Menyembelih dengan Hati, Banyak Donatur dari Singapura

Penyembelihan dan pembagian hewan kurban di Ponpes Modern Al Ishlah di Bondowoso. [samsul tahar]

Penyembelihan dan pembagian hewan kurban di Ponpes Modern Al Ishlah di Bondowoso. [samsul tahar]

20 Tahun Ponpes Al-Ishlah Berkurban Ribuan Hewan
Kabupaten Bondowoso, Bhirawa
Setiap Hari Raya Idul Adha, Ponpes Modern Al-Ishlah di Desa Dadapan, Kecamatan Grujugan Bondowoso berkurban ribuan ekor kambing dan ratusan ekor sapi untuk diberikan kepada masyarakat kurang mampu.  Kegiatan tahunan ini ditunggu warga kurang beruntung di daerah tersebut.
Hewan-hewan kurban tersebut berasal dari Ponpes Al-Ishlah sendiri dan juga dari sejumlah donatur baik itu dari Singapura maupun dari beberapa donatur di Indonesia. Mereka mempercayakan Al-Ishlah untuk menjadi penyelenggara pelaksanaan kurban dalam setiap tahunnya.
Para donatur dari Singapura ini merupakan jamaah dari Ponpes Al-Ishlah yang memang aktif dalam setiap tahun untuk melaksanakan ibadah kurban. Tentu saja, kepercayaan yang diberikan ke Ponpes Al-Ishlah ini kemudian dilaksanakan sebaik-baiknya oleh Ponpes Al-Ishlah di bawah asuhan KH Muhammad Ma’shum.
Hewan-hewan kurban yang terdiri atas kambing dan sapi ini kemudian divideo dan difoto pada saat pelaksanaan kurban berikut nama-nama yang berkurban. Selanjutnya, bukti-bukti video dan foto ini dikirim ke pihak yang berkurban.
“Kami benar-benar menjaga kepercayaan yang diberikan pada kami. Dan Alhamdulillah, Ponpes Al-Ishlah tiap tahun selalu melaksanakan ibadah ini dengan baik. Bahkan setiap tahun hewan kurban semakin bertambah. Pada tahun ini kami berkurban 1.526 ekor kambing dan 111 ekor sapi,”kata Pengasuh Ponpes Al-Ishlah KH Ma’shum, Senin (12/9) kemarin.
KH Ma’shum mengaku bahwa ada yang menarik dari pelaksanaan kurban dalam tiap tahun. Kata dia, pihaknya tidak serta merta menyembelih hewan kurban, melainkan ada interaksi dengan hewan kurban. “Kami menyembelih dengan hati. Jika hewan kita tanya akan dikurbankan dan mereka tidak mengeluarkan air mata, maka hewan itu siap untuk dikurbankan. Karena memang ada beberapa hewan yang ketika kami tanya akan dibuat kurban ia mengeluarkan air mata. Nah hewan itu tidak kami jadikan kurban. Bahkan ada seeokor kambing yang tidak kami kurban dan menjadi pejantan karena ia selalu mengeluarkan air mata ketika berinteraksi dengan kami,”katanya.
Selanjutnya, setelah hewan-hewan itu dikurban, daging-daging tersebut didistribusikan ke sejumlah kabupaten baik itu Bondowoso, Jember, Lumajang, Banyuwangi maupun Probolinggo, Pasuruan, Sidoarjo, Bangil, Jombang dan Lamongan. Di Bondowoso sendiri, Al-Ishlah menyiapkan 20 ribu penerima. Calon-calon penerima hewan kurban ini sebelumnya telah diberi kupon sehingga nantinya mereka tak perlu berdesakan untuk menerima daging kurban. Sedangkan untuk yang didistribusikan keluar Bondowoso, ada yang dipercayakan pada beberapa lembaga atau pihak-pihak yang sebelumnya sudah mengajukan proposal ke Al-Ishlah walaupun tidak semua permohonan itu dapat diterima mengingat keterbatasan daging kurban.
“Ada beberapa instansi semisal panti Asuhan atau Pondok Pesantren yang memang setiap tahun mendapatkan bantuan dari kita khususnya Idul Adha,”katanya seraya menjelaskan setiap penerima, Al-Ishlah memberikan 1,5 kg daging kurban.
Menurut Gus Toha, Putera KH Ma’shum, para donatur dari Singapura khususnya, sangat gembira berkurban di Indonesia, sebab jika berkurban di Singapura mereka kesulitan untuk mendistribusikan daging kurban. Bahkan, tak jarang, orang-orang yang berkurban di Singapura tidak dapat mendistribusikan daging kurban sehingga daging kurban itu membusuk. “Yang membuat mereka senang berkurban di Indonesia karena hampir tidak ada bagian dari hewan kurban itu yang dibuang. Kalau di Singapura, bagian dalam (jeroan, red) dari hewan kurban itu dibuang, namun di Indonesia semuanya bermanfaat,”katanya.
Hal itu terjadi karena standar kesejahteraan masyarakat Singapura berbeda dengan masyarakat Indonesia. Gus Toha melanjutkan bahwa Al-Ishlah memiliki kandang di Bondowoso dan Lumajang. Di Bondowoso, hewan-hewan itu diternak. “Ada hewan yang kami ternak di tempat penampungan yang jumlahnya mencapai 500 ekor. Dari sekian jumlah itu tidak semua kami buat kurban karena ada yang belum cukup umur. Sama juga seperti yang ada di Lumajang,” katanya.
Sebelum melaksanakan prosesi kurban, pihak Al-Ishlah sudah menyiapkan dokter hewan untuk memastikan bahwa hewan-hewan baik sapi maupun kambing itu sehat. “Dokter hewan ini kami kontrak, dan pada tahun ini Pemkab Bondowoso juga  ikut bersama kami,” jelas putera KH Ma’shum yang juga pengusaha ini.
Dalam prosesi kurban, Gus Toha meminta agar hewan-hewan tersebut tidak melihat teman-temannya disembelih, hal itu dilakukan untuk menjaga agar hewan itu tidak stres melihat kawannya disembelih atau digantung pada saat dikuliti dan dipotong. Gus Toha juga menjaga agar pelaksanaan penyembelihan itu sesuai dengan syari’at agama. “Kan agama juga tidak menganjurkan hewan yang disembelih dilihat oleh hewan yang lain yang juga akan disembelih,”katanya.
Oleh karena itu, hewan-hewan itu lalu ditempatkan di tempat terpisah dari ruang pemotongan atau penyembelihan hewan. “Ada ruang tersendiri bagi kambing atau sapi, dan ada ruang tersendiri juga bagi tempat pemotongan, sehingga ketika kambing atau sapi disembelih, yang lain tidak dapat melihat,” katanya. [Samsul Tahar]

Tags: