaman 51).
Dalam buku Tragedi Westerling; Sang Penjajah Rakyat Indonesia ini penulis menjelaskan bahwa, kisah kekejaman algojo Westerling dimulai setibanya di wilayah tanah air. Setiap daerah di Indonesia yang dijejaki langkahnya, hampir selalu meninggalkan bercak-bercak darah pembunuhan dan pembantaian terhadap pejuang dan warga sipil setempat. Dimulai dari Medan dengan membantai rakyat di sana, di Makassar 40.000 rakyat, dan gerakan kudeta di Jawa Barat dengan membantai puluhan TNI dan rakyat.
Selain melakukan beberapa pembantaian di beberapa daerah, Westerling juga melakukan operasi militer. Operasi militer yang pertama dilakukan adalah pada 11-12 Desember 1946. Sasarannya adalah desa Batua serta beberapa desa kecil Timur Makassar. Operasi itu dipimpin langsung oleh Westerling. Pasukan pertama yang dipimpin oleh Sersan Mayor H. Dolkens menyerbu Borong dan pasukan kedua dipimpin oleh Sersan Mayor Instruktur J. Wolff yang beroperasi di Batua dan Patunorang. Westerling sendiri bersama Sersan Mayor Instruktur W. Uittenbogaard dibantu oleh dua ordonan, satu operator radio, serta 10 orang staf menunggu di desa Batua (halaman 54).
Demikianlah sweeping ala Westerling. Dengan pola yang sama, operasi pembantaian rakyat di Sulawesi Selatan berjalan terus. Westerling juga memimpin sendiri operasi di desa Tanjung Bunga pada malam tanggal 12 menjelang 13 Desember 1946.
Buku setebal 140 halaman ini cukup lengkap memuat berbagai informasi tentang pembantaian yang dilakukan oleh Westerling. Pembaca bisa belajar banyak dari buku ini mengenai sejarah pembantaian massal yang terjadi pasca kemerdekaan. Dengan membaca kembali tragedi berdarah yang mengorbankan para pejuang dan ribuan rakyat tidak berdosa, jiwa patriotisme dan nasionalisme semoga semakin mekar di dada kita.
——— *** ———-

Rate this article!
Tags: