Menjadi Single Parent dan Didik Anak untuk Mampu Mandiri

Niniek Handaryati berfoto bersama putrinya yang sudah beranjak dewasa

Niniek Handaryati berfoto bersama putrinya yang sudah beranjak dewasa

Sosok Kartini dilingkungan Pemprov Jatim
Surabaya, Bhirawa
Sosok Kartini terus menginspirasi perempuan Indonesia, diantaranya para single parent khususnya seorang ibu yang membesarkan anak-anaknya seorang diri. Walau sangat berat namun  dengan tekad yang kuat akhirnya bisa mendorong anaknya menempuh pendidikan yang lebih tinggi.
Semenjak suaminya meninggal 10 tahun lalu karena sakit, praktis Niniek Handaryati SH PNS di lingkungan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jatim harus berjuang keras untuk membesarkan dan mendidik anaknya.
Diceritakannya, masa-masa menjadi single parent selama 10 tahun itulah memang banyak hal yang dilalui. Apalagi memang anak tentunya membutuhkan perhatian lebih. “Tidak mudah dalam membesarkan dan mendidik anak. Saya tetap berusaha menjadi ibu sekaligus menjadi ‘ayah’ bagi anak saya,” kata istri alm Abdul Muchid.
Selama 10 tahun itulah ia juga mendidik anaknya untuk bisa menerima kepergian ayahnya sekaligus melatih untuk kemandiriannya. Hal ini mengingat pekerjaannya sebagai pegawai negeri sipil juga terkadang membutuhkan waktu diluar jam kerja.
“Saya terus latih anak untuk bisa mandiri. Sejak kecil, putri saya bernama Rizky Amalia akhirnya berani untuk tinggal sendiri ketika saat itu saya ada pekerjaan kantor di luar kota,” katanya.
Kini putrinya akan bersekolah dijenjang lebih tinggi lagi dan Niniek merasa telah lolos ujian yang berat pada masa-masa sepeninggalan suaminya sebagai single parent. “Sekarang sudah terbiasa. Memang single parent itu tidak mudah bagi saya dan anak saya sendiri. Harus pandai menempatkan diri kita,” ujarnya.
Mengenai Hari Kartini, Niniek juga mengatakan, perjuangan kartini saat ini harus terus disemangati wanita saat ini. Tidak hanya berpikir pada emansipasi atau kesamaan derajat, namun semangat berjuang dan cara berpikir untuk maju seperti RA Kartini, maka hal itu lebih dicontoh.
“Kalau hanya sekedar emansipasi atau kesamaan derajat, dari dulu perempuan juga sudah ada yang bekerja seperti laki-laki. Namun, setidaknya tidak hanya emansipasi namun semangat dan car a berpikir RA Kartini yang harus lebih ditiru,” katanya.
Dibidang pendidikan, lanjutnya, dijaman RA Kartini memang ada batasan, namun seiring waktu berkat perjuangannya kini perempuan juga meraih pendidikan. Bahkan, hingga kini pendidikan juga diikuti kaum perempuan dan apalagi ada program pemerintah yang menggratiskan pendidikan.
“Disisi lain, perempuan tidak hanya mengedepankan emansipasi namun juga harus mengetahui kodratnya sebagai perempuan. Kembali lagi cara berpikir Kartini harus dipahami wanita saat ini,” ujarnya. [rac]

Tags: