Menristekdikti Segera Teken MoU Percepatan Kemandirian Obat

Dirut Pengembangan Teknologi Industri Menristekdikti, Dr. Eng. Hotmatua Daulay tandatangani peresmian Laboratorium Teknologi kultur jaringan yang dimiliki Ubaya.

Dorong Riset Farmasi, Perkuat Industri Hilir
Surabaya, Bhirawa
Menristekdikti dukung upaya peningkatan kemandirian produk obat-obatan dan alat kesehatan dalam negeri. Dalam peresmian laboratorium Teknologi Kultur Jaringan Menristekdikti yang diwakili oleh Dirut Pengembangan Teknologi Industri kemenristekdikti, Dr. Eng. Hotmatua Daulay M.eng., B.eng mengungkapkan jika hampir 90 persen bahan baku obat-obatan masih di impor dari negara asing. Padahal, menurutnya, Indonesia bisa menghasilkan bahan baku produk obat-obatan sendiri.
“Dari Menristekdikti setiap tahun selalu menganggarkan untuk obat-obatan dan kesehatan. tempat kami sendiri, pengembangan teknologi industri teranggarkan Rp10 Miliar untuk divisi kami di seluruh Indonesia” tutur dia.
Untuk tahun ini, sambung nya, anggaran dana pengembangan teknologi industri cukup besar. Diakuinya, rata-rata penyerapan pertahun pada semester satu mencapai 40 persen.
“Tahun ini penyerapan cukup bagus. Pada semester satu kurang lebih ada sekitar 40 persen dana yang terserap, karena ini masih baru, nantinya akan kita bagi 30 persen dan 70 persen pertahun” lanjut dia. Selain itu, tambah dia, dalam peningkatan kemandirian produk obat dalam negeri juga diperkuat melalui intensif riset dan intensif masalah kebijakan. Ia memaparkan misalnya dalam, Perpres no 6 tahun 2016 tentang Percepatan Kemandirian Obat. Di mana pihaknya merancang kerjasama bersama Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).
Agustus nanti, imbuh dia, akan melakukan penandatangan Memorandum of Understanding (MoU) antara Menristekdikti dan BPOM untuk perjanjian kerjasama dalam pendampingan laboratorium terkait farmasi, obat-obatan dan pangan untuk mempercepat kemandirian.

Minimnya Kontribusi Perguruan Tinggi
Sementara itu, peresmian Laboratorium Teknologi Kultur Jaringan yang merupakan kerjasama antara Universitas Surabaya (Ubaya), Hanbang Bio (Kyung Hee University) Korea Selatan dan PT Bintang Toedjoe dinilai Dirut Pengembangan Teknologi Industri kemenristekdikti, Dr. Eng. Hotmatua Daulay M.eng., B.eng sebagai langkah awal pengembangan kemandirian produk obat dalam pasar industri. Menurutnya, khusus obat-obatan, Perguruan Tinggi di Indonesia masih dalam konteks melakukan riset dasar dan riset terapan.
Rektor Ubaya, Prof. Joniarto Parung mengatakan jika berdirinya laboratorium Teknologi Kultur Jaringan merupakan salah satu wujud kerjasama dalam membangun sinergitas antara akedimisi, industri dan sosial. Selain itu, Prof Joni juga menilai jika peresmian Laboratorium Kultur Jaringan juga dapat menyatukan kapasitas keahlian yang ada di Ubaya dan Kyung Hee University sebagai lembaga akademik dengan PT Kalbe Farma Tbk sebagai Pihak Industri. Hal yang sama juga diungkapkan Presiden Direktur Hanbang Bio, Prof Deok-Chun Yang jika tidak menutup kemungkinan kedepan, tanaman herbal asli Indonesia juga bisa dikembangkan lebih lanjut melalui Teknologi Kultur Jaringan yang kami miliki.
“Kami sangat terbuka untuk menjembatani riset kolaborasi lainnya dengan Ubaya dan pihak industri terkait” ujar dia. [ina]

Tags: