Menimbang Penghapusan TPA dalam Seleksi Masuk PTN


Oleh :
Antik Novisari,S.S
Guru Bahasa Inggris SMPN 14 Surabaya

Mendikbudristek mengumumkan aturan baru untuk seleksi masuk PTN untuk tahun 2023 mendatang. Aturan yang diubah antara lain tentang komposisi nilai raport untuk jalur prestasi, soal Tes Potensi Akademik (TPA) yang akan dihilangkan saat ujian seleksi, dan seleksi mandiri yang dituntut untuk lebih transparan.
Terkait dengan komposisi nilai raport untuk jalur prestasi, hal ini lebih mendetail dijelaskan dalam Peraturan Mendikbudristek Nomor 345/M/ 2022 tentang Mata Pelajaran Pendukung Program Studi dalam Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi. Sedangkan untuk penghapusan TPA tertuang dalam Permendikbudristek Nomor 48 Tahun 2022.
Tentu saja hal ini membuat adanya perbedaan SBMPTN 2022 dan SNBT 2023? Siswa kelas 12 pun harus secara dini dan serius mempersiapkan diri dengan baik menjelang Seleksi Nasional Berdasarkan Tes atau SNBT 2023 nanti.SNBT 2023 nanti tetap menggunakan tes terstandar berbasis komputer. Masih sama seperti tahun sebelumnya.
Tapi ada satu point yang jadi perbedaan SBMPTN dan SNBT 2023. Peserta SNBT adalah siswa kelas 12 atau lulusan pendidikan menengah paling lama 3 tahun terakhir. Jadi, lulusan SMA yang gap year masih bisa ikut, tapi angkatan terakhir yang bisa ikut adalah angkatan lulusan 2020.
Dari kebijakan ini, esensi tentang fleksibilitas untuk memilih jurusan banyak mendapat sorotan. Perhitungan riilnya adalah, dengan system SNBT, yang tak lagi menggunakan Tespotensi akademik (TKA) tentu akan merugikan siswa yang telah memeprsiapkan untuk memilih jurusan semenjak kelas 10 (2,5 tahun yang lalu). Misalnya siswa yang ingin meneruskan keFakultas Kedokteran, tentu dia telah memilih IPA semenjak kelas 10 lalu.
Namun kini, semuanya dikacaukan dengan system SNBT yang membebaskan masuk di Fakultas Kedokteran dari siswa jurusan apapun di SMA. Asalkan tes potensi skolastiknya bagus. Disinilah letak kesenjangan itu sebenarnya. Hal ini dikeluhkan beberapa siswa yang mengikuti sosialisasi Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru di ASEEC Tower (Jawa Pos, 25/11)
Untuk urutannya, pertama adalah SNBP (Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi), setelah itu SNBT (Seleksi Nasional Berdasarkan Tes), dan terakhir adalah seleksi mandiri yang dilakukan oleh masing-masing PTN. Seperti sebelumnya, PTN tetap bisa menambahkan persyaratan portofolio dan persyaratan lain untuk prodi tertentu yang membutuhkan keterampilan spesifik, seperti olahraga dan seni.
Terkait dengan tes skolastik di SNBT 2023, tes skolastik ini sebenarnya fungsinya adalah mengukur kemampuan kognitif, matematika, serta kemampuan literasi kita dalam Berbahasa Indonesia dan Berbahasa Inggris.Kalau kita cermati, sebenarnya, tes skolastik ini tidak beda jauh dengan TPS UTBK tahun lalu, tapi fokusnya adalah kemampuan berpikir, bernalar, serta pemecahan masalah.
Sebenarnya, hafalan atau hal-hal trivial di pelajaran sekolah hampir tidak akan bisa digunakan saat kita mengerjakan tes skolastik. Nah, kalau siswa ointar di pelajaran sekolah, fungsinya tetap ada namun tereduksi. Pemahaman yang sudah kita punya berfungsi jadi konteks ketika kita mengerjakan tes skolastik. Jadi, challenge utamanya sebenarnya bukan hanya tahu dan hafal pelajaran. Siswa dituntut memahami setiap pelajaran dan mengerti cara menyelesaikan masalah sesuai dengan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh siswa.

Reorientasi Konsep Belajar
Takayal, kebijakan baru ini membuat siswa dan sekolah kelimpungan untuk mempersiapkannya. Sekolah saat ini secara instan banyak memberikan layanan tambahan untuk membekali siswanya tentang tes skolastik (Jawa Pos, 24/11). Padahal, selama ini tes yang mendekati tes psikologi ini kurang atau bahkan tidak mendapat porsi dalam praktik pembelajaran di SMA dan sederajat.
Nanun yang terpenting, guru dan siswa wajib menindak lanjuti kebijakan ini dengan cerdas. Tak perlu berlama-lama hanyut dalam kegaduhan dan kebingungan. Tipe soal tesskolastik menuntut siswa untuk memahami konsep-konsep dasar masalah. Jawaban dari soal-soal tipe ini tidak akan bias didapatkan dari hafalan atau rumus cepat. Untuk itu, setiap siswa dipastikan harus mampu memahami realitas atau masalah sehari-hari dan konsep serta model apa yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah tersebut.
Untuk dapat menyerap pemahaman konsep dasar secara maksimal, ada baiknya juga jika para siswa mempelajari penerapannya di dunia nyata atau dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, mempelajari materi rasio atau perbandingan yang biasanya berkaitan dengan realitas seperti perhitungan untung rugi dalam perdagangan atau perhitungan komposisi dalam membuat sebuah masakan.
Berlaku sama untuk konsep lain seperti persamaan kuadrat, trigonometri, dan konsep penalaran lainnya.Dengan begitu, proses belajar yang dilakukan akan lebih bermakna dan memacu para siswa untuk benar-benar paham karena tidak fokus pada hafalan rumus saja. Selain itu, siswa juga akan menyadari bahwa sebuah konsep teori bisa diaplikasikan dalam berbagai ilmu dan saling berkaitan (connecting the dots).
Bentuk soal-soal skolastik SNBT, yang terdiri dari literasi, kognitif atau numerasi, banyak berupa narasi atau bacaan. Konteksnya mulai dari masalah sehari-hari, hingga tentang masalah sosial budaya dan saintifik.Untuk itu, sangat disarankan agar para siswa banyak membaca apa saja, baik itu bacaan fiksi maupun non fiksi.
Melalui cara seperti ini, siswa akan terpapar dengan banyak kosa kata (vocabulary) atau istilah-istilah baru. Dengan banyak membaca, para siswa juga akan berlatih untuk memahami lebih banyak struktur kalimat, struktur teks, hingga makna atau maksud penulis atau tokoh di balik sebuah artikel.
Belajar dengan membaca atau menonton termasuk dalam metode belajar pasif. Agar mendapatkan tingkat pemahaman dengan lebih baik lagi, siswa diharapkan untuk mengombinasikan dengan belajar aktif yaitu dengan berlatih mengerjakan soal. Metode belajar aktif memiliki pengaruh besar dalam meningkatkan kemampuan dan pemahaman.
Bentuk soal-soal skolastik SNBT, yang terdiri dari literasi, kognitif atau numerasi, banyak berupa narasi atau bacaan. Konteksnya mulai dari masalah sehari-hari, hingga tentang masalah social budaya dan saintifik.
Untuk itu, sangat disarankan agar para siswa banyak membaca apa saja, baik itu bacaan fiksi maupun non fiksi. Melalui cara seperti ini, mereka akan terpapar dengan banyak kosa kata (vocabulary) atau istilah-istilah baru. Dengan banyak membaca, para siswa juga akan berlatih untuk memahami lebih banyak struktur kalimat, struktur teks, hingga makna atau maksud penulis atau tokoh di balik sebuah artikel.
Latihan membaca ini pun akan membangun rasa percaya diri saat siswa dihadapkan pada tugas membaca soal dengan bacaan. Pada gilirannya siswa dapat memproses atau memahami informasi yang mungkin muncul di soal skolastik nanti dengan lebih cepat.

———- *** ———–

Tags: