Mengunjungi Masjid Gedang di Ponpes Bahrul Ulum, Jombang

Masjid Al-Utsmani atau yang dikenal dengan Masjid Gedang di Tambak Beras Timur, Jombang. [Arif Yulianto]

Sudah Berusia Dua Abad, Masih Dipertahankan dari Bentuk Awal Saat Didirikan
Kabupaten Jombang, Bhirawa
Keberadaan Masjid Al-Utsmani atau yang dikenal dengan sebutan Masjid Gedang ini berada di Tambak Beras Timur, di Kompleks Pondok Pesantren (Ponpes) Bahrul Ulum, Tambak Beras, Jombang. Usia masjid tertua yang berdiri di Kompleks Ponpes Bahrul Ulum, Tambak Beras ini diperkirakan lebih dari 150 tahun.
Nilai tua masjid ini masih bisa dilihat dari bentuk atap masjid berbentuk limas, ciri khas bangunan-bangunan lama. Terdapat dua limas pada atap yakni, limas berukuran besar yang merupakan atap bagian luar dan dalam masjid, serta limas berukuran agak kecil yang merupakan atap tempat imam.
Masjid ini dinilai tua juga bisa dilihat dari ornamen kayu ukiran menyerupai buah nanas di atas corong masjid serta bentuk kubah masjid yang terbuat dari logam berbentuk unik seperti mahkota bersusun tiga. Bentuk lengkungan di serambi dan di tembok dalam masjid juga menandakan jika masjid ini memang berusia tua.
Seperti dituturkan oleh Pengasuh Ponpes Hasbullah, Tambak Beras, Jombang, KH Hasib Wahab (Gus Hasib), keaslian bentuk masjid ini hingga kini masih dipertahankan dari bentuk awal saat didirikan. “Awalnya dikenal dengan Masjid Gedang, usianya hampir dua abad. Masjid ini didirikan oleh Mbah Utsman (KH Utsman) menantu dari KH Abdussalam,” kata Gus Hasib, Sabtu (18/5).
Tentang sosok KH Abdussalam ini, Gus Hasib menjelaskan, ia adalah seorang ulama pendatang yang membabad alas di wilayah Ponpes Bahrul Ulum sekitar tahun 1825. “Itulah sejarah awal berdirinya Masjid (Gedang),” tuturnya lagi.
Kemudian, beber Gus Hasib, KH Utsman memiliki dua orang menantu yakni KH Asy’ari dan KH Sa’id yang waktu itu mempunyai kriteria sebagai penerus sebagai pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Slawe, ponpes yang diasuh oleh Mbah Utsman di Tambak Beras Timur. Disebut Ponpes Selawe karena saat itu santrinya sekitar 25 orang yang dalam bahasa Jawa yakni Selawe.
“Nah Kyai Sa’id ini menurunkan Kyai Hasbullah. Kyai Hasbullah, menurunkan Kyai Wahab (KH Wahab Hasbullah/pendiri NU), Kyai Hamid dan saudara-saudaranya,” tuturnya lagi.
Kata Gus Hasib, menantu Mbah Usman yang bernama Kyai Asy’ari, kemudian memiliki putra yang bernama Hasyim yang kelak dikenal sebagai Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari (Mbah Hasyim), pendiri NU dan pendiri Ponpes Tebu Ireng, Jombang.
“Jadi Tambak Beras dan Tebu Ireng ini masih satu keluarga dari Kyai Usman. Jadi antara Kyai Wahab (KH Wahab Hasbullah) dengan KH Hasyim Asy’ari, ini satu kakek yaitu Kyai Abdussalam tadi,” terang Gus Hasib.
Masih menurut Gus Hasib, setelah Mbah Utsman wafat, Masjid Gedang ini pun tidak ada yang meneruskan pengelolaannya. Kyai Asy’ari memilih kembali ke daerah asalnya di Keras, Diwek, Jombang yang berjarak sekitar tiga kilometer arah ke barat dari Ponpes Tebu Ireng, Jombang.
“Sehubungan dengan Kyai Asy’ari yang pindah ke daerah asalnya di Desa Keras, kemudian Masjid (Gedang) yang ada di timur sungai ini pun tidak ada yang ngurus, maka diserahkan ke Kyai Hasbullah, ayah Kyai Wahab. Fungsi masjid kemudian dipindah ke Masjid Pondok Tambak Beras yang sekarang (di barat sungai),” pungkasnya. [Arif Yulianto]

Tags: