(Pemberdayaan Ekonomi PerempuanĀ sebagai Pilar Kemakmuran Bangsa)
Oleh : Umar Sholahudin
Dosen Sosiologi Universitas Muhammadiyah Surabaya
Pertemuan akbar, sidang Tanwir I Aisyiyah akan dihelat di Kota Pahlawan, Surabaya 19-21 Januari 2018, berpusat di Universitas Muhammadiyah Surabaya. Tema yang diangkat adalah Pemberdayaan Ekonomi Perempuan sebagai Pilar Kemakmuran Bangsa. Agenda penguatan ekonomi sebagai pilar keempat Muhammadiyah, selain pendidikan, kesehatan dan sosial.
Topik pemberdayaan perempuan merupakan topik yang sangat tepat dan relevan untuk diangkat ke publik seiring dengan kondisi perempuan Indonesia saat ini yang masih jauh dari kondisi yang ideal. Sejarah perjalanan bangsa ini kemudian menjadi cerminan cukup kuat, memang wanita selalu dipandang sebelah mata. Seberapa pun perjuangan kaum wanita dalam membangun bangsa ini, hal tersebut dianggap angin lalu. Kata pepatah dalam agama, Perempuan adalah tiang Negara, jika perempuan baik baik maka negara akan baik dan apabila perempuannya rusak maka negarapun akan ikut rusak.” Perempuan memiliki posisi dan peran sangat strategis dalam membangun keutuhan dan kemakmuran suatu bangsa. Berdirinya sebuah negara dan bangsa tidak bisa lepas dari peran kaum perempuan. Persoalannya adalah apakah selama ini perempuan selalu mendapatkan ruang penghormatan dan penghargaan yang sangat tinggi dari kaum pria?
Kondisi Eknomi Perempuan
Persoalan kemiskinan menjadi persoalan mendasar kaum perempuan dan rakyat. Di Indonesia, persoalan kemiskinan menurut data Bank Dunia (World Bank) menyebutkan jumlah orang miskin di Indonesia mencapai 100 juta jiwa, 70% nya adalah perempuan dan sebagian besarnya adalah kaum Ibu. Ibu, sebagai perempuan penanggung anaklah-baik sebagai istri maupun tidak-yang menderita paling berat dari meningkatnya kemiskinan dan kekerasan saat ini.
Secara statistic, angka kemiskinan nasional dan Jawa Timur masih cukup tinggi. Berdasarkan data dari BPS pada Maret 2016 angka kemiskinan sebanyak 28,01 juta jiwa atau 10,86% dari jumlah penduduk Indonesia. Sementara untuk Propinsi Jawa Timur Berdasarkan data BPS Jawa Timur, jumlah penduduk miskin pada 2016 ini sebesar 4.617.000 jiwa atau 11,85 persen. Dari jumlah tersebut, 70% dari mereka adalah perempuan. Kemiskinan yang menimpa perempuan Indonesia, boleh jadi dilatari oleh banyak faktor. Angka buta aksara perempuan sebesar 12,28%, sedangkan laki-laki 5,84%. Dalam bidang kesehatan, status gizi perempuan masih merupakan masalah utama. Angka kematian ibu (AKI) juga masih sangat tinggi, yaitu sebesar 248 per 100.000 kelahiran hidup. Di bidang ekonomi, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) laki-laki jauh lebih tinggi (86,5%) daripada perempuan (50,2%).Dan kaum perempuan adalah kelompok gender yang kerapkali diatribusikan dengan kemiskinan
Hidup miskin bukan hanya berarti hidup di dalam kondisi kekurangan sandang, pangan, dan papan. Hidup dalam kemiskinan seringkali juga berarti akses yang rendah terhadap berbagai ragam sumber daya dan aset produktif yang sangat diperlukan untuk dapat memperoleh sarana pemenuhuan kebutuhan-kebutuhan hidup yang paling dasar tersebut, antara lain informasi, ilmu pengetahuan, teknologi dan modal. Lebih dari itu, hidup dalam kemiskinan seringkali juga berarti hidup dalam alienasi, akses yang rendah terhadap kekuasaan, dan oleh karena itu pilihan-pilihan hidup yang sempit dan pengap (Nasikun, 1995)
Pemberdayaan Ekonomi Perempuan.
Salah satu langkah yang paling strategis dalam menangguangi kemiskinan (kaum perempuan menjadi korban yang paling banyak), dengan memalui proses pemberdayaan masyarakat, terutama untuk kaum perempuan. Pemberdayaan ekonomi perempuan diyakni mampu mereduksi dan menanggulangi kemiskinan.
Pemberdayaan kaum perempuan diarahkan kepada upaya penyadaraan (enabling). Upaya penyadaran ini dimaksudkan agar masyarakat mampu mengenali potensi dan permasalahan sekaligus memiliki kapasitas untuk mengembangkan potensi dan menjawab permasalahan. Selain itu diarahkan kepada upaya memfasilitasi (empowering) yang dimaksudkan untuk pennguatan masyarakat dengan berbagai bentuk bantuan teknis. Yang terakhir adalah upaya perlindungan (protecting) dengan maksud mengembangkan kebijakan dan akses perlindungan kepada masyarakat agar mampu mengembangkan diri.
Dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga, istri mempunyai tugas tertentu, mulai dari hal yang bersifat domestik sampai hal-hal di luar rumah tangga (publik). Berdasarkan kenyataan ini, maka dalam kehidupan sehari-hari ternyata curahan jam kerja istri lebih besar daripada curahan jam kerja suami. Dalam upaya penanggulangan kemiskinan peran perempuan sangat besar, karena di satu sisi mereka menyediakan makanan bergizi bagi anggota keluarganya, tetapi pada sisi lain mereka turut mencari nafkah guna mewujudkan keinginan tersebut.
Melihat potensi perempuan yang cukup besar dan kerentanan terhadap kegagalan pembangunan, maka perempuan harus diberdayakan agar dapat menolong dirinya sendiri dan orang lain. Sebagai manusia biasa dan penopang hidup keluarga sudah selayaknya perempuan diberi kesempatan untuk berpartisipasi secara penuh dalam pembangunan. Perlu ada kebijakan afirmastif untuk kaum perempuan di bidang ekonomi. Misalnya saja kemudahaan dalam akses usaa ekonomi, kemudahaan dalam permodaalan, dan kemudahan dan fasilitasi dalam pemasaran produk usahanya. Jika ekonomi perempuan kuat, maka kuatlah ekonomi suatu bangsa. Kemakmuran suatu bangsa akan dilihat dari bagaimana kondisi ekonomi kaum perempuannya.
Kita berharap, Tanwir 1 Aisyiyah selam tiga hari ini akan menghasilkan keputusan dan rumusan-rumusan yang visible dan applicable terkait dengan pemberdayaan ekonomi perempuan. Perempuan yang berkemajuan adalah perempuan yang cerdas yang memiliki visi ke depan untuk menjadikan perempuan indonesia lebih mandiri. Para sesepuh Muhammadiyah mengatakan, kekuatan gerakan Muhammadiyah-‘Aisyiyah terletak pada cita-cita yang berlandaskan pada paham keislaman dan keindonesianyang berkemajuan. Cita-cita itu harus didukung dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, kompetensi, komunikasi maupun jejaring yang lebih luas tanpa kehilangan identitas, serta menjaga idealisme.
———- *** ————