Menulis Bagian dari Pahala Tak Terputus

Atiko

Atiko
Menggeluti dunia penulisan sejak masih duduk di bangku SMP mengantarkan Atiko menjadi Penggerak dan Penggagas Literasi di Kota Surabaya. Bahkan, saat ini ia juga tercatat sebagai anggota Jalindo (Jaringan Literasi Indonesia) dan Duta Literasi yang disematkan oleh IGI (Ikatan Guru Indonesia) Kota Surabaya. Tentu saja, predikat itu bukan tanpa alasan. Dua tahun belakangan ini, Atiko getol mendorong guru-guru di lingkungan SMP Kota Surabaya juga di Jawa Timur untuk terus menulis hingga menghasilkan sebuah karya. Satu bulan satu buku, begitulah slogan yang diusung tiap kali ia diundang sebagai motivator gerakan literasi. Baru-baru ini dia juga membantu anak-anak didiknya di SMPN 17 Surabaya untuk menerbitkan antologi cerpen berbasis ISBN (International Standart Book Number).
“Saya mulai gerakan itu beberapa bulan yang lalu. Di mana satu sekolah tiga buku. Artinya, tiap jenjang siswa harus mempunyai sebuah karya. Sehingga semua yang punya basik menulis bisa terfasilitasi. Bisa terwadahi. Dan mendorong siswa lebih produktif dan lebih kreatif,” ungkap guru bahasa inggris SMPN 17 Surabaya ini. Sebab, menurut dia, tidak sedikit masyarakat yang menyukai menulis namun merasa kesulitan dalam memulai.
Bagi perempuan kelahiran Surabaya, 1 Maret 1978 menulis merupakan bentuk representasi diri. Dengan menulis ia ingin menularkan kebahagian dan kepuasan, di mana sebuah karya yang di tulis bisa dinikmati banyak orang. Selain itu, dengan menulis ia mengatakan bahwa ia maupun penulis dituntut untuk terus belajar sehingga menghasilkan karya terbaik.
“Saya berprinsip bahwa dengan menulis ini bagian dari pahala tak terputus. Kenapa? ketika kita meninggal orang masih bisa menikmati karya kita. Masih membaca apa yang kita tulis. Ini yang selalu saya tekankan dalam forum seminar,” tutur ibu dari Daffa Ferdinan (15).
Atiko bersyukur dengan apa yang dia peroleh saat ini bisa menjadi gerakan positif bagi banyak orang. Apalagi mereka yang ragu akan kemampuan menulisnya dan tidak tahu bagaimana harus memulai. Karena kecintaannya terhadap dunia literasi, Atiko tidak pernah menyangka jika dia diberikan amanah sebagai penggerak dan penggagas literasi. Yang tentu membuat dia lebih semangat dalam mengajak masyarakat untuk berkontribusi dalam kebermanfaatan. Karena ada orang pintar tapi pelit ilmu, ada orang pintar yang mau berbagi.
“Dan saya ingin poin yang ke dua itu,” imbuh dia.
Saat ini, harapan terbesarnya adalah ingin bertemu dengan Walikota Surabaya, Tri Rismaharini.
“Saya juga ingin memberikan buku karya saya agar bisa dibaca sama beliau,” pungkas dia. [ina]

Tags: