Mensos Batasi Pelanggan e-Warung Sembako

Mensos Khofifah Indar Parawangsa bersama Wali Kota Mojokerto Mas’ud Yunus menyaksikan pencairan bantuan di E Warung Lingkungan Blooto, Kota Mojokerto, Minggu (5/2) kemarin. [kariyadi/bhirawa]

Kota Mojokerto, Bhirawa
Menteri Sosial, Khofifa Indar Parawangsa memberi batasan jumlah pelanggan yang bisa dilayani E Warung yang menjual Sembako. Pembatasan ini dilakukan untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada penerima bantuan Program keluarga harapan (PKH).
”Satu E Warung itu paling banyak melayani 500 hingga 1.000 orang penerima bantuan. Untuk yang menjual sembako bisa 500 orang. Untuk yang hanya pengambilan tunai bisa sampai 1.000 orang,” ujar Khofifa di Kota Mojokerto, Minggu (5/2) kemarin.
Khofifa dan rombongan berada di Kota Mojokerto untuk menyaksikan peluncuran program E Warung sekaligus pencairan bantuan.
Menurut Khofiah, pembatasan jumlah pelanggan itu penting terkait dengan optimalisasi pelayanan. Apalagi model pencairan bantuan saat ini menggunakan fasilitas perbankan secara online. Sehingga jika tidak dibatasi bisa berakibat pada menurunnya kuakitas pelayanan.
”Ya kita sudah menghitung rasio antara ketersediaan fasilitas E Warung dengan penerima. Kita batasi jumlahnya untuk kualitas pelayanan,” tambah perempuan yang juga ketua umum Fatayat NU ini.
Didampingi Wali Kota Mojokerto Mas’ud Yunus dan Kepala Dinas Sosial, Sri Mudjiwati, rombongan Mensos kemarin mengunjungi E Warung Siti Latifah di lingkungan Blooto, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto. Di tempat itu Khofifa menyaksikan langsung proses pecairan bantuan. Mulai dari menerima kartu, menggesek hingga membeli sembako.
”Kita ingin memastikan bahwa masyarakat penerima bantuan bisa menggunakan dan memanfaatkan bantuan ini dengan benar,” tegas Khofifa.
Dikonfirmasi terpisah, Sri Mudjiwati Kepala Dinas Sosial Kota Mojokerto menjelaskan jika saat ini sudah ada enam E Warung di wilayahnya. Satu E Warung sudah resmi beroperasi, lima baru mendapatkan pengesahan. Sementara sudah ada empat lagi E Warung yang sedang diusulkan.
”Satu E warung ini sudah bisa untuk belanja Sembako. Yang lima lagi sementara nanti hanya bisa untuk tarik tunai. Jumlah ini insya Alloh bisa memenuhi kebutuhan penerima,” terang Sri Mdjiwati.
Yang terpenting, menurut Sri Mudjiwati, sampai saat ini seluruh penerima bantuan sudah membuka rekening di Bank Pemerintah yang ditunjuk untuk menyalurkan bantuan. Dipastikan dana bantuan diterima mereka yang berhak sesuai dengan nama dan alamat yang sudah terverifikasi.
Sementara itu, keluarga penerima Rastra atau subsidi pangan yang telah dikonversikan ke dalam bentuk bantuan pangan melalui Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) multifungsi. Mulai tahun 2017 ini warga kurang mampu bisa pilih menikmati baras yang diinginkan, seperti beras jenis premium.
Hal ini ditegaskan Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa, saat meninjau Ditribution Center di Gudang Bulog Buduran, Sidoarjo, Minggu (5/1) sore. Distribution Center merupakan format baru dalam persiapan distribusi bantuan pangan. Mensos melakukan cek persiapan untuk maksimalisasi distribusi bantuan pangan, yang dulu mereka terima bantuan subsidi pangan per kilo harus bayar Rp1.600. ”Penerima Rastra yang dulu harus bayar, sekarang sudah dikonfersi dalam bentuk bantuan pangan,” jelas Mensos usai peninajuan.
Menurut Mensos, ini stok paling besar yang dimiliki Bulog di Jatim untuk suplay Sidoarjo dan Surabaya, kalau Mojokerto suplay untuk Kota Mojokerto. Di Jatim pada 2017 yang baru masuk sebagian di Kab Jember, Pasuruan dan Probolinggo, Malang, Kediri, Madiun, Ka Kediri dan Kota Blitar semuanya sudah tuntas kota, pada dasarnya semua kota di Jatim sudah tuntas.
”Untuk Sidoarjo ini tuntas Kabupaten. Oleh karena itu, distribution center ini memang kita cek untuk kesiapan maksimalisasi dari program subsidi pangan yang dikonfersi menjadi bantuan pangan,” tegas Mensos lagi.
Jadi mereka nantinya akan lebih leluasa untuk mengambil beras, misalnya 5 kg mau tambah gula 2 kg dan uangnya tersisa sangat banyak. Maka minggu depan, atau besok, atau kapan dua minggu lagi mereka masih bisa mencairkan uangnya. Jadi masyarakat yang kurang mampu diberi opsi untuk memilih beras, ternyata mereka rata-rata memilih premium.
Artinya pilihan mereka akan mendapatkan beras yang lebih berkualitas, hari ini sudah terbuka. Dulu sifatnya given/diberikan, jadi teman-teman masih sering menemukan beras yang katanya kekuning-kuningan, masih ada beras yang berjamur dan seterusnya. Karena given mereka tidak punya pilihan lainnya.
”Tapi sekarang mereka punya opsi untuk meningkatkan great dari beras yang mereka bisa pilih sesuai dengan saldo yang ada di KKS mereka,” terang politisi PKB ini.
Adapun rincian kebutuhan mereka di top up/diisi setiap bulan Rp110 ribu, dari Rp110 ribu itu misalnya mereka pilih beras medium plus 5 kg harganya Rp45 ribu. Kalau 10 kg berarti Rp90 ribu, berarti mereka masih punya uang Rp30 ribu. Mereka masih bisa ambil gula 2 kg Rp25 ribu. Jadi mereka bisa ambil beras medium plus 10 kg dan gula 2 kg, masih punya sisa uang Rp5 ribu. ”Kalau bulan depan di top up Rp110 ribu lagi berarti mereka punya saldo Rp115 ribu dan seterusnya,” pungkas Khofifah Indar Parawansa. [kar. ach]

Tags: