
Candi Sudut adalah pagar Candi Jabung menjadi peyimpanan senjata prajurir Majapahit.[Wiwit Agus P]
Tempat Menyimpan Pusaka Prajurit Majapahit, Ada Tombak Keris dan Pusaka Lainnya
Kab Probolinggo, Bhirawa
Letak Candi Sudut sekitar 50 meter dari Candi Jabung. Masuk Desa Jabung Candi, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo. Candi ini menjadi tempat penyimpanan pusaka para prajurit di zaman Kerajaan Majapahit. Bahkan, konon banyak warga yang menemukan pusaka di Candi Sudut.
Sejatinya, Candi Sudut berjumlah empat buah. Lokasinya berada di setiap sudut Candi Jabung. Namun, saat ini, hanya tersisa satu. Bangunan fisiknya telah dipugar pada 1983-1985 dan diresmikan pada November 1987.
Habibur Rahman, warga sekitar canda mengatakan, Candi Sudut adalah tempat menyimpan beragam pusaka di zaman kerajaan Majapahit. Khususnya pusaka-pusaka yang sakti mandraguna. Para prajurit dan petinggi Kerajaan Majapahit menyimpan pusaka-pusaka mereka di bawah candi.
Setelah itu, para prajurit itu pulang ke Trowulan, Mojokerto. “Karena itu, dulu banyak orang yang menemukan tombak, keris, dan pusaka lainnya di sana. Itu milik para prajurit perang dan petinggi Majapahit. Bukan klenik ya,” katanya, Minggu (17/4) lalu.
Candi Sudut sendiri diperkirakan dibangun bersamaan dengan pembangunan Candi Jabung. Yakni, sejak tahun 667 atau tahun 1354 Masehi atau tahun 1276 Saka. Pada Candi Jabung sendiri menurut berita dalam Kitab Pararaton (abad XVI Masehi), Candi Jabung sejurus dengan bangunan suci yang ada di Desa Sejabung (Desa Jabungcandi). Diberi gelar Abhiseka, yakni Bajrajina Paramitapura.
Jika diartikan perkata, Bajra/Vajra adalah sebuah atribut seorang dewa Budhis dan penyebutannya Vajratu sebagai Mandala (tempat para dewa). Jina, sebutan tiga dewa dalam agama Budha, Yakni, Cahyawuni, Lokecwara, dan Bajrapani. Sedangkan Paramita yang berarti ajaran Budha Mahayana Tatra, yaitu ajaran Budha yang berkembang di India. Dan Pura berarti candi. Jika disatukan kurang lebih artinya yaitu,”bagian dari tempat suci para dewa.”
Sedangkan menurut berita kitab Negarakertagama pupuh XXXI, Candi Jabung merupakan bangunan suci yang bersifat Budhis, disebut Sugara Pratista. Bangunan suci ini merupakan tempat pendarmaan dari seorang putri atau istri raja yakni Bhra Gundal yang masih keluarga Hayam Wuruk.
Bunadin, juru pelihara (jupel) Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) pada Candi Jabung mengatakan, Candi Sudut memiliki ukuran 3,5 x 3,5 meter. Pada bagian atas candi di tiap sisinya memiliki relief berbentuk singa. “Setelah dilakukan penelitian beberapa waktu lalu, Candi Sudut itu diduga sebagai pagar dari candi Jabung. Hanya saja yang tersisa adalah Candi Sudut yang di barat daya. Yang lain tidak ada,” katanya.
Sebagian Candi Sudut disebut Bunaidi masih tersisa. Namun, kondisinya sangat buruk. Bahkan, tidak terlihat seperti candi. Hanya tumpukan bata kuno. “Di sebelah tenggara itu ada dulu. Saat ini sudah tidak berupa candi. Kondisinya tidak baik,” tuturnya.
Ia pun membenarkan cerita rakyat yang mengatakan Candi Sudut adalah tempat penyimpanan pusaka di zaman Kerajaan Majapahit. Saat dicek oleh BPCB Trowulan, ditemukan fondasi yang terhubung dengan Candi Sudut. “Saat digali ke utara dari Candi Sudut ini, ditemukan fondasi ke arah utara. Setelah itu ditemukan fondasi yang menyerupai Candi Sudut lainnya,” terangnya.
Namun, Bunadin tidak pernah tahu bahwa ada sejumlah pusaka yang ditemukan warga di Candi Sudut. “Tidak pernah ada yang membuktikan bahwa memang ada pusaka atau senjata di Candi Sudut. Hanya saja cerita memang benar,” ungkapnya.
Sementara Candi Jabung dibangun oleh Raja Hayam Wuruk. Tujuannya sebagai tempat singgah dan tempat penyekaran. Menurut Rahman -sapaan akrabnya-, Candi Jabung juga digunakan sebagai penyembahan atau peribadatan bagi Dewa Siwa.
“Jadi, fungsi candi tersebut ada tiga pada masa itu. Yakni, untuk penyembahan atau peribadatan Dewa Siwa, tempat singgah, dan penyekaran,” tandasnya.
Candi Jabung pernah dikunjungi oleh Raja Hayam Wuruk ketika berkeliling Jawa Timur. Hayam Wuruk didampingi oleh seluruh keluarga raja (Bhatara Sapta Prabhu), menteri-menteri, pemimpin agama, wakil golongan masyarakat, dan Patih Gajah Mada yang memimpin tentara Kerajaan Bayangkari.
Tujuan perjalanan Raja Hayam Wuruk dan rombongan pada dasarnya untuk memantau keadaan masyarakat yang dipimpinnya. Selain itu, perjalanan ini juga merupakan salah satu darma yang harus dilakukan, yaitu menyatukan wilayah Kerajaan Majapahit.
“Pada tahun 1359 Masehi, Raja Hayam Wuruk kembali mengunjungi wilayah timur Majapahit. Dan sesampai di Candi Jabung mengadakan upacara penyembahan (Nyekar). Di mana di lokasi candi utama disebutkan sebagai pemakaman abu jenazah Brha Gundal yang keluarga Hayam Wuruk,” tambahnya. [Wiwit Agus P]