Menilik Keberadaan Dua Disabilitas di Gedung B Dinsos Jatim

Joko Widodo dan Ahmad Nafi saat menerima orderan untuk memotong rambut dan menjahit dari karyawan Dinsos Jatim. [Rachmat Caesar BSW]

Difasilitasi untuk Usaha, Bersyukur Bisa Menambah Penghasilan Keluarga
Pemprov Jatim, Bhirawa
Di Gedung B Dinas Sosial (Dinsos) Provinsi Jatim, selama hampir tiga bulan ini terdapat dua penyandang disabilitas yang difasilitasi untuk usaha potong rambut dan menjahit. Usaha itu dinamakan difababershop dan difatailor.
Bagi yang ingin memotong rambutnya atau ingin menjahit bajunya silahkan datang saja ke Gedung B Dinsos Jatim. Letaknya di pojok dekat tangga masuk lobby. Untuk memotong rambut, jadwalnya mulai Senin, Selasa, Rabu dan Jumat pada pukul 9.00 Wib. Sedangkan jadwal menjahit mulai Senin, Selasa, Rabu, Kamis juga pada jam yang sama dengan memotong rambut.
Kedua penyandang disabilitas itu adalah Ahmad Nafi (37) asli Jember yang berprofesi sebagai potong rambut dan Joko Widodo (41) asli Surabaya yang kini menekuni usaha menjahitnya. Keduanya merupakan sosok pejuang dalam keluarganya.
Dalam kesempatan ini, Joko Widodo menceritakan, disabilitas yang kini disandangnya itu sudah sejak lahir. Memulai usaha menjahit berawal keikutsertaanya kursus menjahit di Balai Latihan Kerja (BLK) Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jatim (Disnskertrans Jatim) di Dukuh Menanggal, Surabaya.
Ketika sudah bisa menjahit, ia turut dalam pelatihan wirausaha di Dinsos Jatim pada 2004. Dalam pelatihan itu, ia mengenal beberapa pegawai di Dinsos Jatim, tetapi masih ikut kerja orang lain, terkadang buka sendiri di rumah.
Hingga pada akhirnya ditawari Dinsos Jatim buka usaha pada tahun 2017, kemudian sempat vakum pada tahun 2019. Kini ditawari kembali pada awal tahun 2020 lalu, dan berlangsung hingga tiga bulan ini.
Banyak manis pahit kehidupan yang diraihnya, namun Ia bersyukur, pendapatan yang diraihnya di Dinsos Jatim dibandingkan di usahanya rumah. “Pendapatan saya lumayan. Saya sangat berterima kasih dengan Dinsos Jatim,” ujarnya sembari menjahit pesanan seragam.
Joko berharap banyak instansi atau lembaga yang menyertakan penyandang disabilitas. “Saya berharap, kantor instansi lainnya bisa mencontoh apa yang dilakukan Dinsos Jatim ini. Misal bisa di kantor gubernuran, Polda Jatim, Kodam V Brawijaya, dan lainnya. Bisa cukur, jahit, hingga pijat,” katanya telah memiliki dua anak.
Disisi lain, Joko tidak hanya sekedar penjahit, namun sebagai Sekretaris Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI). Ia berupaya mensupport penyandang disabilitas lainnya baik secara lahir maupun karena kecelakaan agar tetap berusaha seperti orang normal pada umumnya.
“Bagi keluarga yang memiliki anggota keluarga penyandang disabilitas, maka berikanlah kepercayaan dan kesempatan bagi mereka untuk keluar bersosialisasi dan bertemu dengan teman yang juga sama penyandang disabilitas, karena nantinya banyak informasi yang bermanfaat yang diraihnya. Jangan dikurung dirumah, karena mereka nantinya harus mandiri dan memiliki keluarga,” ujarnya yang dalam waktu dekat bersama organisasinya diundang ke lombok.
Sementara Ahmad Nafi’ awalnya keinginannya dibidang konveksi, namun kini justru lebih minat pada bidang potong rambut. Hal itu dilakukannya pada 2004 lalu, semasa dirinya masih menjadi klien di UPT Panti Rehabilisasi Sosial Bina Daksa (PRSBD) milik Dinsos Jatim. Mengikuti pelatihan sampai selesai dan buka sendiri dirumahnya.
Namun, kini ia telah dipercaya oleh UPT PRSBD untuk membantu sebagai pelatih sekaligus pengajar. Ia juga seringkali diikutsertakan dalam kegiatan pameran, seperti Jatim Fair Setelah itu, ia kenal dengan beberapa pegawai Dinsos Jatim dan kini ditawari usaha di gedung B Dinsos Jatim.
“Sudah hampir tiga bulan saya usaha di sini (Gedung B Dinsos Jatim), dan ditawari karena mereka sudah mengetahui kualitas dari hasil potong rambut. Untuk Kamis, saya tidak buka karena dipercaya melatih dan mengajar teman teman yang menjadi klien di di UPT PRSBD di Bangil Pasuruan,” ujarnya.
Disisi lain, perjuangannya sungguh luar biasa, karena setiap harinya pulang pergi menggunakan motor yang telah dimodifikasinya, berangkat mulai dari tempat tinggalnya di Bangil Pasuruan menuju Dinsos Jatim di Surabaya. “Awalnya berat, karena nampaknya jauh sekali. Tapi setelah dilakoni ya sudah tidak berat. Perjalanan kisaran 1,5 jam sampai dua jam,” akunya.
Dikatakannya, hasil dari memotong rambut selama ini juga seluruhnya masuk ke dirinya dan tidak masuk ke Dinsos Jatim. “Jadi pendapatannya utuh, plus oleh dinas juga diberikan tambahan berupa uang transport. Jadi saya juga sangat bersyukur karena di dinas bisa menambah teman atau saudara, juga menambah pendapatan untuk perbaikan ekonomi,” katanya.
Sama dengan Joko Widodo, Ahmad Nafi’ juga berharap, adanya kepercayaan bagi penyandang disabiilitas agar percaya diri dengan kemampuan dimilikinya, dan sering untuk mengikuti pelatihan dan lainnya yang menjadikan sebagai jalan menuju kehidupannya yang lebih baik kedepannya. “Paling tidak selalu berusaha dan berkreasi,” katanya. [Rachmat Caesar BSW]

Tags: