Menjadi Pendakwah Berakhlakul Karimah

buku_menjadi-pendakwah-muara-cintaJudul     : Muara Cinta
Penulis     : Ustadz Husin Nabil
Editor     : Ahmad Najib
Penerbit    : Noura Books
Tahun Terbit  : Pertama, April 2016
Tebal buku   : 226 halaman
ISBN      :  978-602-385-085-3
Peresensi    : Muhammad Rasyid Ridho
Pengajar Kelas Menulis di SD Muhammadiyah Bondowoso

Dalam sejarah Islam ada sebuah peristiwa peperangan antara kaum Muslimin dan kaum musyrik Makkah yang disebut Perang Uhud. Disebut Perang Uhud karena terjadinya perang ini di sebuah bukit yang bernama Uhud. Pada perang ini sebenarnya kaum Muslim sudah menang, namun akhirnya Kaum Musyrikin yang menjadi pemenang.
Dalam beberapa literatur disebutkan bahwa karena ketidaktaatan pasukan Muslim yang berujung pada kekalahan. Pasukan pemanah yang berada di atas bukit kadung senang atas perkiraan kemenangan di tangan Kaum Muslimin. Mereka turun karena terlena dengan melimpahnya ghonimah atau harta rampasan. Namun, tersebab inilah pasukan Musyrikin mengambil kesempatan untuk menyerang mereka dan kalahlah pasukan Muslim.
Banyak sahabat yang syahid di antaranya adalah paman Nabi, Hamzah bin Abdul Muthalib. Sedangkan Rasulullah pun berlumuran darah akibat panah yang merobek penutup wajah dari besi yang tembus hingga membuat salah satu gigi beliau tanggal. Ketika itu dirawatlah Nabi oleh Fathimah Az-Zahra dan menanyakan keadaan Nabi. “Wahai Rasulullah, wahai ayah, apakah yang telah mereka lakukan terhadapmu?”
Rasulullah bukannya menjawab pertanyaan putrinya, tetapi malah berdoa. “Wahai Allah, ampuni kaumku, mereka berbuat seperti ini karena mereka tidak tahu.” Betapa mulia dan murah hatinya Rasulullah menyikapi perbuatan jahat Kaum Musyrikin. Meskipun beliau terluka parah, namun masih tetap menganggap kaum yang berbuat jahat kepadanya sebagai kaumnya dan bahkan didoakan oleh beliau agar Allah mengampuni dosa mereka (halaman 42).
Kisah ini juga dirangkum oleh Ustadz Husin Nabil dalam bukunya yang berjudul Muara Cinta. Buku ini terdiri dari lima bahasan besar, pertama tentang kisah Tsauban Sahabat Nabi. Kedua, kisah tentang Rasulullah Saw dalam Perang Uhud. Ketiga, kisah ma’ruf al-khairi. Keempat, kisah tentang dermawan yang dianggap pelit dan terakhir kisah tentang cucu Rasul, Husein ra.
Kisah hidup Nabi diatas menunjukkan betapa mulianya sikap Rasulullah kepada musuh dakwah. Rasulullah bukan memusuhi, tetapi Rasulullah menyayangi mereka bahkan mendoakan kebaikan bagi mereka. Sudah selayaknya sikap Rasulullah ini diteladani oleh para dai. Betapa tidak? Karena, dai menyeru manusia kepada Islam, pun seyogyanya para dai memakai cara yang Rasulullah teladankan dalam mendakwahkan mulianya Islam yaitu dengan cara yang mulia pula.
Dalam buku ini Ustadz Husin Nabil berupaya menasehati para dai agar tidak memakai cara yang salah dalam mendakwahkan Islam. Tidak jarang para dai seakan menjadi qadhi atau hakim ketika melihat kesalahan objek dakwah. Selain cara ini tidak diajarkan oleh Rasulullah, cara ini juga mencoreng Islam secara tidak sadar. Di mata objek dakwah Islam menjadi menakutkan, sehingga bukannya mendekat mereka malah menjauh dari Islam.
Sebagaimana Ustadz Husin mengatakan dalam buku ini, “Jangan menghukumi nasib makhluk-Nya, padahal nasib dirimu sendiri tak dalam kuasamu (halaman 34).” Sebab memang tidak ada yang tahu bagaimana akhir hidup diri sendiri. Ustadz Husin melanjutkan, “Pada kenyataannya, ada juga ahli ibadah yang berbalik menjadi jahat, dan ada pula ahli maksiat yang berbalik menjadi baik di akhir umurnya. Seperti juga, ada anak yang rajin belajar tapi tak lulus, dan ada pula anak yang malas belajar, tapi tiba-tiba lulus (halaman 55).”
Maka, objek dakwah yang belum sampai padanya hidayah, para dai sebaiknya bersabar dan terus mengajaknya kepada indah dan mulianya Islam, baik dengan lisan juga perbuatan. Keduanya harus saling berjalan, tidak bisa dai hanya mengajak namun lupa melakukan, begitu sebaliknya. Sebab jika hanya mengajak, akan membuat objek dakwah pun tidak simpati atau bahkan menghujat karena dai hanya pintar berbicara tetapi nihil teladan.
Tentang hal ini Ustadz Husin mengingatkan, “Siapa memandang makhluk dengan mata syariat, akan murka padanya. Siapa memandang makhluk dengan mata hakikat, akan maklum kepadanya (halaman 69).” Begitulah, Ustadz Husin memang pengajar tasawuf, tidak heran buku yang disadur dari tulisan di media sosial ustadz Husin juga video ceramahnya ini berisi tentang ajakan untuk bermuhasabah dan mensucikan diri, tidak hanya ditujukan kepada muslim awam tetapi juga kepada para dai. Tidak hanya itu, buku ini juga berisi tentang motivasi hidup, agar tidak putus asa dan selalu ingat kepada Allah. Maka, tak ayal buku ini direkomendasikan untuk dibaca semua orang, guna menjadi manusia penyayang sebagaimana Rasul Muhammad ajarkan. Semoga!

                                                                                                                    ———– *** ————

Rate this article!
Tags: