Mengunjungi Masjid Al-Qudsie Dukuh Klopo, Jombang

Masjid Al-Qudsie, Dusun Bendo Kapas, Desa Dukuh Klopo, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang tampak dari luar beberapa waktu lalu.

Didirikan Era 1600-an, Diperkirakan Pernah Jadi Bagian dari Pesantren Tua
Kab Jombang, Bhirawa
Sebuah bangunan masjid berdiri di pojok jalan di Dusun Bendo Kapas, Desa Dukuh Klopo, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang. Jika dari arah timur, sekilas tidak tampak jelas bahwa masjid ini merupakan bangunan tua. Namun jika dilihat dari arah selatan, utara, dan dari sisi barat serta bangunan yang terdapat di bawah kubah, akan tampak sisi tua dari masjid.
Berdasarkan keterangan dari salah satu keturunan orang yang mendirikan masjid, seluruh bangunan masjid ini dulunya tidak menggunakan paku. Untuk merekatkan satu bagian dengan bagian lain, masih menggunakan patek (pasak).
Namun, itu belum seberapa jika dibandingkan salah satu indikator ‘ketuaan’ masjid yang berada di dalam ruang salat yakni, terdapat empat buah tiang penyangga yang terbuat dari potongan-potongan kayu yang disusun menjadi tiang. Ini layaknya satu tiang yang terdapat di Masjid Demak, Jawa Tengah. Namun empat tiang penyangga ini hanya bisa dilihat dari lobang plafon karena di bagian bawah plafon, yang terlihat hanya empat penyangga yang terbuat dari pilar semen dan gypsum.
Selain bisa dilihat dari empat kayu penyangga, nilai tua masjid juga bisa dilihat dari ornamen-ornamen di sekitar tempat imaman. Ornamen ukiran kayu berbagai bentuk itu dipasang di atas plengkungan tempat imaman.
Salah seorang keturunan pendiri masjid, Isba, masjid ini dulu didirikan oleh Mbah Choirudin yang berasal dari Demak, Jateng. “Kira-kira tahun 1690. Ini dulunya bukan masjid, tapi musholla. Imamannya sudah dipindah dulu di sini (agak barat dari posisi imaman sekarang),” ujar Isba beberapa waktu yang lalu.
Menurut penjelasan Isba, Mbah Choirudin memiliki sejumlah anak, salah satunya yakni, Kyai Sa’id. Sementara, Kiai Sa’id memiliki anak salah satunya yakni, Mbah Abdul Hadi. Kemudian, Mbah Abdul Anak memiliki sejumlah anak antara lain, Abdul Faqir, Abdul Qahhar, dan Asfiyoh serta Imam. “Abdul Faqir ini mbah saya. Abdul Faqir mempunyai anak, Pak Sa’i, bapak saya” lanjut Isba.
Isba juga mengatakan, di selatan masjid tersebut dulu pernah berdiri sebuah pondok pesantren. Semasa ia kecil, Isba masih sempat mengetahui jika ada pesantren di tempat tersebut. Namun bangunan pesantren tersebut sudah dibongkar sekitar tahun 1957 silam. Pada tahun itu, kata Isba, pesantren tersebut sudah tidak berfungsi. Mesk begitu, Isba tidak tahu persis apa nama pesantren tersebut. Berdasarkan cerita yang ia terima, para santri pesantren tersebut banyak berasal dari daerah Plandaan, Jombang.
“Itu dibongkar, saya ingat itu. Karena tiangnya rusak, ada anak kiai sini yang di Ponen (Dusun Ponen, Desa Pulogedang, Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang) akan mendirikan madrasah. Kayu besar-besar dari sini dinaikkan cikar ke sana dan ditukar dengan tiang bundar,” papar dia.
Keberadaan pesantren di sebelah Masjid Al-Qudsie pada masa silam itu sambung Isba, juga diperkuat adanya kitab-kitab kuning kuno yang terbuat dari kulit milik pesantren tersebut. “Tapi sudah dibakar. Waktu memperbaiki masjid ini, itu dibakar. Saya tahu, saya masih kecil, banyak orang yang tahu,” kenang Isba.
Dijelaskannya, dari seluruh bangunan masjid yang berdiri saat ini, bangunan yang di bagian atas termasuk merupakan peninggalan sejak masjid didirikan, namun mengalami beberapa penggantian. Termasuk kubah yang ada di puncak masjid, saat ini, sudah mengalami penggantian dari kubah aslinya yang berbentuk Kemaron (Ngaron/Belanga). Seluruh kayu yang ada bangunan masjid juga merupakan asli kayu lama.
Selain itu, bedug yang diletakkan di serambi depan masjid juga merupakan bedug lama peninggalan berdirinya masjid. “Termasuk ornamen-ornamen yang ada di mimbar (imaman), itu lama. Kalau. tiang pilar yang di depan, itu masih baru,” tambah Isba.
Masjid ini sendiri kata Isba, mulai mengalami proses rehabilitasi (rehab) pada tahun 1980 yang lalu, kemudian direhab lagi pada tahun 90-an.
Makam Mbah Choirudin sendiri terletak di sebelah timur masjid di seberang jalan desa beraspal. Di kompleks makam tersebut juga dimakamkan Kiai Sa’id, Mbah Abdul Hadi, Asfiyoh, dan Yasin. Selain itu, makam Abdul Qahhar jga berada di sebelah selatan makam Mbah Choirudin. Abdul Qahhar sendiri merupakan generasi keempat dari Mbah Choirudin. Di makam Abdul Qahhar ditulis bahwa, Abdul Qahhar bin Abdul Hadi lahir pada tahun 1861 dan wafat pada tahun 1942.
Pada masa Mbah Abdul Qahhar inilah, kata Isba, ketika ada kegiatan di masjid ini, salah seorang ulama Jombang yang datang ke masjid tersebut yakni, KH Romly Tamim (Mbah Romly) dari Rejoso, Peterongan, Jombang yang juga merupakan salah satu pendiri Pondok Pesantren Darul Ulum, Rejoso, Peterongan, Jombang. [Arif Yulianto]

Tags: