Menjaga Kandungan Bahan Aktif, Juga Lebih Higienis

Empat mahasiswa Ubaya mengeringkan bahan baku herbal menggunakan Indirect Solar Dryer hasil riset mereka selama satu bulan di kampus, Rabu (13/1).

Empat mahasiswa Ubaya mengeringkan bahan baku herbal menggunakan Indirect Solar Dryer hasil riset mereka selama satu bulan di kampus, Rabu (13/1).

Indirect Solar Dryer, Pengering Bahan Baku Herbal
Kota Surabaya, Bhirawa
Proses pengeringan bahan baku herbal umumnya bisa dilakukan dengan dua cara. Menggunakan oven atau dijemur langsung di bawah sinar matahari. Keduanya memiliki kelemahan dan kelebihan. Dan kini, empat mahasiswa Universitas Surabaya (Ubaya) punya alternatif pengeringan dengan inovasi yang mereka buat. Namanya, Indirect Solar Dryer.
Violita Putri Halim, Dewi Anggraini Antoro, Timotius Axel Suyanto dan Fhelix August Soebiantoro adalah empat mahasiswa Teknik Kimia Ubaya yang telah berhasil menelorkan karya pengering ini. Mereka menjadikan alat ini sebagai alternatif pengering yang hemat energi. Sekaligus mampu menjaga kandungan aktif bahan baku herbal tetap baik dan higienis.
“Jadi metode pengeringan itu selalu punya kelebihan dan kekurangan. Kalau menggunakan oven, tentunya butuh daya listrik yang besar. Tapi kalau dijemur langsung, kandungan bahan aktif bisa rusak karena sinar ultra violet,” tutur Violita memulai penjelasan tentang karyanya, Rabu (13/1).
Kerusakan akibat sinar UV, lanjut dia, bisa dilihat dari hasil pengeringan. Jika dijemur langsung, warnanya lebih pucat daripada yang menggunakan solar dryer ini.
Hal itu sudah diujicoba menggunakan rimpang kunyit dan temulawak yang mengandung bahan curcumin. Warna kuning yang hilang setelah penjemuran menjadi indikasi bahwa kadar curcumin itu juga berkurang. “Jadi kalau semakin pucat curcuminnya tidak banyak. Tapi dengan alat ini warna setelah dikeringkan tetap cerah,” tutur mahasiswa semester 7 itu
Pengeringan bahan baku herbal ini merupakan proses untuk membuat simplisia (bahan herbal kering). Pada tahap berikutnya, simplisia bisa digunakan untuk kebutuhan farmasi maupun jamu tradisional. “Tapi kita hanya meneliti sampai pada proses pengeringan saja,” tutur mahasiswa asal Candi, Sidoarjo itu.
Dewi Anggraini Antoro melanjutkan penjelasannya. Alat ini mampu menghasilkan suhu hingga 65°C jika sinar matahari sangat terik. Namun ketika mendung, suhunya hanya mencapai 45°C-49°C. “Meskipun mendung, suhu ruang dalam solar dryer terhitung cukup tinggi di bandingkan suhu di lingkungan sekitarnya,” tutur dia.
Ini lantaran di dalam alat itu terdapat kolektor panas yang mampu menjaga suhu ruang tetap panas. Kolektor panas tersebut dibuat dari bahan seng yang dicat hitam dan dilekuk-lekuk. Tampak dari luar, alat ini dibentuk segitiga. “Bentuk ini dimaksudkan agar panas bisa sampai ke bawah. Karena di dalamnya, dibuat seperti rak-rak untuk penjemuran,” tutur Dewi.
Cara menggunakan Indirect Solar Dryer ini yakni bahan yang akan dikeringkan diletakkan pada tray dan dimasukkan ke dalam ruang. Untuk mengeringkan dedaunan membutuhkan waktu kurang lebih 14 jam dengan sinar matahari yang terik, dan mengeringkan bahan herbal rimpang membutuhkan waktu sekitar 12 jam. Pengeringan ini biasanya dibagi selama dua hari. Karena waktu yang cocok untuk menjemur hanya pada saat siang hari.
“Sebenarnya kalau tidak kering dalam sehari juga bisa jadi masalah. Karena kadar air yang terlalu banyak bisa menimbulkan jamur. Jadi penjemuran pada hari pertama itu yang paling penting. Hari kedua hanya untuk tambahan saja,” sahut Fhelix August Soebiantoro.
Dia berharap, pengembangan ke depan mampu meningkatkan suhu panas ruang dengan penambahan kipas. Tujuannya, agar suhu panas benar-benar merata di semua sudut ruang. [Adit Hananta Utama]

Tags: