Menristekdikti Berharap Inventor Baru Dalam Penemuan Robot Terbang

95 Tim Perwakilan delegasi dari 40 Perguruan Tinggi akan bertarung dengan produk Inovasi robot terbang dalam KTRI 2019.

Kontes Robot Terbang Indonesia 2019 Kembali Digelar
Surabaya, Bhirawa
Kontes Robot Terbang Indonesia (KRTI) tahun 2019 kembali diselenggarakan. Kali ini, Universitas Negeri Surabaya (Unesa) ditunjuk sebagai penyelenggara bersama Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) yang akan berlangsung pada tanggal 1-4 Oktober 2019 di Lapangan Terbang Angkatan Laut Grati, Pasuruan.
Kegiatan yng berlangsung selama 7 kali ini, diharapkan bisa menghasilkan inventor baru dalam penemuan robot terbang. Hal tersebutlah yang diutarakan Menristekdikti, Prof Moh Nasir dalam Opening Ceremonial KRTI, Selasa (1/10) malam. Menurut dia teknologi menjadi sangat penting untuk pertumbuhan ekonomi di masa depan. Contohnya di bidang perkebunan, bagaimana mengawasi perkebunan dengan baik. Dan tidak perlu memantau pakai darat.
“Kedua masalah keamanan, robot terbang mampu mengamankan negara Indonesia dari segala serangan. Ini menjadi sangat penting kita dorong. Ketiga, bagaimana kita penanggulangan bencana, apa bencana karena banjir, bencana karena asap atau karena gempa bumi. Hanya pesawat tanpa awak bisa mendeteksi lokasi-lokasi terjadi bencana,” ujar dia. Maka dari, untuk pengembangan lebih jauh, pihaknya sudah menyiapkan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Selain itu pihkanya juga menjalin kerja sama dengan Jepang, Korea Selatan, Amerika, Jerman dan Australia. Di BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), kata dia, pihaknya juga mempunyai beberapa pesawat tanpa awak yang bekerjasama dengan Amerika.
“Pengembangan teknologi harus dikembangkan terus menerus. Sekarang mampu membuat pesawat tanpa awak jarak tempuhnya 250 kilometer. Cukup panjang. Saya hanya menginginkan 500-1000 kilometer,” paparnya.
Kendati begitu, pihaknya menekankan jika pengembangan teknologi pesawat tanpa awak membutuhkan investasi yang cukup besar. Bagaimana kamera harus mampu menjangkau sekian kilometer jaraknya. “Ini menjadi sangat penting, karena di dalam ini supaya bisa memantau (keadaan) Indonesia sangat cepat,” katanya. Oleh karena itu, pihaknya cukup optimis jika ke depan, Indonesia menjadi pintu gerbang kemajuan teknologi di Asia Tenggara. Hal itu didasarkan pada jumlah riset dan hak paten yang dihasilkan. Di mana Indonesia sudah menjadi nomor satu di Asia Tenggara.
“Dari 20 tahun lalu kita selalu nomor empat di Asia Tenggara soal paten, sekarang sudah jadi nomor satu dalam jumlah paten yang dihasilkan,” paparnya.
Lebih lanjut, dari kegiatan ini, Prof Nasir berharap lahir para penemu baru robot terbang yang temuannya dapat mampu dimanfaatkan oleh semua bidang, seperti pertahanan, pertanian, dan mitigasi bencana.

Relasikan KRTI Dengan Peningkatkan Daya Saing Bangsa
Menjadi tuan rumah dalam Kontes Robot Terbang Indonesia (KRTI) 2019, tentu menjadi kesan tersendiri bagi Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Beban mungkin ada. Namun, Rektor Unesa Prof Nurhasan mengungkapkan jika pihaknya tetap memotivasi para peserta khusunya delegasi Unesa untuk memberikan yang terbaik.
“Seperti kata pak Menteri (Menristekdikti) jangan memikirkan harus nomor satu. Tapi lakukan yang terbaik. Itu yang kami motivasi kepada teman-teman peserta (Unesa) khususnya,” katanya.
Tahun ini, ada sekitar 95 tim dari 40 perguruan tinggi dari seluruh Indoensia. Mengambil tema “Menuju Kemandirian Teknologi Wahana Terbang Tanpa Awak”, Prof Nurhasan menyambut baik atas berlangsungnya kegiatan tersebut. Ia pun berterima kasih atas kepercayaam Kemristekdikti kepada Unesa untuk menyelenggarakan KRTI 2019. Nurhasan merelasikan penyelenggaraan kegiatan ini dengan upaya berkelanjutan meningkatkan daya saing bangsa.
“Penyelenggaraan KRTI menjadi bagian upaya dari mewujudkan Pendidikan Tinggi yang bermutu dan mengembangkan kemampuan Iptek dan Inovasi untuk mendukung daya saing bangsa serta beradaptasi pada era revolusi industri 4.0”, terangnya
Kepada semua yang berkompetisi, rektor berharap KRTI dapat menjadi kegiatan mahasiswa untuk mengeksplorasi kemampuannya dalam mengembangkan ide, merancang, serta mengimplementasikan teknologi dalam berbentuk robot. Ia juga berharap dalam event ini mampu terbangun suasana kompetisi yang kondusif di antara para peserta.
Sementara itu, Ketua Pelaksana KRTI 2019, Maspiah menuturkan ada empat divisi yang akan dilombakan. Diantaranya, Fixed Wings (robot terbang), Vertical Take-of and Landing, Racing Plan dan Teknologi Development. Ke empat bidang yang dilombakan menurut dia mengarah pada pengembangan teknologi.
“Untuk penerapan kedepannya, robot bisa dijadikan untuk sarana kebencanaan, pengawasan, perhutanan dan pertanian. Dan robot tanpa awak ini sangat dibutuhkan dalam berbagai bidang khususnya pengembangan di bidang teknologi,” ujar wanita yang juga menjabat sebagai Dekan Fakultas Teknik Unesa ini.
Utamanya, kata dia, untuk bidang teknologi development yang selalu dikembangkan. Sebelum mengikuti KRTI 2019, para peserta mengikuti seleksi mulai di tingkat regional, nasional hingga international.
“Pengembangannya nanti, bisakah produk dalam (KRTI) ini dikembangkan di dunia industri dan digunakan masyarakat,” paparnya. [ina]

Tags: