Menjadi Pemimpin yang Dicintai Rakyatnya

Cover Kumpulan Karamah dan Ajaran Wali Sanga Sari Hikmah dan Teladan Para WaliJudul  : Kumpulan Karamah dan Ajaran Wali Sanga Sari Hikmah dan Teladan Para Wali
Penulis  : Masykur Arif
Penerbit  : Safirah (DIVA Press)
Cetakan  : I, Juni 2014
Tebal    : 304 Halaman
ISBN    : 978-602-255-566-7
Peresensi  : Junaidi Khab
Pecinta Baca Buku dan Tercatat Sebagai Mahasiswa Jurusan Sastra Inggris Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Ampel, Surabaya.

Saat ini perebutan kursi kepemimpinan Republik Indonesia sudah berakhir di bawah kepemimpinan Jokowi-JK. Sebenarnya, menjadi pemimpin bukan semata untuk menguasai kendali kekuatan ekonomi rakyat. Tetapi, menjadi pemimpin merupakan suatu amanah yang tak lain bertugas untuk memperbaiki tatanan sosial yang sedang merambah masyarakat, baik itu pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lain sebagainya. Salah dalam menentukan suatu kebijakan, maka pemimpin akan dibenci oleh rakyatnya sendiri. Maka dari itu, menjadi pemimpin harus benar dan tepat dalam menentukan suatu kebijakan.
Secara logika memang mudah menjadi pemimpin yang tidak dibenci oleh rakyatnya. Namun, ketika berada di ambang implementasinya, sangatlah sulit. Maka dari itu, sebuah inspirasi dan tekad bulat untuk mencapai puncak kepemimpinan yang sukses dan berhasil serta dicintai oleh rakyatnya membutuhkan berbagai macam usaha agar tidak dibenci oleh rakyatnya sendiri. Maka dari itu, introspeksi diri untuk menjadi pemimpin yang baik dan dicintai oleh rakyatnya perlu menjadi komitmen yang kuat.
Melalui karya molek ini, masykur Arif ingin berbagi kepada kita semua, bagaimana menjadi pemimpin yang bisa dicintai oleh rakyatnya dengan berdasarkan pada rekam jejak perjuangan kepemimpinan para Wali Sanga di pulau Jawa. Misalkan, Sunan Gresik yang mengajarkan hidup sederhana. Hidup dengan sederhana bukan berarti tidak memiliki apa-apa.
Hidup sederhana adalah hidup yang tidak menggantungkan sepenuhnya pada materi. Menurut Sunan Gresik, orang yang mampu melepaskan diri dari ketergantungan pada materi akan mencapai kebahagiaan sejati. Sebab, selama manusia masih tergantung pada materi, hidupnya tidak akan pernah puas. Selain itu pula, hidup sederhana dapat membuka pintu persahabatan seluas-luasnya. Lihatlah para pemimpin yang sederhana sangat dicintai oleh rakyatnya (hlm. 49).
Tak mengherankan bila Sunan Gresik menjadi seorang pemimpin yang disegani sekaligus dicintai oleh rakyatnya. Bahkan, dari kesederhanaannya, Sunan Gresik dari pihak lawan mendapat pujian dan banyak yang menjadi pengikutnya. Hal ini yang semestinya ditiru oleh para pemimpin di negeri ini, yaitu lebih mengutamakan hidup sederhana agar mudah berbaur dengan rakyat jelata. Bukan hanya berbaur dengan para elit yang memiliki banyak harta benda saja.
Sunan Ampel juga tak jauh berbeda dengan Sunan Gresik. Melalui Karamah yang pernah menjadi buah bibir masyarakat tentang mengalahkan orang sombong, di sana tersirat bahwa Sunan Ampel sejak muda sudah hidup secara sederhana. Beliau tidak mau menyombongkan diri dengan pangkat kebesaran dan pengetahuan yang dimilikinya (hlm. 61).
Sikap semacam ini merupakan sikap yang patut diteladani oleh para pemimpin dan umumnya oleh seluruh lapisan masyarakat. Begitu pula dengan Sunan Drajat juga hidup dengan sederhana (hlm. 111). Tapi dalam kesederhanaannya, beliau tidak pernah malas bekerja. Hasil jerih payahnya digunakan untuk amal kebaikan, membangun sekolah, tempat ibadah, dan menolong orang miskin.
Salah satu alasan hidup sederhana lebih dicintai oleh rakyatnya yaitu, karena hidup yang mewah identik dengan kehidupan para elit. Kehidupan yang tak sederhana dapat menciptakan kelas-kelas dalam kehidupan sosial. Hanya mereka saja yang hidup dengan sederhana yang bisa bergaul dengan siapa saja yang ditemuinya, tentunya mulai dari keluarga, tetangga, orang lain, dan masyarakat nasional. Para Wali Sanga meyoritas adalah keturunan darah biru, namun mereka lebih memilih hidup sederhana sehingga mereka berhasil dalam memimpin bangsa dan dicintai oleh rakyatnya.
Dukungan untuk Jokowi
Rakyat sebagai orang yang terwakili memiliki hak veto untuk mendukung atau meruntuhkan pemimpin yang terpilih sebagai wakil di kursi parlemen negara. Maka dari itu, rakyat juga harus pandai dalam membangun persepsi. Jangan sampai meruntuhkan gagasan Jokowi untuk membangun bangsa ini, meskipun dalam beberapa kampanye tidak menunjukkan janji dan iming-iming. Namun rakyat harus waspada dan jeli dalam melihat trek record hidupnya agar tidak salah dalam melangkahi kebijakan yang ada.
Berkaitan dengan hal ini, Sunan Kalijaga menyatakan bahwa orang jahat kalau berkuasa akan bertindak sewenang-wenang (otoriter atau diktator), melampiaskan hawa nafsunya dan membanggakan kekuasaannya. Oleh karena itu, jangan sampai ada orang jahat memegang kekuasaan atau kepemimpinan (hlm. 156). Yang dianjurkan untuk memilih seorang pemimpin sebagaimana yang dilakukan oleh Sunan Kudus yaitu pemimpin suka turun gunung (Sunan Kudus) atau blusukan (Jokowi) untuk melihat kondisi riil dan bertanya langsung apa yang diinginkan dan dikehendaki oleh rakyat, sehingga kebijakan-kebijakan yang dihasilkan berbasis pada realitas dari rakyat itu sendiri (hlm. 203).
Sentuhan nilai sosial yang disajikan dalam buku ini sangat menggugah dan inspiratif bagi kita semua, khususnya bagi para pemimpin dan calon pemimpin negeri ini agar bisa dicintai oleh rakyatnya. Nilai-nilai moral dari karamah dan ajaran para wali sanga di tanah Jawa ini akan memberikan sumbangsih politik kepemimpinan agar tidak disalahgunakan. Sehingga mereka yang menjadi pemimpin di negeri ini banyak mendapat dukungan dari rakyat dan bisa menempuh keberhasilan dalam menjalankan kepemimpinannya.

                                                    —————————- *** ——————————

Tags: