Menteri BUMN Rini Soemarno Resmikan Kantor PT Garam di Sumenep

Menteri BUMN, Rini M Soemarno (angkat tangan).

(Pemkab Berharap Bisa Tingkatkan Ekonomi Rakyat)

Sumenep, Bhirawa
Kantor PT Garam (Persero) di Kalianget, Sumenep sudah resmi ditempati sejak awal tahun ini. Namun, perpindahan kantor pusat salah satu BUMN ke Sumenep ini secara simbolis baru diresmikan langsung oleh Menteri BUMN, Rini M. Soemarno bertepatan dengan hari jadi ke 21 Kementerian Negara BUMN RI. Selain peresmian kantor Pusat PT Garam, ibu Rini yang juga didampingi Bupati Sumenep, A. Busyro Karim, Wabup Ach Fauzi dan Dirut PT Garam, Budi Sasongko ini juga meresmikan logo baru PT Garam.
Dalam momen peresmian kantor PT Garam (Persero) di Kalianget itu juga digelar Kelas Kreatif. Ada 4 pilihan dalam Kelas Kreatif itu yakni barista, make up artis, vlog, dan digital marketing. Kelas Keterampilan yang diberikan itu disesuaikan dengan kebutuhan generasi muda di Sumenep. Kelas Kreatif itu dibuka langsung oleh Wabup Sumenep, Ach. Fauzi dan Dirut PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) (RNI), Didik Prasetyo.
Berpindahnya kantor Pusat PT Garam ini mendapatkan sambutan baik dari Pemerintah Kabupaten Sumenep. Sebab, dengan hal tersebut dipastikan membawa angin segar bagi perekonomian masyarakat kabupaten ujung timur Pulau Madura ini, terutama para petani garam rakyat. Salah satu BUMN yang bergerak di bidang niaga garam ini dipastikan memiliki tujuan yang sama dengan pemerintah daerah dalam peningkatan kesejahteraan rakyat.
“Ini adalah momen yang sangat ditunggu-tunggu masyarakat Sumenep. Dengan resmi pindahnya kantor pusat PT Garam di Sumenep ini, pasti akan merubah perekonomian masyarakat terutama petani garam. Sebab, di Sumenep ini potensi garamnya sangat melimpah dan kualitasnya juga bagus,” kata Wakil Bupati, Ach. Fauzi saat menghadiri peresmian kantor pusat dan logo PT Garam, Sabtu (6/4).
Menurut Wabup, selama ini harga garam rakyat relatif rendah, utamanya saat musim panen. Akibatnya, para petani garam rakyat secara ekonomi masih kurang bagus. Dengan pindahnya kantor pusat PT Garam ke Sumenep ini menjadi harapan besar bagi petani agar stabilitas harga garam tetap terjamin. “Tentunya petani garam rakyat juga dapat memperhatikan kualitas hasil produksi garamnya, tidak hanya mengejar kuantitas saja. Sebab, kalau kualitas bagus, pasti harganya akan bagus pula,” paparnya.
Wabup berharap, PT Garam dapat memperhatikan masyarakat setempat. Selain soal harga garam rakyat yang garus diperhatikan, juga perlu adanya program yang berpihak pada masyarakat dilingkungan lahan produksi garam yang dikelola oleh BUMN tersebut. Misalnya kebersihan lingkungan dan fasilitas umum yang dimanfaatkan oleh masyarakat. “Ada CSR yang dapat digunakan untuk kepentingan masyarakat umum. Ini menjadi harapan masyarakat dan pemerintah daerah,” harapnya.
Sementara itu, Dirut PT Garam, Budi Sasongko mengatakan, berpindahnya kantor pusat ini merupakan keinginan sejak beberapa tahun lalu. Namun, masih ada hal yang harus diselesaikan terlebih dahulu sehingga upaya pindah itu sempat tertunda dan baru tahun ini bisa pindah.
“Awalnya kantor pusat PT Garam ini memang disini (Kalianget Sumenep, Red) tapi karena ada suatu hal, pada sekitar tahun 1998 kantor pusat pindah ke Surabaya dan tahun ini pindah lagi ke Sumenep. Tapi, sejak awal komitmen kami tetap untuk kesejahteraan bersama,” kata Budi Sasongko.
Lebih lanjut Budi menegaskan, komitmen perusahaan yang dipimpinnya itu memang untuk mendongkrak kesejahteraan rakyat. Pihaknya berjanji akan terus berbenah, baik di internal, maupun di eksternal dan terus akan meningkatkan produksi garam agar bisa mencukupi kebutuhan ragam secara nasional, baik konsumsi maupun industri. “Lahan milik kami itu ada yang digarap sendiri dan ada yang digarap oleh petani dengan sistem yang telah kita sepakati bersama. Ke depan kami akan terus meningkatkan produksi garam yang berkualitas,” ucapnya.
PT Garam (Persero) memiliki luas lahan sekitar 5.600 hektare. Lahan tersebut tersebar di Sumenep, Pamekasan, dan Sampang, serta di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Dari 5.600 hektare itu yang dimanfaatkan untuk produksi garam seluas 4.500 hektar. Sedangkan sisanya berupa fasilitas pendukung, seperti kantor, gudang, dan jalan. [sul]

Tags: