Menjadikan Kampanye sebagai Wisata Politik

umar-sholahudinOleh :
Umar Sholahudin
Dosen Sosiologi Hukum Unmuh Surabaya

Pemilu 2014 memasuki tahapan kampanye terbuka. Mulai 16 Maret – 5 April 2014, para peserta Pemilu (parpol) akan melaksanakan kampanye terbuka. Sebagai tahap awal kampanye terbuka, semua Parpol telah berkomitmen untuk melakukan kampanye damai. Deklarasi kampanye damai pun diadakan untuk mengikat komitmen moral dan politik setiap parpol.
Deklarasi kampanye damai ini diharapkan tidak hanya sekedar seremonial semata, tapi dapat diwujudkan dalan perilaku dan tindakan politik yang riil di lapangan. Mengingat kampanye terbuka ini akan menyedot pengerahan massa yang cukup besar. Potensi gesekan, perselisihan, konflik politik tentu saja ada. Namun dengan deklarasi kampanye damai ini setidaknya dapat meminimalisir potensi-potensi tersebut tersebut.
Selama ini kampanye terbuka dengan pengerahan massa dalam jumlah besar dikhawatirkan atau rawan akan menimbulkan bentrokan massa antar pendukung parpol, gesekan, konflik, kerusuhan, dan akhirnya mengganggu stabilitas politik nasional. Dalam konteks ini, Pemilu (kampanye) akhirnya bukannya memberikan kontribusi positif terhadap pembangunan demokrasi yang berkualitas, tapi justru merusak prinsip-prinsip Pemilu dan pembangunan demokrasi yang sehat.
Deklarasi kampanye damai ini setidaknya dapat memberikan kontribusi positif terhadap penyelenggaran kampanye terbuka yang lebih sehat dan eduaktif. Masyarakat Indonesia tidak merasa takut lagi untuk keluar rumah meramaikan hajatan politik lima tahunan ini. Masyarakat berbondong-bondong secara tertib dan aman untuk berpartisipasi dalam kegiatan kampanye damai ini. Sehingga kampanye damai ini akan memberikan kontribusi positif bagi pendidikan dan pencerahan politik bagi masyarakat secara umum.
Apalagi di Jawa Timur yang dikenal sebagai salah satu basis terbesar pemilih atau massa tradisional. Masa kampanye ini memiliki potensi rawan menimbulkan kekerasan dan tindakan anarkhisme massa. Hal ini cukup beralasan, mengingat kulturl politik Jawa Timur adalah kultur politik tradisional. Secara sosio-kultural sebagian masyarakat pemilih PDI-P dan PKB di Jatim ini adalah pemilih tradisional-irrasional, yang lebih mengutamakan aspek-aspek emosionalitas, daripada rasionalitas politik. Model kampanyenyapun masih akan lebih mengandalkan kekuatan massa (baca: otot) daripada kekuatan otak. Selain itu, karakter Parpol-parpol kita juga sebagian besar adalah Parpol yang sifatnya masih tradisional. Belum mengarah pada parpol modern. Parpol kita masih lebih mengedapankan kekuatan massa dan figuritas seseorang. Parahnya tokoh-tokoh masyarakat hanya dimanfaatkan saat kampanye Parpol saja sebagai vote getter.
Karena itu dalam konteks ini, titik sentral yang perlu diperhatikan adalah pemakaian dan pemanfatan tokoh-tokoh masyarakat oleh parpol. Dan salah satu tokoh masyarakat yang sering kali dimanfaatkan parpol sebagai vote geter  adalah para ulama atau kyai dan tokoh masyarakat yang kharismatik. Dan ini yang sering dipakai dan dimanfaatkan oleh parpol-parpol yang berbasis keagamaan (baca; Islam) dan parpol yang mengusung kharisma seseorang. Apalagi parpol Islam yang merasa mengakalim dirinya berbasis massa NU. Seperti, PKB, dan PPP. Kedua Parpol  tersebut saling mengklaim bahwa dirinyalah yang paling sah sebagai Parpol yang berbasis NU.
Karena itu kampanye damai merupakan jawaban yang paling relevan untuk menjawan kekhawatiran adanya kerusuhan, kekerasan, atau konflik. Kampanye damai setidaknya mengandung dua unsur, yakni Pertama, setiap parpol dan calegnya harus taat aturan main. Artinya parpol dan calegnya dituntut untuk mematuhi aturan main kampanye terbuka sebagaimana yang diatur dalam UU No. 8 Tahun 2012 dan peraturan KPU.
Kedua, Parpol dan calegnya dituntut untuk beretika dan berbudaya dalam berkampanye. Dalam arti, setiap parpol dan Calegnya harus dapat membangun budaya politik kampanye yang damai, rasional, dan bertanggungjawab. Misalnya tidak saling menghujat, menyudutkan, atau mendiskriditkan caleg atau Parpol lain. Masing-masing parpol dan caleg harus saling menjungjung tinggi nilai-nilai dan norma bermasyarakat, berpolitik, dan berdemokrasi. Parpol dan calegnya dapat memberikan keteladan politik yang baik bagi konstituensnya dan masyarakat secara umum.
Para elit parpol diharapkan dapat memberikan pesan-pesan kampanye yang santun, menyejukkan, beretika dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip demokrasi. Dan yang lebih penting menghindari sikap-sikap agitasi dan provokasi yang sifatnya primitif. Dengan begitu kampanye damai bukan sekedear seremonial saja, tapi bisa dilakukan. Dengan kampanye ini diharapkan dapat memberikan pendidikan politik yang mencerahkan bagi konstituensnya. Dengan begitu masyarakat akan lebih kritis dan selektif dalam memilih dan menentukkan pilihannya.
Wisata Politik
Dengan hadirnya kampanye damai yang mencerahkan ini, tidak saja  akan memberikan kontribusi positif bagi pendidikan politik masyarakat dan kehidupan demokrasi Indonesia, tapi nilai plusnya, kampanye damai ini dapat dijadikan sebagai objek wisata politik di negeri ini yang bisa mendatangkan devisi negara atau daerah. Hingar-bingar kampanye terbuka dengan berbagai krativitas dan inovasi kampanye yang unik dan menarik ini bisa mengundang wisatawan manca negara untuk datang ke Indonesia untuk menyaksikan kampanye terbuka ini. Para wisatawan manca negara tidak merasa takut untuk datang ke Indonesia dan menyaksikan kampanye Pemilu 2014 ini.
Para wisatawan domestik dan mancanegara tidak meresa tergangu dengan hiruk pikuk kampanye terbuka Parpol, sebaliknya mereka senang, aman, dan nyaman berada di tengah-tengah kampanye Pemilu 2014. Mereka antusias untuk menyangksikan kampanye terbuka ini. Dengan menghadirkan kampanye damai, unik, manarik, dan asik ini akan memberikan kontribusi positif bagi bangsa Indoensia baik secara internal maupun eksternal. Secara internal, bangsa Indonesia dapat menghasilkan Pemilu 2014 yang demokratis dan berkualitas. Tidak ada kekacauan, kekerasan dan kerusuhan. Secara eksternal, Pemilu 2009 yang berjalan damai dan demokratis akan memberikan citra positif di dunia internasional.

Tags: