Menjadikan Peran Guru sebagai Pelatih

Asep Haerul Gani

Asep Haerul Gani
Salah satu tantangan dunia pendidikan saat ini adalah mempersiapkan sumber daya manusia yang handal dan berdaya saing. Kesiapan tersebut tidak hanya di buktikan dari kemampuan siswa saja, melainkan juga sejauh mana pemberdayaan guru dilakukan.
Diungkapkan seorang Human Capital Coach, Asep Haerul Gani jika perlu ada perbaikan dan perubahan dalam pola pembelajaran yang di sampaikan oleh seorang guru. Menurutnya, sudah seharusnya guru berperan sebagai pelatih bagi siswa (Teacher as Coach) bukan lagi berperan sebagai pengajar saja. Ia berpendapat jika untuk menyongsong generasi emas, siswa harus dikembalikan sebagai subjek pembelajar. Di mana mereka (siswa, red) mampu berkembang dan tumbuh secara alamiah.
“Tumbuh alamiah yang saya maksud disini adalah siswa bukan lagi berperan sebagai objek melainkan bersifat sebagai subjek. Pemberdayaan siswa kuncinya” Ungkapnya di hadapan 200 guru Sekolah Alam Insan Mulia (SAIM) Senin (4/6).
Karena mereka (siswa,red), lanjut dia, berperan sebagai subjek belajar maka siswa mempunyai sumber daya dan potensi yang mumpuni. Guru tidak perlu lagi menyuruh siswa, memerintah siswa untuk belajar atau mengerjakan PR, karena pada dasarnya sebagai sumber belajar, siswa mempunyai pengetahuan dan pengalaman secara alamiah. “Jika seorang guru mengerti kondisi itu, mereka akan mudah mengembangkan dan memanfaatkan proses pembelajaran pada siswa” sahutnya.
Lebih lanjut, laki-laki yang kerap disapa Kang Asep ini menambahkan, jika kita berkaca pada sistem pembelajaran era Ki Hajar Dewantara dengan Taman Siswa nya, kita bisa melihat peran Guru Pamong saat itu tidak hanya mengajar saja. Melainkan mereka mampu menggali pengetahuan siswa, keterampilan siswa, keahlian siswa dan yang lebih penting mengajak siswa untuk menganalisa sebuah masalah. “Dengan apa? Dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya sebanyak-banyaknya” Paparnya.
Dengan begitu, imbuhnya, akan secara otomatis melatih kemampuan otak kanan dan otak kiri siswa. “Secara otomatis otak siswa di terangsang untuk berpikir, siswa belajar banyak dari berbagai hal” sahutnya.
Di samping itu, tambah dia, dalam penyelesaian masalah guru juga harus mampu memberikan sikap yang bijak dalam mengambil keputusan. Misalnya saja, contoh Kang Asep, ketika ada siswa yang bermasalah, sebaiknya guru mengadakan dialog bersama agar mereka mampu mengoreksi perilaku baik dan buruk nya mereka. “Hal itu yang mulai hilang dari dunia pendidikan. Kebanyakan mereka memberi hukuman tanpa mengajak siswa berdiskusi mencari solusi pasa permasalahannya” tambah dia.
Padahal, lanjut dia, ketika era Ki Hajar Dewantara hal tersebut menjadi sesuatu yang utama dan penting dalam proses pembelajaran.
Pria berusia 50 tahun ini, berharap jike depan guru harus menyadari perannya sebagai penentu metode pembelajaran dengan memposisikan dirinya sebagai pelatih bukan pengajar.
“Untuk meningkatkan kualitas sekolah, peran guru sebagai coach harus diperbanyak di banding sebagai pengajar. Kita syiarkan Teacher as Coach secara menyeluruh agar menjadi keterampilan yang bisa dimiliki seluruh guru untuk kualitas pendidikan kita” tandasnya. [ina]

Rate this article!
Tags: