Menyoal Full Day School

adeng Septi Irawan.jpgOleh :
Adeng Septi Irawan
Penulis adalah Akademisi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya

Baru-baru ini Mendikbud Muhadjir Efendi menjadi sosok yang paling disorot di berbagai media. Pasalnya, menteri pengganti Anies Baswedan yang baru dilantik beberapa waktu lalu tersebut, memunculkan statemen penerapan sistem Full Day School bagi pendidikan dasar. Sontak pernyataan mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang tersebut  menuai pro dan kontra di kalangan pakar pendidikan di penjuru tanah air. Banyak diantara pakar pendidikan yang memberikan pendapatnya terkait masalah ini.
Full Day School bukanlah sesuatu yang baru di dunia pendidikan. Sebelumnya telah ada beberapa sekolah, utamanya sekolah swasta yang telah menerapkan sistem tersebut. Sebenarnya bukan tanpa alasan Menteri Muhadjir Efendy ingin menerapkan program ini. Menurutnya, dengan full day school siswa akan lebih mampu mengembangkan ilmu dan pengetahuan mereka. Selain itu, pola pengawasan yang ekstra dari para pendidik mampu mengurangi pengaruh buruk yang datang dari luar lingkungan sekolah terhadap siswa. Mengingat jika tanpa full day school, pengawasan terhadap siswa akan sangat kurang.
Pada awal menjabat sebagai menteri tentu membuat gebrakan baru di dunia pendidikan adalah hal yang lumrah dan telah dilakukan menteri-menteri sebelumnya. Akan tetapi, yang menjadi persoalan di kalangan pendidik, sudah siapkah setiap sekolah di negeri ini menerima program tersebut. Masalahnya tidak semua sekolah mampu melaksanakan program tersebut. khususnya sekolah-sekolah yang berada di daerha-daerah yang jauh dari perkotan
Menurut Muhadjir Efendy yang telah menyampaikan program dan berkonsultasi dengan Presiden. Pola penerapan Full Day School  nantinya akan dilakukan penjajakan dan percobaan terlebih dahulu pada sekolah tertentu yang akan ditunjuk oleh pemerintah. Jadi, tidak langsung diterapkan di seluruh wilayah Indonesia. Pernyataan ini sekaligus menjawab beberapa kegundahan dan kebingungan yang tengah dialami oleh ahli pendidik.
Sekolah bukan Objek Eksperimen
Sekolah merupakan tempat belajar bagi para siswa yang ingin menggali ilmu dan pengetahuan. Suatu tempat yang menjadi tempat pertumbuhan dan perkembangan embrio-embrio muda yang akan membangun bangsa dan negara. rencana penerapan Full Day School di sekolah-sekolah pada jenjang pendidikan dasar tengah mencuat. Eksperimen dan penjajakan akan dilakukan pemerintah pada sekolah tertentu guna implementasi program Mendikbud Muhadjir Efendy di awal jabatannya.
Sudah kesekian kali sekolah menjadi objek percobaan dari setiap menteri yang menjabat. Ganti orang maka ganti pula aturannya. Dunia pendidikan di negeri ini seakan menjadi permainan bagi kalangan pemerintah. Ki Hajar Dewantara di masa lalu telah bersusah payah membangun sistem pendidikan agar mampu dirasakan oleh segenap rakyat Indonesia. Slogannya “Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani” menjadi pedoman sistem pendidikan di negeri ini. Semangat perjuangan beliau harusnya mampu menjadi cermin bagi pemerintah sekarang ini.
Gonta-ganti sistem tak akan memberikan manfaat yang memuaskan jikalau hanya menjadi formalitas dan seremonial egoisitas menteri baru. Biarkan sistem baik yang sudah ada, tugas pemerintah hanyalah menciptakan suasana pendidikan yang mampu memberikan kenyamanan siswa dalam belajar, sehingga diharapkan prestasi akan mampu diraih oleh para siswa dengan mudah. Bukanlah hal utama tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai yang tertera dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV.
Terkait pendidikan karakter bagi para siswa yang menjadi momok menakutkan bagi para orang tua. Sudah sepatutnya orang tua mulai berperan dalam mendidik mental mereka, bukan malah fokus dan hanya mencari uang saja. Disin anak juga perlu pndampingan agar terhindar dari pengaruh buruk dari luar. Nah, disinilah sebenarnya peran orang tua yang sesungguhnya dalam pengawasan anak, jangan sampai peran utama orang tua tergantikan oleh sekolah. Sekolah hanyalah tempat bagi para siswa untuk belajar ilmu pengetahuan dan pendidikan karakter bukanlah alat pengawas aktivitas anak secara ekstra.
Back ke Desain Pesantren
Nyantren dalam istilah jawa adalah proses menetap di pondok pesantren untuk belajar agama secara mendalam. Budaya mondok yang menjadi kultur masyarakat islam dirasa mampu menciptakan kader-kader yang militan. Berkaitan dengan tujuan Full day School yang digagas oleh Mendikbud agar mampu memberikan pendidikan karakter dan menjauhkan anak dari pengaruh budaya luar yang negatif. Dirasa hanya tujuan pembenar saja, agar ada program baru dalam masa jabatannya.  Cobalah kita tengok ke pendidikan pesantren yang menekankan pendidikan karakter dan menghindari pengaruh budaya negatif bagi para santrinya. Desain pendidikan pesantren dirasa cukup menjadi pedoman bagi para orang tua dalam mendidik anaknya.
Tak semua siswa itu berkarakter buruk, tak semua siswa pula berkarakter baik. Kalau toh suatu hari ditemukan siswa dengan karakter buruk mengapa tidak di pesantrenkan saja. Tentu selesai masalah untuk memberikan pendidkan karakter bagi siswa. Daripada memunculkan program baru Full day School yang masih menuai pro dan kontra, alangkah lebih baiknya melirik dan membenahi program yang sudah ada dengan suntikan prosedur baru tanpa menghilangkan esensi dari program itu. Pondok Pesantren adalah tempat bagi para anak yang memiliki karakter kurang baik supaya berubah menjadi baik. Full Day School bukanlah solusi, karena untuk pendidikan karakter dan menghindarkan anak dari pengaruh yang negatif diperlukan karantina khusus berupa pesantren yang senantiasa mengawasi setiap gerak gerik para santrinya setiap waktu
Belajar tidak hanya di sekolah, setiap tempat adalah pembelajaran bagi anak. Janganlah memberikan kekangan bagi anak agar hanya belajar di sekolah. Alam adalah tempat belajar yang baik. Seorang anak yang baik karakternya tentu akan menjadikan alam sebagai tempat untuk belajar dan mengembangkan diri, berbeda dengan anak yang tidak baik karakternya. Sehingga hanya anak-anak tidak baiklah karakternya yang akan dibina. Bukannya disamaratakan dengan sistem Full Day School yang mengharuskan setiap siswa helajar dilingkungan sekolah tanpa melihat dan belajar dari dunia luar.

                                                                                                                          ———- *** ———–

Rate this article!
Menyoal Full Day School,5 / 5 ( 1votes )
Tags: