Menjadikan Benda di Sekitar sebagai Media Pembelajaran

Guru kelas 1 SD TPI Gedangan Ulis Fajar Istyaningsih, SPd saat melakukan pembelajaran dengan memanfaatkan benda benda yang berada di sekitar siswa

Sidoarjo, Bhirawa
Media pembelajaran menggunakan benda terutama benda-benda yang tersedia di sekitar sangatlah penting. Hal ini akan mempermudah pemahaman peserta didik terhadap materi yang diajarkan. Model pembelajaran seperti inilah yang juga dipraktikkan di SD TPI Gedangan, Sidoarjo
Pagi itu para peserta didik tidak hanya membawa peralatan sekolah seperti buku dan alat tulis. Di tas mereka ada banyak benda lainnya, diantaranya gantungan baju, tas kresek dan mainan yang di bawa dari rumah. Mainan yang mereka bawapun bermacam-macam. Ada yang membawa robot-robotan, mobil-mobilan dan berbagai jenis boneka.
Ketika Wali kelas 1 SD TPI Gedangan Ulis Fajar Istyaningsih menginstruksikan kepada peserta didiknya untuk mengeluarkan alat belajarnya, termasuk benda yang sudah mereka bawa tersebut, mereka nampak antusias sekali. Mereka sudah tidak sabar menunggu instruksi selanjutnya.
“Bu guru, buat apa sih kok disuruh membawa gantungan baju?. Kita mau menjemur baju, ya?” tanya Senja Ayu salah seorang siswa kelas 1.
Mendengar pertanyaan yang polos itu, miss Ulis, demikian panggilan wali kelas 1 itu, tersenyum geli. Miss Ulis tidak serta merta menanggapinya, melainkan melempar pertanyaan tersebut kepada peserta didik lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan peserta didiknya untuk bereksplorasi. Dan terbukti, para peserta didiknya pun berlomba-lomba menunjukkan kemampuannya memberikan umpan balik terhadap pertanyaan yang diajukan.
Jawaban merekapun beraneka ragam. Sebagai fasilitator, miss Ulis sangat apresiatif sekali. Setiap jawaban yang dilontarkan peserta didik selalu diberi pujian dengan kata “luar biasa”. Peserta didikpun semakin bersemangat untuk memberi informasi sebatas yang mereka ketahui. Terlebih miss Ulis menampung semua jawaban yang meluncur dari bibir-bibir mungil itu dengan penuh kesabaran.
Setelah sesi menggali dan mengumpulkan informasi dirasa sudah cukup, miss Ulis segera mengkondisikan kelas untuk membentuk kelompok diskusi. Peserta didikpun dengan sigap bergerombol pada kelompoknya masing-masing.
Setelah semuanya siap, miss Ulis pun menjelaskan bahwa mereka akan belajar membandingkan berat benda dengan cara mengukurnya menggunakan alat ukur tidak baku. Adapun alat ukur yang digunakan sebagai neraca yaitu tongkat pramuka yang dikaitkan diantara dua bangku, gantungan baju dan tas kresek. Sedangkan bebannya adalah benda-benda yang dibawa oleh peserta didik dari rumah.
Setiap kelompok melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab. Manakala miss Ulis mengelilingi setiap kelompok, nampak sekali mereka bekerja dengan serius. Terlihat sekali adanya bentuk kerjasama yang baik diantara mereka. Antar anggota kelompok bahu membahu mengukur berat benda secara bergantian untuk mengetahui hasil yang maksimal.
Merekapun dapat mengerjakan tugas dengan baik, mulai dari proses pengamatan, mencatat hasil pengamatan, mempresentasikan hasil pengamatan sampai dengan menjawab pertanyaan tertulis. Miss Ulis menekankan bahwa pembelajaran menggunakan media yang berasal dari lingkungan sekitar peserta didik sendiri selain menyenangkan, juga dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar peserta didik secara maksimal.
Hal ini diamini Aisyah Anindya Latifah, salah satu peserta didik, yang sebelumnya merasa kebingungan dalam membandingkan berat benda kini dia sudah merasa menguasainya.
“Dengan menimbang bonekaku tadi , aku sekarang sudah tidak merasa kesulitan belajarnya,” tuturnya. [Ulis Fajar Istyaningsih, SPd, Guru Kelas 1 SD TPI Gedangan, Sidoarjo]

Tags: