Menyemaikan Gaya Hidup Bangga Produk Indonesia

Wahyu Kuncoro SNOleh :
Wahyu Kuncoro SN
Wartawan Harian Bhirawa

Indonesia dikenal sebagai bangsa yang masyarakatnya gemar berbelanja alias konsumtif. Tidak mengherankan kalau di pusat-pusat perbelanjaan atau di kota-kota fashion di luar negeri akan dengan mudah ditemukan orang Indonesia. Bukan itu saja, produk – produk ber-branded impor pun begitu laris manis di dijual di dalam negeri.
Tidak hanya barang-barang mewah saja yang di impor dari luar negeri, barang-barang primer pun banyak yang diimpor dari luar negeri. Bahkan, produk fashion bekas yang ber-branded luar negeri pun laris manis saat dijual di tanah air. Sungguh tidak terbantahkan, kalau banyak masyarakat Indonesia yang lebih bangga menggunakan barang-barang impor daripada barang-barang buatan Indonesia. Salah satu alasannya adalah prestise.
Ironisnya, di saat masyarakat Indonesia begitu mengidolakan produk yang berbau impor, pada wilayah lain ternyata banyak produk Indonesia yang justru disanjung oleh masyarakat luar negeri. Salah satu produk kebanggaan Indonesia yang disanjung masyarakat negara lain  yaitu batik. Memang, sebelum batik dijadikan oleh UNESCO sebagai warisan dunia, banyak masyarakat Indonesia khususnya kalangan muda yang enggan menggunakan batik. Tetapi, setelah UNESCO mempublikasikan batik sebagai warisan dunia, barulah masyarakat Indonesia sadar bahwa batik adalah milik bangsa dan harus dilestarikan. Tidak hanya pakaian saja, kuliner Indonesia pun banyak yang menjadi makanan favorit masyarakat luar negeri seperti nasi goreng, rendang, dan masih banyak lagi.
Namun lagi-lagi ironisnya, masyarakat Indonesia sendiri banyak yang lebih menyukai makanan dari luar negeri seperti burger, fried chicken atau makanan cepat saji lainnya yang berbau asing. Padahal di negara asalnya, makanan tersebut sudah dihindari oleh masyarakatnya dengan alasan makanan tersebut adalah makanan sampah atau yang dikenal dengan junk food. Justru masyarakat luar negeri lebih menyukai makanan rumahan seperti di Indonesia karena makanan di Indonesia lebih sehat pembuatan serta penyajiannya. Selain lebih sehat, kuliner Indonesia lezat dan kaya rasa karena menggunakan banyak rempah-rempah. Ironis bukan?
Gaya Hidup Bangga Produk Indonesia
Bahwa begitu kentalnya gaya hidup masyarakat kita yang mendewakan produk impor membuat upaya untuk mengampanyekan rasa cinta kepada produk dalam negeri menjadi hal yang tidak mudah. Meskipun sesungguhnya, kampanye untuk mencintai produk-produk dalam negeri sudah lama digaungkan dalam berbagai bentuk dan formula. Kita pernah mendengar Gerakan Aku Cinta Indonesia (ACI), Peluncuran logo 100% Cinta Indonesia, Gerakan Nasional Beli Indonesia, Gerakan Bangga Produk Dalam Negeri, maupun Gerakan Peningkatan Produksi Dalam Negeri (GP3DN) dan sebagainya.
Pengalaman yang terjadi selama ini menunjukkan bahwa gerakan-gerakan semacam itu seringkali  hanya berhenti pada tataran retorika. Akibatnya, realisasi  dari gerakan  itu pun terkesan parsial sehingga hasilnya pun menjadi tidak optimal sehingga produk-produk pengusaha lokal masih kalah bersaing dengan produk-produk luar negeri. Tidak adanya langkah bersama di antara stakeholder menyebabkan gerakan yang dicanangkan tidak menjadi gerakan bersama antara seluruh elemen masyarakat.
Berkaca dari pengalaman tersebut, sungguh perlu sebuah gerakan yang menjadikan masyarakat Indonesia sebagai konsumen yang cerdas. Konsumen cerdas bukan saja akan menyelamatkan dirinya karena sikap kritisnya dalam menilai produk, tetapi konsumen cerdas juga akan memikirkan masa depan perekonomian bangsanya.
Menjadi konsumen cerdas semakin menemukan relevansinya karena semakin banyak barang dan jasa yang beredar, sehingga konsumen dihadapkan pada banyak pilihan yang besar kemungkinan menciderai hak konsumen yang sejogyanya telah dilindungi undang undang. Konsumen, berhak mendapatkan kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang atau menggunakan jasa. Begitu juga memilih barang dan mendapatkan informasi yang benar serta keluhan yang disampaikan pun harus didengarkan oleh pihak produsen. Selain itu, masyarakat selaku konsumen diharapkan juga lebih memilih memanfaatkan produk dalam negeri sebagai bentuk nasionalisme dan peduli terhadap pertumbuhan produktifitas bangsa.
Kita jangan terlena dengan produk – produk yang datang dari luar, padahal belum tentu baik dan memenuhi syarat kesehatan. Seharusnya kita lebih perkuat produksi dalam negeri agar kita tidak memiliki ketergantungan terhadap luar negeri.
Membangun gaya hidup masyarakat agar menjadi konsumen yang mencintai produk dalam negeri memerlukan sebuah proses yang kontinyu dan perlu dilakukan sejak dini. Maka dalam konteks ini pelibatan dunia pendidikan dalam ikut serta mengampanyekan masyarakat sebagai konsumen cerdas menjadi menemukan relevansinya. Artinya, sejak pada level pendidikan dasar bahkan pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) perlu sudah dibudayakan agar anak-anak bisa menjadi konsumen yang cerdas. Misalnya dengan mengajari bagaimana cara belanja yang cerdas.
Budaya ini perlu dilakukan mengingat di lingkungan pendidikan dasar seringkali justru terbangun budaya konsumsi yang tidak cerdas. Misalnya, pihak sekolah yang membiarkan para PKL menjual jajanan yang tidak terjamin  kesehatannya produk makanan yang dijualnya. Tradisi untuk membangun kecintaan terhadap produk dalam negeri sesungguhnya juga bisa dilakukan sejak dini. Namun sayangnya, tanpa sadar para guru guru kita di TK atau PAUD justru kadang lebih senang mengajak merayakan ulang tahun anak didiknya di tempat seperti Mc Donald, KFC, Pizza Hut dan sebagainya. Singkatnya, dunia pendidikan sesungguhnya menjadi pintu yang strategis dalam membangun dan mengembangkan gaya hidup masyarakat agar bangga dengan produk dalam negeri. Selain melakukan edukasi sejak dini, untuk membangun gaya hidup bangga produk dalam negeri juga harus terus dikampanyekan. Caranya, dapat dilakukan melalui berbagai media kampanye, iklan, publik figur, modeling, dan penguatan (reinforcement).
Kampanye menjadi penting, karena sebaik apa pun kualitas suatu produk akan mubazir tanpa dikampanyekan penggunaan dan manfaatnya. Kampanye ini akan semakin efektif ketika para pejabat negara nyata-nyata juga mencintai produk dalam negeri. Keteladanan inilah yang hari ini sungguh dirindukan masyarakat.

                                                                                                         ———– *** ————

Tags: