Menjadi Pemimpin Itu Ada Seninya

Judul : The Leader Who Had No Title
Penulis : Robin Sharma
Penerbit : Bentang Pustaka, Yogyakarta
Cetakan : Pertama, Januari 2019
Tebal : xii + 264 Halaman
ISBN : 9786022915065
Peresensi : Untung Wahyudi
Lulusan UIN Sunan Ampel, Surabaya

Robin Sharma adalah seorang konsultan kepemimpinan di berbagai perusahaan yang masuk dalam daftar Fortune 500, yaitu Microsoft, GE, Nike, FedEx, dan IBM. Buku The Leader Who Had No Title ini adalah inti sari dari 15 tahun pengalamannya sebagai konsultan ternama. Selain itu, Robin juga sukses mengelola organisasi berskala internasional seperti Yale University, American Red Cross, dan Young Presidents Organization.
Robin Sharma berusaha mendobrak teori kepemimpinan yang selama ini lazim diterapkan. Semua orang mungkin berpikir, untuk menjadi pemimpin itu butuh jabatan khusus. Baik dalam bidang bisnis, pendidikan, militer, dan yang lainnya. Namun, Robin justru mengatakan, siapa pun di dunia ini bisa jadi pemimpin. Memimpin bisa dilakukan oleh siapa saja, bahkan bagi orang yang tak punya jabatan penting.
Ada dua orang tokoh sentral yang terlibat dalam konsep kepemimpian yang digagas Robin Sharma dalam buku ini. Dia adalah Blake Davis (29) dan Tommy Flinn (77). Blake Davis adalah mantan tentara yang pernah dikirim ke Irak. Pengalaman buruknya selama menjadi tentara membuatnya trauma dan enggan menjalani hidup setelah keluar dari tugas militer. Sehingga, ia kembali menjadi seorang sipil dan bekerja di sebuah toko buku.
Di tengah kekalutannya, Blake bertemu seorang bernama Tommy Flinn yang mengaku sebagai teman mendiang ayahnya. Tommy juga bekerja di toko tempatnya bekerja. Dia berusaha menularkan semangat agar Blake bisa menjalani hidup dengan baik, terutama dalam rutinitasnya sebagai karyawan toko buku.
Tommy mengaku, kalau sejak dulu dia hanya karyawan biasa. Di usianya yang sudah senja-sudah lewat waktu pensiun-dia tak tertarik dengan jabatan apa pun di perusahaan tempatnya bekerja. Padahal, banyak tawaran dan kesempatan agar Tommy menjadi manajer yang bisa menikmati segala fasilitas kantor, termasuk mobil perusahaan dan seluruh tanggungan hidupnya. Tapi, semuanya ditolak.
Blake penasaran, apa yang membuat Tommy tak tertarik menjadi seorang pemimpin dalam perusahaan. Dengan sabar Tommy menjelaskan bahwa, segala elemen dalam perusahaan itu bisa jadi pemimpin, tanpa harus punya jabatan. Untuk berhasil, semua orang harus melihat diri mereka sebagai bagian tim kepemimpinan (hlm. 20).
Apa yang kira-kira terjadi pada suatu simfoni jika satu saja pemainnya sumbang dan kurang andal berkesenian? Tentu, musiknya akan buruk dan semuanya berantakan. Tak ada peran yang sepele. Hal ini juga berlaku dalam bisnis. Tommy menjelaskan, satu-satunya cara agar semua organisasi-dan manusia, dalam hal ini-bertahan dalam masa perubahan revolusioner ini adalah dengan menggunakan model kepemimpinan baru yang revolusioner. Model ini menciptakan lingkungan dan budaya yang menuntut semua orang menjadi pemimpin.
Tommy menambahkan, semua orang itu perlu menghasilkan inovasi. Semua orang perlu menginspirasi teman satu tim, merengkuh perubahan, dan perlu bersikap positif. Semua orang perlu mengerahkan diri untuk unjuk yang terbaik. Begitu mereka lakukan itu, organisasi tak hanya beradaptasi dengan indah dalam kondisi yang berubah-ubah, tapi juga menjadi yang terdepan di bidangnya (hlm. 21).
Lewat buku 264 halaman ini, Robin Sharma menawarkan konsep kepemimpinan yang tidak biasa. Dia ingin menegaskan bahwa, menjadi pemimpin itu ada seninya, ada rahasianya, dan semua orang memilikinya. Semua orang punya kekuatan alami untuk memimpin dan tidak ada kaitannya dengan jabatan tinggi, berapa umur mereka, atau di mana mereka tinggal. Siapa pun dan di mana pun di dunia ini, dapat melangkah ke arena dan mengemban tanggung jawab untuk memicu perubahan, mengungkap kehebatan, dan unjuk kepemimpinan.
Robin menegaskan, jika mau mengoptimalkan diri, semua orang punya sumber potensi kepemimpinan. Kepemimpinan tak ada hubungannya dengan apa yang seseorang dapat atau di mana dia duduk. Kepemimpinan lebih menyangkut secerdas apa seseorang bekerja dan sepiawai apa dia berperilaku. Tujuannya adalah berkarya hebat-di tempat dia berada.

———— *** ————-

Rate this article!
Tags: