Meningkatnya Angka Pengangguran dan Kemiskinan

Seiring dengan potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi tahun 2020 akibat pandemi corona COVID-19 menjadikan banyak sektor yang terdampak, sehingga mau tidak mau akhirnya banyak orang harus kehilangan pekerjaan di sektor yang terdampak tersebut. Sektor yang paling banyak kehilangan pekerjaan adalah perdagangan, manufaktur, konstruksi, jasa, dan akomodasi. Wajar adanya, jika realitas tersebut akhirnya menjadi masalah di negeri ini. Lebih tepatnya lagi, masalah tersebut melahirkan banyak pengangguran baru sehingga meningkatkan jumlah angka kemiskinan.

Merujuk data dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas memperkirakan virus corona akan membuat jumlah penduduk miskin di Indonesia meningkat dari kisaran 24,79 juta pada 2019 menjadi 28,69 juta orang pada 2020. Proyeksi tersebut diramal tanpa menyertakan bantuan sosial (bansos) dan upaya pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut, (cnnindonesia.com, 22/6).

Sementara berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada September 2019 lalu, mencatat jumlah penduduk miskin mencapai 24,79 juta orang atau 9,2 persen dari total populasi nasional. Artinya, bila ditambahkan, maka jumlah penduduk miskin bisa mencapai 28,69 juta orang atau 10,63 persen dari total populasi pada tahun ini. Sejatinya potensi tambahan pengangguran ini tidak hanya terjadi di Indonesia tapi juga di negara lain. Misalnya saja, tingkat pengangguran Amerika Serikat diprediksi naik dari 3,7 persen ke 10,4 persen di 2020. Australia naik dari 5,2 persen di 2019 menjadi 7,6 persen di 2020, (tirto.id, 21/6).

Melihat kenyataan yang demikian besar harapan pemerintah masih mau terus melakukan intervensi melalui program perlindungan sosial. Sehingga, jujur harus kita akui dan apresiasi bersama bahwa melalui berbagai upaya pemerintah selama masa pandemi dengan program-program perlindungan sosial, perbaikan data penerima bansos, dan perluasan bantuan sembako bisa diharapkan mampu menekan jumlah penduduk miskin baru di negeri ini.

Asri Kusuma Dewanti
Pengajar FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

Tags: