Menuju Negara Berdikari

Umi Alam SariOleh:
Umi Alam Sari
Mahasiswi Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang

Tekad mewujudkan Negara berkualitas, dengan indikasi memiliki moral yang santun, merupakan salah satu preferensi bagi setiap Negara di seluruh Dunia. Salah satunya, peningkatan kualitas intelektual diri seseorang yang di_imbangi dengan perilaku-perilaku bermartabat. Indikator tersebut menjadi fondasi dan pembentuk Negara kedepannya. Tak dapat dinafikkan, bahwasanya esensi berdirinya suatu Negara ialah mewujudkan Negara damai tanpa ada suatu peperangan, baik secara intelektual maupun secara fisik.
Namun, kondisi tersebut sangat kontradiksi. Ketika disandingankan dengan Negara Indonesia. Indonesia merupakan Negara yang mayoritas muslim dengan cerminan memiliki akhlakul karimah. Seolah hanya diaanggap stigma-stigma yang bersifat transparani semata. Pasalnya, agama Islam hanya dijadikan sebagai Legal Formaldalam menjalani kehidupan bermasyarakat. Kondisi tersebut, dijelaskan pula dalam buku Tuhan yang Terpenjaraoleh Muhammad Fathoni. Menjelaskan bahwasanya, dalam kehidupan manusia secara transedental, seluruh kehidupan hanya ditujukan kepada Allah Swt. Akan tetapi, karena perilaku manusia yang cenderung memenjarakan tuhan dalam suatu ruangan. Seperti halnya, dalam Ibadah. Moral dan sikap manusia ketika beribadah di masjid, memakai pakaian yang sopan dan bagus. Akan tetapi, ketika sudah berada diluar kondisi tersebut, manusia beranggapan bahwa dirinya merupakan makhluk yang bebas tanpa ada suatu tekanan apapun.Sehingga, seringkali melakukan banyak hal negatif yang condong kepada perbuatan nista.
Kehidupan Hedonisme
Kebobrokan moral masyarakat Indonesia, memiliki implikasi yang mengacu pada disintrgasi Negara. seperti halnya, banyak terjadi praktek KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) yang dilakukan oleh kaum elit politik di Negara Indonesia. Sampai dengan rakyat kecil yang secara langsung menerima implikasi yang negatif. Hal tersebut, dilatarbelakangi oleh sifat hedonistik yang selalu menjadi tumpuan dalam kehidupan sosial. Dapat kita kita lihat secara faktual, kerugian besar Negara, kemiskinan, pendidikan yang carut_marut, secara keseluruhan disebabkan oleh marakanya koruptor di Negara ini.Dalam filsafat Epikurosjuga mengungkapkan bahwasanya, manusia modern lebih cenderung mengutamakan kebahagiaan material dibandingkan dengan kebahagiaan spiritual, padahal kebahagiaan yang sesungguhnya adalah kebahagiaan spiritual.
Kebahagiaan material, merupakan styledari kehidupan yang memilki citra hedonistik. Walaupun, tidaksemuanya secara keseluruhan seperti itu. Akan tetapi, kemungkinan untuk condong terhadap segala sesuatu bersifat materi memberikan nafas hedonis. Pasalnya, materi merupakan indikator kehidupan seseorang bersikap hedonis secara material.  Misalnya,perokok aktif , akan cenderung menghabiskan uang degan cepat dan sekejab mata, dibanding dengan perokok  pasif yang cenderung  tidak mengeluarkan materi sedikitpun. Walaupun, secara kepuasan dalam menikmati rokok. Kadar dan implikasi yang diterimanya sangatlah  berbeda. Gambaran tersebut merupakan contoh kecil kebahagiaan secara material. Meskipun saat ini dapat dikatakan bahwa penduduk Indonesia masih dalam garis kebahagiaan secara material. tak dapat dinafikan kebahagiaan untuk menuju Negara yang berdikari pun dapat dicapai.
Kebahagiaan Negara
Untuk mencapai kebahagian Negara Indonesia yang berdikari. Tentunya, harus melakukan perjuangan sampai pada titik penghabisan. Baik secara materi maupun secara rohani. Pasalnya, kebahagian tersebut tidak mungkin hanya ditumpukan pada salah satu indikator saja. Antara materi dan rohani merupakan dua komponen yang saling berkolerasi secara universal.
Kekuatan dalam Negara tidak hanya kekayaan secara materi untuk memajukan Negara menuju dedikari. akan tetapi, perlunya relasi agama yang sangat kuat didalamnya. Pasalnya, signifikansi peranan agama, tidak hanya dalam lingkup secara personal. Akan tetapi, dapat mempengaruhi dalam kehidupan secara kolektif. Seperti halnya, dalam pembuatan Konstitusi Negara. dalam konstitusi masuknya aturan yang memeiliki korelasi agama memberikan tuntutan yang tak hanya ditujukan kepada perseorangan semata. Akan tetapi, mampu mencakup keadaan yang lebih luas kedalam masyarakat. Dalam agama pula, akhlak merupakan salah satu pengajaran yang bersifat sosialis maupun individualis. Pasalnya, akhlakmerupakan prilaku yang ada pada diri manusia untuk memahami apa yang ada di dalam dirinya maupun lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu,  peranan akhlak sangatlah urgensi, dalam kehidupan baik intern maupun ekstern.
Kondisi tersebut diperkuat dengan peran nabi Muhammad dalam tugas risalahnya yaitu dengan menyempurnakan akhlak. beliau bersabda “Aku ini diutus hanyalah untuk menyempurnakan budi pekerti luhur” (HR. Ahmad). Dalam hal ini, kita dihadapkan dengan dua permasalahan yang sangat pelik. yaitu membiarkan secara sadar adanya al-tahafut al-akhlak (kemerosotan akhlak) dalam masyarakat.Atau menanggung beban kejiwaan yang sering disebut “sok bermoral” yang implikasinya akan merusak akhlak itu sendiri.Untuk menghadapi permasalahan tersebut. Maka,  dalam ajaran islam lebih mengenal amr ma’ruf nahi mungkar, dengan esensi berupa himbuan dan ajakan agar tidak membiarkan masyarakat hancur akibat kemerosotan moral. seperti halnya, pendidikan akhlaq yang dimulai sejak dini. kemudin pengenalan agama secara mendalam. Maka, itu semua akan memberikan implikasi pada masa depan Negara. Sehingga, sifat hedonis akan hilang. dan tergantikan dengan sifat sederhana yang esensinya hanya mengharap ridhlo Allah swt. Itu merupakan kunci pokok untuk menuju Negara yang berdikari. Jadi, hal tersebut tidak hanya sebagai utopia belaka. Namun, mampu diwujudkan dengan berbagai cara yang bersifat positif yang sudah dijelaskan tadi.Wallahu a’alam bi-al shawab.

—————————— *** ———————————-

Rate this article!
Menuju Negara Berdikari,5 / 5 ( 1votes )
Tags: